"Makan di luar, yuk."
Minho tentu bingung saat Chan keluar kamar mandi dan tiba-tiba berceletuk seperti itu. Dia jadi curiga kalau isi kepala Chan bermasalah setelah benturan kemarin.
"Ayo, gue traktir."
"Tiba-tiba?"
Chan mengangguk, "Tiba-tiba pingin sate."
"Di mana ada tukang sate?"
"Pinggiran jalan deket pantai ada. Yuk, buru. Lo ganti baju dulu."
"Lah, ini kenapa emang?" heran Minho sambil memerhatikan setelan yang dipakainya.
"Ya masa pake sweater sama kolor gue? Mana gede banget gitu."
"Ih, gue ga pake ini." Minho memperagakan sesuatu di dadanya, "Biar ga keliatan makanya make ini. Lagian, gerah tau pake baju manis mulu."
"Ya udah lah. Yuk, langsung aja."
×××
Selesai makan sate, Chan dan Minho mampir ke minimarket terdekat. Minho ingin membeli camilan untuk menemaninya menonton, katanya. Makanya mereka melipir sejenak dan berakhir di depan rak makanan ringan.
"Lo bayarin 'kan, Chan? Gue ambil ini, ya." tangan Minho terulur untuk mengambil satu tabung camilan di rak paling atas. Dia lalu berpikir lagi, "Kurang kayaknya, kalo cuma satu. Satu lagi, deh."
"Tadi kayaknya ada yang protes bilang mau diet. Siapa ya, anjir, lupa."
Minho melirik Chan sinis, "Ya udah! Kalo lo ga mau bayarin, biar gue bayar sendiri aja!" ambeknya lalu melangkah menghentak menuju kasir.
Chan terkekeh melihatnya. "Lucu banget sih, tuh bocah." gumamnya sebelum menghampiri Minho di kasir. "Sok-sokan mau bayar sendiri, uang aja ga bawa." ledek Chan saat melihat Minho merogoh sakunya.
"Ih, pasti di baju yang lain."
Chan menggeleng dengan kekehan. Dia mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana lalu menggunakannya untuk membayar camilam yang Minho ambil.
Minho teringat sesuatu. Dia menahan tangan Chan yang hendak mengambil kembalian, "Nanti dulu." Minho berlari kembali menunu rak camilan dan mengambil sebungkus besar keripik kentang rasa rumput laut dari sana. Dia membawanya ke kasir dan menyatukannya dengan belanjaannya sebelumnya. "Tambah ini satu."
Si kasir hanya tersenyum, "Ada tambahan lagi, Kak?"
"Ngga. Udah, itu aja. Suami saya yang bayar, ya." Minho beralih ke Chan, "Aku tunggu di luar ya, Sayang." dia mengecup sekilas pipi Chan sebelum beranjak keluar.
Sementara itu, Chan membatu dengan telinga yang memerah hebat.
×××
"Lo kenapa, deh?"
"Ga pa-pa." jawab Minho asal sebelum menarik lengan Chan untuk melingkari bahunya. Dia lalu menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik Chan. Oh, jangan lupakan sekantung keripik kentang di pelukan Minho yang dibelinya di minimarket tadi.
Chan tentu dibuat bingung. Biasanya 'kan Minho marah-marah, apalagi jika Chan melakukan skinship dengannya. Namun, kenapa tiba-tiba Minho begini? Tadi mencium pipi Chan di minimarket, dan sekarang bersandar di pelukannya.
Ah, Chan tidak mau memikirkannya. Mungkin Minho hanya sedang ingin bermanja. Atau mungkin untuk mengelabui orang di balik kamera.
Chan akhirnya mencoba masa bodoh dan menikmati siaran di hadapannya. Begitu iklan, Chan menyadari sesuatu.
"No,"
"Apa?"
"Gimana bisa bahu lo pas di lengan gue?"
Minho memukul perut Chan cukup kuat, membuat yang dipukul segera memegang perutnya sambil meringis.
"Ngeledek lo, ya?"
"Serius, anjir. Nih, pas banget." Chan membandingkan lengannya dengan bahu Minho. "Tangan gue yang kepanjangan, apa emang bahu lo kecil?"
Minho mengambil seraup keripiknya dan menyuapkannya ke Chan dengan tidak santai, "Diem aja lo, udah."
Minho mendongak sedikit karena Chan tidak membalasnya. Dia dibuat terbahak saat mendapati bocah yang lebih tua sedang kesusahan mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.
Tidak terima ditertawakan, Chan berlaga terbatuk, membuat hancuran keripik yang belum memasuki mulutnya terjatuh dan mengotori rambut Minho. Dia tertawa melihatnya, membuat hancuran dari mulutnya semakin mengotori rambut Minho.
Seketika Minho bangkit dari sandarannya. "Chan!? Nyucinya susah, ih!" protesnya sambil berusaha menghilangkan hancuran keripik kentang yang mengotori rambutnya.
Chan kembali dibuat tertawa, kali ini sambil menutup mulutnya agar hancuran keripik di mulutnya tidak menyebar ke mana-mana lagi.
Minho melirik tidak suka. "Malah ketawa lo, ya." dia melihat sekitar dan menemukan bungkus keripik kentangnya. Dia kembali mengambil seraup, mendudukan diri di pangkuan Chan, lalu mencengkram rahang Chan, memaksa agar mulutnya terbuka. Begitu berhasil, Minho segera menyuapkan keripik kentang di tangannya ke sana, membuat Chan terbatuk. Dia tertawa bahagia melihatnya.
"Ahahahahaha! Mampus lo, keselek!"
Chan tentu tidak bisa diam saja. Dia menghabiskan isi mulutnya lebih dulu sebelum menatap Minho sengit, "Ketawa lo, ya?"
"Iya! Bahagia banget gue, hahahahahaha!"
Chan tersenyum miring sebelum mengarahkan jemarinya ke perut Minho dan mulai menggelitik di sana. "Ayo, ketawa lagi."
"Ahahahahaha—geli—hahahahahaha—"
Chan tersenyum puas melihat Minho kegelian. Terlebih saat Minho merebahkan tubuhnya karena tidak kuat menahan gelitikan Chan di perutnya. Chan mengambil kesempatan untuk mengukung Minho dan membiarkan jemarinya semakin menggelitik perut bocah itu.
"AHAHAHAHA—STOP, CHAN—"
Merasa sudah cukup puas, Chan menghentikan gelitikannya, membuat Minho akhirnya bisa mengambil nafas dengan wajah yang jelas memerah. Chan hanya memerhatikan Minho, entah bagaimana, nafasnya juga terengah.
Melihat Minho dengan wajah memerah dan mulut terbuka mengambil nafas seperti itu membuat Chan terpaku.
He looks so fucking sexy.
"Gila, capek banget gue." Minho akhirnya menatap Chan setelah nafasnya membaik. Dia mengangkat tubuhnya dan mendelik tidak suka saat sadar Chan ada di atasnya. Minho mendorong Chan, "Bangun lo. Berat—woy!"
Tatapan Minho jelas makin kesal saat Chan malah mendorongnya dan kembali mengukung tubuhnya. "Berat, anjir." protes Minho, masih berusaha mendorong tubuh Chan agar menyingkir dari atasnya. Jelas usahanya sia-sia karena Chan tidak bergerak sedikitpun.
"No, how can you look so damn sexy, padahal lo cuma ambil nafas tadi?"
Minho mengernyit bingung. Dia menempelkan punggung tangannya di dahi Chan, "Sakit lagi, lo?"
Chan hampir kembali melahap bibir Minho kalau saja kesadarannya tidak lebih dulu menampar. Dia segera bangkit dari atas Minho, "Sori, salfok gue tadi."
"Salfok apaan?"
Chan tidak menjawab Minho malah mengacir menuju kamar mandi.
"Woy! Chan! Kenapa lo? Yeh, dasar. Ga jelas." Minho memilih untuk masa bodo dan kembali menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, lanjut menikmati siaran di televisi.
Sementara itu, di kamar mandi, Chan memegangi dadanya. Benda bernama jantung di dalam sana sedang berpacu luar biasa, Chan takut kalau benda itu sampai melompat keluar.
"Duh, Minho. Ga kasian apa sama jantung gue?"
###
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ | Honeymoon¹ +banginho
Fanfiction[FINISHED] Demi mendapat diskon spesial, Chan dan Minho memulai sandiwara sebagai pasangan suami-istri yang hendak ber-bulan madu. Masalahnya, keduanya sama-sama laki-laki. Jadi, siapa yang harus bersandiwara menjadi perempuan? ──────────── ⚠️b×b! ⚠...