Minho menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Dia mengernyit bingung melihat rambut Chan yang basah. "Mandi lagi?"
Chan mengangguk, "Gerah."
Tatapan Minho beralih ke remot pendingin ruangan di nakas. "Dua puluh derajat, gerah?"
"Dua puluh? Ga berasa, anjir."
Minho menggeleng heran, "Padahal yang semalem ngeluh dingin siapa...."
Chan terkekeh mendengarnya. Dia mengambil duduk di tepian kasur dan menyerahkan handuk di tangannya ke Minho, "Keringin rambut gue."
Minho hendak protes karena Chan mengganggu acara bermain ponselnya, tapi Chan lebih dulu menambahkan.
"Kayak tadi siang."
Minho menatap bingung sebelum menempelkan handuk di tangannya ke rambut Chan. "Lo masih bangun tadi siang?"
"Ngga."
"Kok bisa tau?"
"Kerasa. Ada yang mainin rambut gue. Di sini ga ada siapa-siapa lagi, jadi itu pasti lo."
Minho mencebik, masih mengeringkan rambut Chan dengan telaten. "Siapa tau mimpi."
Chan menggeleng, "Ngga, sih. Gue yakin itu lo."
Minho akhirnya hanya mendengus dan melanjutkan kegiatannya pada rambut Chan. Dia menyisir rambut Chan dengan jemarinya saat terasa lebih kering.
"Tuh, 'kan. Sama rasanya."
"Iya, emang gue keringin rambut lo. Lagian, masih basah banget udah tidur. Mau sakit lagi?"
Chan terkekeh mendengarnya, "Manis banget sih lo, No."
Minho kesal mendengarnya, reflek menekan cukup kuat kepala Chan, membuat yang lebih tua meringis seketika.
"Duh, anjir, No. Itu yang sakit, malah diteken."
Minho seketika panik, "Serius?" dia menyingkirkan rambut Chan di bagian yang ditekannya tadi lalu meniupnya, barangkali sakitnya bisa hilang jika ditiup seperti itu. "Masih sakit, emangnya?"
"Sakit, sih, masih." Chan mengangkat bahunya, merasa geli efek dari tiupan Minho di lukanya. "Udah, woy. Udah ga sakit."
"Sori-sori. Ga sengaja. Lagi lo ngeselin."
Chan terkekeh lagi dibuatnya. Setelah merasa Minho selesai dengan rambutnya, Chan bertanya, "Udah kering, nih?"
"Udah." Minho menyampirkan handuk di tangannya ke leher Chan, "Anduknya digantung biar kering."
"Sip."
×××
"No, ubah masa lalu atau lihat masa depan?"
Minho menoleh sekilas sebelum kembali memainkan ponselnya. "Bedanya apa?"
"Beda, yang satu ubah masa lalu, yang satu lihat masa depan."
Minho mengabaikan ponselnya lebih dulu, "Di masa lalu, masa sekarang jadi masa depan, 'kan?" dia dapat melihat Chan mengangguk setuju, "Berarti gue udah liat masa depan, dan masa lalu yang gue ubah bisa jadi masa sekarang. Paham, ga?"
Chan butuh enam puluh detik untuk memahami ucapan Minho. "Ah! Bener, ya. Apa bedanya?"
Minho menjentikan jari sebelum menguap, "Njir, dah ngantuk aja gue."
"Ya udah, tidur, gih."
"Lo belom ngantuk?"
Chan menggeleng, "Tadi siang gue tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | Honeymoon¹ +banginho
Fanfiction[FINISHED] Demi mendapat diskon spesial, Chan dan Minho memulai sandiwara sebagai pasangan suami-istri yang hendak ber-bulan madu. Masalahnya, keduanya sama-sama laki-laki. Jadi, siapa yang harus bersandiwara menjadi perempuan? ──────────── ⚠️b×b! ⚠...