🍁18🍁

429 54 74
                                    

Lampu indikator ruang operasi  pun menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lampu indikator ruang operasi  pun menyala. Pertanda tindakan bedah sudah dimulai. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain pasrah, berdoa dan menanti. Badanku lemas, rasanya tubuhku seperti sudah tak bertulang lagi. Pikiranku melayang, mengingat semua kejadian yang kualami bersama Seungri. Mengingat awal pertemuan kami, sampai akhirnya kami bisa jadian kemudian menikah.

Saat itu, pertama kali kami bertemu saat masa orientasi di kampus. Dia terkunci di kamar mandi, saat aku berhasil menolongnya, dia sangat ketakutan dan langsung memelukku. Seungri bilang dia takut gelap. Untung hari itu aku yang ada di sana, bagaimana seandainya jika orang lain? Ah, mungkin memang Tuhan sudah mentakdirkan pertemuan kami seperti itu. Bahwa aku datang sebagai pahlawan untuknya. Hahahahhha

Selama tiga hari menjalani ospek entah kenapa aku selalu mencari sosoknya, pemuda manis yang takut gelap. Sampai acara ospek selesai pun aku sama sekali tidak pernah melihatnya. Pertemuan kami yang kedua pun terjadi, tapi sayangnya tidak dalam keadaan yang baik, karena kami bertemu saat aku sedang bertengkar dengan teman sekelasnya. Saat itu Seungri datang hendak membela temannya.

"Ada apa ini, lo kenapa?" Seungri berjongkok melihat wajah temannya yang sudah lebam akibat aku tonjok.

"Dia pelakunya, Ri." tunjuk teman Seungri padaku

Kemudian Seungri berdiri menghampiriku, "Lo mau jadi jagoan? Ini kampus, kalau mau adu jotos sana di ring tinju!" ucapnya nyolot.

"Dia yang salah, bukan gue." jawabku tenang.

"Lo gak lihat muka dia sampai bonyok begitu?!"

"Lo kalau gak tau apa-apa jangan nyolot!"

Seungri menatapku tajam, otomatis mata kami bertemu, ucapannya memang nyolot, tapi dari tatapan matanya, aku sama sekali tidak melihat aura kemarahan. Entahlah, sepertinya dia tidak benar-benar marah.

"Cepat minta maaf, atau gue akan laporkan masalah ini ke kantor jurusan!" gertak Seungri kemudian.

Kesal? Tentu saja aku kesal. Tapi melihat wajahnya, kenapa aku tidak bisa marah? Itu perasaan pertama yang aku rasakan pada Seungri waktu itu, apapun yang dia bilang, aku tak kuasa menolak. Alhasil akupun minta maaf kepada teman Seungri, dan segara pergi meninggalkan mereka. Seorang Jiyong harus minta maaf di depan umum? Apa kata dunia?!

Kemudian saat jam pulang kuliah, dan kampus sudah gak sepi, aku dibuat kaget oleh kelakuan Seungri. Dia tiba-tiba menemuiku di parkiran.

"Hai." ucapnya sambil tersenyum.

"Ngapain lo di sini?"

"Nungguin, elo."

Aku mengerutkan dahi, lalu sok cuek langsung membuka pintu mobil, tapi Seungri tiba-tiba berucap sesuatu yang bikin gue nengok ke arahnya.

"Gue mau minta maaf." ucapnya sedikit berteriak.

Tak habis pikir Seungri bakal ngomong seperti itu, akupun kembali menutup pintu mobil, lalu bersandar di samping mobil sembari melipat kedua tangan ke dada. Sok cool? Iyalah, harus! Hahahaha.

My Feel (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang