VIII - (Almost) Closer to The Moon

7K 961 156
                                    

Menurut buku-buku romantis yang sering Minho baca, hal paling romantis yang bisa terjadi di antara pemeran utamanya adalah berduaan di bawah sinar rembulan. Lokasinya? Umumnya di atas sebuah bangunan, atau di sebuah bukit, di mana langit terlihat lebih dekat dari biasanya. Namun, yang terbaik menurut Minho adalah di pinggiran pantai, seperti posisinya saat ini.

Duduk di atas pasir putih dengan kaki telanjang, ditemani purnama yang bersinar cerah di atas sana. Oh, tentu jangan lupakan Chan yang duduk di sampingnya.

"Malem gini, paling asik buat deep-talk."

Minho menatap Chan sekilas, "Gue bukan tipe yang suka deep-talk. Lagian, bukannya deep-talk lebih nyaman di kamar?"

"Iya, tapi apa salahnya biarin angin bawa beban lo entah kemana?"

Minho terkekeh mendengarnya. Chan ini, lama-lama seperti tokoh utama di salah satu buku yang dia baca saja. Sok puitis sekali.

"Jadi," Chan menatap Minho, "ada sesuatu yang mau lo ceritain ke gue?"

Minho menggeleng, balas menatap Chan. "Gue bukan tipe yang suka deep-talk. So thanks, but no."

"Oke, gue aja kalo gitu." Chan mempernyaman posisinya dan menghadap Minho sepenuhnya. "Lo tau, apa yang gue suka dari lo?"

Minho menyipit curiga, "Gue tau arah pembicaraan lo."

"Ngga. Kali ini serius. There is something I really like about you."

"Okay, what?"

"Mata lo." Chan menatap dalam mata Minho yang menyipit karena bocah itu terkekeh.

Minho pikir Chan bercanda, makanya dia tidak serius menanggapinya, "Ada-ada aja lo."

"Serius." Chan masih menatap Minho, membuat yang ditatap menghentikan tawanya.

Minho menelan liurnya gugup, "Oke. Mulai horror."

"Lo tau, kenapa gue suka mata lo?"

"Kenapa?"

"Dia beneran nyembunyiin semuanya."

Minho sempat berpikir sebelum memutuskan untuk bertanya, "Maksud lo?"

"Mata itu organ yang paling jujur. Lo mau bohong gimana juga, mata lo ga bisa bohong. Dan mata lo, di dalem sana, tuh, keliatannya baik-baik aja."

"Ya, emang gue baik-baik aja."

"We both know, you are not."

Minho terdiam, membiarkan Chan membaca netranya lebih dalam.

"Jelas ada ombak di mata lo. Tapi, somehow, dia bisa tetep keliatan sebening air dan setenang angkasa." Chan mengacungkan ibu jarinya, "That is super cool."

Minho tersenyum, "Thanks to my Mama. Dia mau ngasih mata indah ini ke gue."

Chan ikut tersenyum mendengarnya. "Oke, sekarang lo. Apa yang lo suka dari gue?"

Minho menatap Chan aneh dari atas sampai bawah sebelum menggeleng perlahan.

"Be honest to me, Minho. I know, I am love-able."

Minho melemparkan butiran pasir ke arah Chan sebelum terkekeh. "Lo emang selalu gini, ya?"

"Gimana?"

"Nyebelin."

Chan mengangkat bahunya, "They say, yang nyebelin biasanya ngangenin."

"Cih, mau banget dikangenin." Minho sempat terkekeh sekilas sebelum kembali menatap laut di hadapannya.

✓ | Honeymoon¹ +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang