5. A cup of Coffee

1K 130 10
                                    

Summary: Jae pernah jadi pecinta kopi dan akhirnya jadi pembenci. Dia berhenti minum kopi. Sampe akhirnya barista Wonpil bikin dia minum kopi lagi.

--

Jae liat jam tangan nya, ambil HP sama dompet nya, trus berdiri mau ninggalin desk nya.

"Mau kemana Jae?" Brian, temen kerja nya tanya.

"Beli kopi di cafe bawah. Lo mau nitip?" Jae bilang.

"Mau sih, tapi apa Ga salah denger gw? Lo kan ga suka kopi, benci malah." Brian tanya.

"Udah seminggu ini dia begitu, tiap istirahat." Sungjin dari Bilik sebrang nyaut. "Lo kan baru balik dari cuti, jadi ga tau."

Brian Mouthed ooh trus ngangguk angguk.

"Lo jadi nitip ga sih?" Jae kesel, udah ga punya waktu lagi buat dengerin mereka ngegosip.

"Ice americano ya." Brian bilang, senyumin Jae.

Ga pake lama Jae balik badan trus lari ke lift. He just can't wait to see him again today.

--

Jae berdiri di counter coffee shop lantai bawah di gedung kantor dia bekerja.

"Siang Kak Jae." Dowoon nyapa Jae. Setau Jae, Dowoon ini yang punya cafe dan jarang banget keliatan, tapi ga tau kenapa hari ini dia berdiri di kasir. "Non coffee hari ini..." Dia liat ke papan menu belakang.

"Coffee drip for today Woon." Jae potong omongan nya Dowoon.

Dowoon kaget. "Oh! Okay, sungguh tidak biasa ya?" Dia bilang, nyoba nyembunyiin kaget nya. "Wah, Kebetulan kita punya satu Barista yang ahli, tunggu di bar nanti dia bakal kesana." Dowoon bilang.

Jae bayar semua nya sekaligus bayar titipan Brian.

Jae duduk di bar, di depan nya ada beberapa alat menyeduh kopi. Menunggu barista untuk coffee drip pesanan nya yang di proses langsung di depan nya nanti.

"Hai, again, Jae." Sapa barista nya yang kayaknya mau jam berapapun tetep sumringah. And Jae like it. "So, today is Blue Mountain. Good choice." Dia bilang setelah liat recipe yang di pegang nya.

Jae ngangguk dan kasih senyum nya paling manis.

"I like Blue Mountain, you know, mild flavor and lack of bitternes. It's suit my taste." Jae bilang. "Do you have a favorite coffee Wonpil?" Jae tanya setelah Wonpil selesai halusin kopi nya.

Wonpil senyum ke dia. "To be honest, I don't have special taste, Actually I love blend coffee. Tergantung suasana hati." Wonpil bilang, sembari memproses kopi Jae.

Jae ngangguk. "Interesting. Kalo gitu kapan kapan boleh kan aku dibuatkan blend coffee nya?"

Mata Wonpil membesar. "Ok, aku akan senang hati melakukan nya." Dia bilang.

Jae liat gimana Wonpil senyum, gimana dia dengan muka serius neliti setiap step kopi nya terseduh. Jae to be honest, love seeing the barista more than the process of the coffee drip he order.

Jantung Jae berdetak lebih kenceng tiap kali di sela sela Wonpil proses kopi nya, mata mereka ga sengaja ketemu. Ga tau kenapa kopi pait yang dia rasain kalo sama Wonpil kerasa lebih manis.

Wonpil nuang kopi nya ke cangkir dan taruh depan Jae.

Jae cium bau nya, trus cobain. Muka nya kelihatan puas.

"Jae kayaknya tau banyak soal kopi ya?"

Wonpil memulai obrolan.

"Well, I used to love it, then stop, then I think now is the right time to start enjoy it again." Jae bilang.

"Kenapa sekarang?" Wonpil tanya.

Jae diem, dia minum kopi nya trus liat ke barista manis depan nya. "Soalnya sekarang ketemu aja sama Barista kopi yang bikin kopi sepait apapun jadi terasa manis." Jae bilang.

Wonpil nuangin cangkir Jae kopi lagi. "Jadi selain disini, dimana lagi biasanya pesen kopi drip?" Wonpil lanjutin obrolan nya.

Ngobrol sambil nemenin customer nya nikmatin coffee drip itu bagian dari kerjaan nya, karena secangkir kopi tanpa obrolan kayak ada yang kurang, kecuali customer nya yang minta untuk sendiri.

"Ga ada, di sini doang." Jae bilang sambil liat Wonpil.

Wonpil membeku. Dia liat Jae yang penuh percaya diri dan ga tau kenapa hari ini keliatan lebih ganteng dari pada kemaren kemaren.

"What a nice touch you did right there, I am impressive." Wonpil bilang tulus.

"Kalo beneran terkesan, gimana kalo makan malem?" Jae tanya.

"Sounds good."

Jae senyum. "I am done at 7, see you tonight."

"See you."

Abis gitu Jae balik lagi kerja.

Wonpil beresin gelas Jae dan peralatan nya.

"Pil, kok Kak Jae sekarang minum kopi?" Dowoon tanya.

Jam istirhat udah mau selesai jadi cafe nya udah ga serame tadi, Dowoon sama Wonpil ada waktu buat ngobrol.

"Kenapa emang nya?" Wonpil tanya.

"Lo percaya apa ga, Dia benci kopi. Bukan ga suka lagi lho ya tapi benci. Not like but hate. You know what I mean?!"

Dowoon bilang, agak ngotot.

"Lo percaya atau ga, gw tau!" Wonpil bilang judes. "Woon, gw jadi barista bukan baru kali ini tapi udah 10 tahun! I know which one drink it because love coffee and I KNOW which one drink it for flirt."

"Trus? Gw denger dari Jinyoung dia udah seminggu ini minum kopi. Lo ngebiarin dia flirting ke lo seminggu ini?" Dowoon kepo.

"Yup! He kinda work very hard and I AM impressive. I am gonna date him." Wonpil bilang.

Dowoon senyum. "Then good luck Master."

***

MEMOIR OF JAEPILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang