Tulipa - Declaration

13 2 0
                                    

Pagi ini gerimis mengguyur kota Makassar, membawa hawa dingin yang tidak terlalu menusuk namun mampu membuat tubuh kecil Ken menggigil. Seragamnya sudah di balut dengan sweater rajutan berwarna merah, menghalau hawa dingin pagi itu.

Setelah siap dengan semuanya, Ken segera turun untuk sarapan. Ibunya yang sedang mengaduk susu hangat tersenyum menyapa anak semata wayangnya, sedang ayahnya masih belum terlihat di meja makan, sedang bersiap mungkin.

"Pagi, sayang" ibu Ken meletakkan susu hangat anaknya sambil mengecup pucuk kepala Ken. Susu hangat hanya di sajikan saat cuaca dingin seperti saat ini saja, atau saat Ken memang sedang ingin.

"Pagi ma" Ken menjawab dengan wajah tersenyum cerah, berbanding terbalik dengan cuaca di luar. "Papa tumben belum keluar, ma?" Ken bertanya dengan tangan menggenggam gelas susu yang terasa hangat di tangannya, entah kenapa telapak tangannya terasa sangat dingin.

"Semalam papamu mengeluh kurang enak badan, jadi sekarang ijin untuk beristirahat sehari"

"Papa sakit?!" Ken sedikit meninggikan suaranya karena khawatir, namun ibunya malah terkekeh.

"Bukan sakit sayang, hanya kurang enak badan. Sepertinya hanya kelelahan, nanti mama sama papa mau check up kesehatan rutin"

Dan berbarengan dengan selesainya ucapan ibunya, ayahnya keluar dengan menggunakan pakaian rumahan. Tidak terlihat pucat namun sedikit lesu, mungikin benar kata ibunya jika ayahnya hanya kelelahan.

"Papa tidak apa-apa? Apa badan papa ada yang sakit? Papa semalam nyenyak tidur kan? Papa jarang minum vitamin ya?" Ken bertanya beruntun sesaat setelah ayahnya duduk di kursinya.

Membuat lelaki paruh baya namun masih nampak gagah itu tersenyum lebar. Anaknya satu itu benar-benar bisa membuat suasana dirumah menjadi lebih hidup. Jika Ken telat pulang sekolah atau sedang keluar dengan teman-temannya, suasana rumah akan sangat sunyi. Maka dari itu ayahnya memberlakukan jam malam. Dimana Ken tidak boleh keluar melebihi jam 9 malam.

Sebenarnya ayahnya tidak ingin Ken merasa terkekang dengan peraturan konyol itu, tapi ternyata hal itu amat sangat di setujui oleh Ken. Dan ayah serta ibunya juga baru tahu jika Ken itu seorang introvert sejati sejak duduk di kelas satu SMA. Jadi itu merupakan hal bagus, mereka bisa memiliki banyak waktu untuk mengobrol dan bercanda.

Ken tidak pernah membuat ayah dan ibunya kecewa, tidak pernah pula berbuat neko-neko seperti yang anak sebayanya lakukan. Hingga seseorang tiba-tiba muncul dan seperti ingin mengambil alih Ken. Mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi itulah perasaan orang tua Ken saat tahu anaknya sering melamunkan seseorang.

Meski saat mengetahui jika lamunan anaknya adalah seorang lelaki, yang mana notabenenya sama dengan Ken. Ayah dan ibunya sempat terkejut, tentu saja hal itu akan terlihat sangat tabu bagi kehidupan lingkungan mereka. Namun mereka bukan orang tua kolot yang tidak bisa membarengi kemajuan zaman dan pikiran manusia.

Setelah mengetahui orientasi anaknya, mereka -orang tua Ken maksudnya- selalu mendebatkan persoalan itu saat malam. Dan mencoba bersikap biasa saja pada Ken, hingga mereka mencapai keputusan final dimana mereka akan menerima apapun pilihan anaknya. Karena mereka bahkan tidak bisa melihat Ken bersedih nantinya, mereka hanya terlalu menyayangi Ken dan tidak ingin menyakitinya.

"Hahaha, Apa papa harus menjawab semuanya?" Ayahnya menjawab sambil tertawa jenaka, merasa lucu dengan rentetan pertanyaan dari anaknya, dan juga sedikit terharu.

Disisi lain Ken malah mendengus, "Ken kan khawatir pa" lalu meminum susunya dengan sedikit rakus.

"Papa cuma kecapek-an Ken, nanti papa periksa kesehatan rutin sama mama. Kalo bisa sih Ken juga ikut"

Beyond The LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang