12. || JADI PACAR? ||

153 35 30
                                    

Apa salahnya memperjuangkan? Meskipun ini akan menjadi sia-sia dan tak berarti. Gue akan berjuang, berjuang, dan berjuang buat dapetin dia!!

~Shasya Elbaract Rose

Eric sampai di halaman rumahnya sekarang. Ia langsung membuka helm-nya dan mengambil kantong khas Indomaret tersebut lalu berteduh sebentar di teras rumahnya.

Dia memeriksa kembali kantong khas Indomaret tersebut. Siapa tau ada barang yang lupa ia beli atau semacamnya. Dan barang-barangnya ternyata lengkap. Lebih baik dia langsung masuk ke dalam rumah.

"Dikunci?"

Kemudian Eric langsung memencet bel rumahnya, agar Bi Wati membuka pintunya.

Ting Tong!

Bi Wati langsung menoleh ke arah pintu disaat ia masih bertelponan dengan seseorang di sebrang sana yang menelfonnya, kemudian Bi Wati kembali beralih kepada seorang penelpon tersebut. "Saya tutup dulu tuan, den Eric udah pulang" kata Bi Wati memberitahu kepada seseorang yang menelfon.

"Ah, iya Bi. Jangan lupa bilang ke dia, kalo uang bulanan kalian sudah saya transfer ke nomer Eric. Saya tutup Bi"

Bi Wati langsung menutup telpon tersebut dengan sepihak tanpa menyahut tutupan dari Elano. Lalu Bi Wati langsung berlari ke arah pintu.

Ting Tong!

"Iya den" teriak Bi Wati.

Ceklek

Pintu terbuka. "Bi Wati, nih, cokelat yang Naura minta tadi" ujar Eric memberikan kantong plastik khas Indomaret itu ke Bi Wati.

"Iya den, nanti Bibi kasih ke nona Naura kok" balas Bi Wati dengan tersenyum.

"Yaudah, yuk masuk den"

"Iya Bi" balas Eric dan langsung masuk ke dalam rumah. "Den," panggil Bi Wati lagi.

Eric langsung menoleh ke arah Bi Wati.

"Emm.. Den, t-tadi.." Eric langsung mengerutkan keningnya melihat Bi Wati mengucapkan kata-katanya dengan gugup. "Tadi kenapa Bi?" tanya Eric bingung.

"T-tadi, a-ada.." kini Bi Wati jadi gugup sendiri untuk berbicara dengan Eric, rasanya begitu sangat sulit.

Eric jadi dibuat bingung sendiri oleh Bi Wati sekarang. "Santai aja Bi, Bi Wati mau ngomong apaan? Ngomong aja" tanya Eric lagi yang semakin bingung.

"Cepet-cepet aja ngomongnya!" batin Bi Wati.

"Tadi, tuan Elano nelfon, Den. Dia bilang, uang bulanan untuk kita udah dikirim lewat nomer Den Eric" jelas Bi Wati dengan wajah bersalah. Takut ekspresi wajah Eric berubah seketika.

Mendengar hal itu, Eric langsung mengepalkan kedua tangannya kuat. "Iya Bi, Eric masuk kamar dulu ya Bi" pamitnya lalu berjalan cepat menuju kamarnya di lantai atas.

Bi Wati merasa bersalah telah memberitahukan hal itu kepada Eric.

Di sisi lain, Eric langsung menutup kamarnya dan segera duduk di sofa dekat dengan kasurnya.

Ting!

Eric langsung mengambil ponsel dari saku celana miliknya.

+628**********
Sudah di transfer 10jt.

Kemudian Eric langsung menonaktifkan ponselnya dan melemparnya ke tengah kasurnya. "Kenapa? Kenapa Papa ngelakuin itu?!" Eric langsung frustasi.

***

ERICSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang