Chap11 : UKS

400 19 6
                                    

Rembulan telah menampakkan sinarnya, indahnya kerlip bintang juga bertabur menghiasi langit. Lampu-lampu terang berjajar seakan menyambut kedatangan gelapnya malam.

Gadis dengan piyama coklat terlihat sedang mendudukan dirinya disebuah ayunan taman. Film favorite nya terputar menemani kesendirian gadis itu.

"Tuh makhluk kemana sih? Kok jam segini belum balik? Masa nyasar ke Mars?" Gerutu Nanda.

Memang dari sepulang sekolah pun Keenan belum lagi kelihatan batang hidungnya. Nanda mencoba untuk menunggu sampai detik ini juga nihil.

Ditambah lagi dinginnya angin malam berhembus menerpa kulit putih pucat gadis itu, membuat ia tak bisa berlama-lama diluar. Akhirnya Nanda memilih masuk ke dalam rumah, bisa mati kering kalo lama-lama berada disini pikirnya.

Nanda masuk kedalam rumah dan melangkahkan kaki nya dengan gontai menuju kamarnya di lantai 2. Ia sekilas melihat kearah kamar Keenan, ventilasinya masih gelap tanda makhluk itu belum pulang.

Sesampainya di kamar, ia merebahkan tubuhnya menghela napas panjang. Memikirkan kejadian dikantin siang hari tadi. Kejadian gebrakan meja yang dihantamkan Keenan kembali terputar diotak Nanda membuatnya bergidik ngeri. Pikirannya juga masih membayangkan apa yang diceritakan oleh Revan tadi.

"Jadi Keenan yang nolongin gue waktu itu? Plot twist banget ya."

Flashback On

"Keen! Ayo! lo lagi liatin apa sih?" teriak Revan bersama David dan Alfin yang berjarak 10 meter dengan Keenan.

Mereka bertiga bingung, entah mengapa sahabat satunya ini tiba-tiba menghentikan langkahnya saat ingin menuju ke Kantin.

Rencananya mereka berempat ingin ke Kantin karena kelas sedang pelajaran kosong. Daripada bosan lebih baik nongkrong disana.

Keenan tidak menghiraukan teriakkan Revan, ia masih terus memandang ke arah lapangan. Memperhatikan apa yang sedang terjadi disana.

Dengan tidak sabar, Alfin memundurkan langkahnya menyusul Keenan, ingin tahu apa yang sedang dilihat manusia setengah kulkas itu.

"Heh! Lo itu udah ditungguin anak-anak tau, bisa mati kelapar-"

Alfin tak menyelesaikan kalimatnya, matanya mengikuti arah mata Keenan. Dilihatnya gadis yang sedang dihukum berjemur didepan tiang bendera. Kasihan sekali, pikir Alfin.

"Turut berduka cita buat mbaknya," ucap Alfin memasang muka melas.

Keenan masih memperhatikan gadis yang dijemur tersebut. Gadis itu berdiri sempoyongan, antara kuat dan tidak untuk meneruskan hukumannya.

"Woy jamet! Kenapa malah pada betah bertengger dipinggir lapangan lo!"

Bukannya mendengarkan, Keenan malah berlari cepat ke tengah lapangan, tiga sahabatnya juga ikut melongo melihat apa yang terjadi di sana.

Ternyata gadis itu jatuh pingsan.

Alfin tidak tinggal diam, dirinya ikut mengejar Keenan ke lapangan.

"Susul kuy Dav," ajak Revan.

Keenan berjongkok membalikkan badan gadis itu karena ia jatuh tersungkur. Keenan memperhatikan setiap sudut wajahnya dan inilah kali pertama Keenan bertemu dengan Aghata, lagi.

Keenan memang tidak ingat dulu ia pernah menolak perasaan gadis ini, setahunya ini adalah pertama kalinya.

"Innaillahi... Turut berduka cita buat mbaknya, semoga amal-"

Bletakk

Sebuah sepatu mendarat mulus tepat di kepala Alfin.

"Akh!!! Sakit! Maksud lo apa monyet!" teriak Alfin pada si monyet yang melemparkan sepatu kearahnya.

KEENAN MEGHANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang