Chap12 : Berpaling

365 18 8
                                    

.
.
.

"Lo sehat?"

Suara itu, Nanda sangat kenal dengan suara bariton dengan nada tegas barusan. Langkahnya terhenti, jantungnya nyaris ikutan berhenti.

"Keenan..."

"Lo barusan ngomongin gue?" ucap pria itu yang masih berdiri di depan pintu.

Keenan akhirnya pulang, dengan seragam yang masih lengkap melekat dibajunya.

Nanda berusaha memasang mimik sikap biasa, walaupun aslinya tidak biasa-biasa saja. Gadis itu membalikkan badannya menatap mata Keenan menginterogasi.

"Abis darimana lo? Nyari kitab sucinya kera sakti? Lo tau ga sekarang jam berapa? Gue itu khawat-" Nanda yang tersadar langsung menghentikan kalimatnya.

Hampir keceplosan.

"Apa? Gue apa?"

"Ng-Nggak!"

"Lagian gue pulang jam berapa aja ngga ada hubungannya sama lo kan?"

Skakmat.

Mulut Nanda mengatup rapat, tidak tau harus menjawab apa. Oh tuhan, lagi-lagi Nanda terjebak disituasi dimana dirinya hanya bisa mematung.

"Y-yaa emang ngga ada sih. Terserah lo mau pulang malem kek, mau pulang subuh kek, mau jadi bang toyib juga terserah, gue nggak peduli." Nanda mati-matian menahan gugupnya.

Keenan berjalan mendekati Nanda, dan berhenti tepat disamping tubuh gadis yang masih berdiam diri, membuat sekujur tubuh Nanda tegang.

"Yaudah."

Satu kata. Hanya satu kata yang terlontar dari bibir pria tersebut. Tanpa pamit ia langsung melangkahkan kaki nya meninggalkan Nanda yang tak bergeming sama sekali.

Terlihat jelas pipi Nanda memerah, tangannya ikut mengepal percampuran antara kesal, gugup, dan lega menjadi satu.
_

Selesai dengan urusan kamar mandi, Keenan mengganti bajunya memakai kaos putih dipadukan dengan celana boxer favoritnya. Keenan menjatuhkan diri di ranjang kamarnya. Nyaman sekali.

Raut wajah Nanda yang marah-marah kepada Keenan muncul sesaat dipikiran pria itu. Sebenarnya baru kali ini ada seseorang yang menunggu kepulangannya. Orang tua Keenan pun tidak pernah, karena mereka jarang di rumah.

"Cewek aneh."

Hal yang membuat Keenan pulang malam karena dirinya mampir kerumah Alfin. Seperti biasa, teman-temannya mengajak untuk bermain game PlayStation.

Tadinya mereka merencanakan akan bermain dirumah Keenan seperti biasanya, tentu saja Keenan langsung menolak. Sangat Dangerous jika 3 makhluk itu mengetahui Nanda berada dirumahnya.

Kalian tau sendiri lah jika lelaki sudah berkutik dengan game akan lupa dengan waktu, rumah, dunia, maupun alam semesta.

Keenan beralih mengambil layar segiempat yang terletak di laci kamarnya, tak ada satu notifikasi satupun, terlebih dari Vanya.

"Mungkin sibuk."

Keenan membaca ulang pesan-pesan dari Vanya. Ibu jari nya berhenti meng-scrool chatroomnya, mengingat kembali ia pernah berjanji membelikan jam tangan pada gadisnya.

"Oh god, untung baca ulang chatroom, kalo ngga bisa lupa beneran."

Tampak berpikir Keenan menimang-nimang kapan ia akan membelikan jam tangan pada Vanya. Lebih cepat lebih baik kan?

Pria itu secepat buroq mengganti pakaian. Melapisi kaos putihnya dengan jas yang sepadan dengan celana panjang ditambah kacamata yang terpasang di selipan kedua telinga untuk menutupi mata indahnya.

KEENAN MEGHANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang