SAMUEL lengkap dengan seragam batiknya menuruni tangga lebar dihiasi lairing keemasan menambah kemewahan rumah yang ditinggalinya itu. Langkahnya membuat jejak ke ruang makan bergabung bersama di meja berbentuk persegi panjang yang juga ada kedua orang tuanya juga Cleo disana.
"Mami sama daddy besok ke Prancis. Daddy ada proyek dan mami ikut buat sekalian temuin Opa." wanita yang sudah menginjak usia kepala empat itu memberitahu.
"Cleo ikut dong Mi..." rengek gadis itu manja. Hal itu entah mengapa mengusik ketenangan Samuel. Diliriknya Cleo malas.
"Berisik banget sih, lo. Kaya gak biasanya aja." Samuel memakan rotinya kasar. Pagi-pagi tapi adiknya itu sudah membuat darahnya naik. Mami dan Daddy mereka hanya bisa menggelengkan kepala memaklumi kelakuan kedua anak mereka.
"Terus sekolah kamu gimana Cleo? Waktu ke Maroko kan kamu udah ambil cuti. Masa sekarang izin lagi?" tanggapan Daddy nya berhasil membuat wajah Cleo cemberut.
"Tapikan Cleo juga mau ketemu Opa. Masa Daddy sama Mami terus yang pergi."
"Yaudah Daddy janji deh, kalo Daddy pergi ke Perancis lagi, Daddy akan ajak kamu. Kalo engga, Opa yang Daddy bawa sini."
"Beneran Dad?" ia ber-yes ria mendapat anggukan Daddy nya.
"Bocah." Cleo menoleh sebal pada orang yang barusan mengatainya. Orang itu memang punya kebiasaan buruk padanya. Suka ikut campur!
Sebuah ide tiba-tiba menimpa otak Cleo. Senyum liciknya begitu saja terbit.
"Daddy sama Mami tau gak, besok malam kak Sam diajak balapan sama Chatur." Samuel yang sedang minum tersedak sakit. Cleo sialan! "Dan mereka pasti pulang pagi."
"Cleo! Lo apa-apaan sih?!" teriaknya yang diabaikan pelaku. Justru kini posisinya yang tidak beruntung. Kedua orang tuanya sudah menatapnya sarat intimidasi.
"Apa itu benar Sam?" Daddy nya bertanya tajam. Sedikit lama diam hingga bohongpun tidak ada gunanya. Samuel terpaksa mengangguk. "Sudah berapa kali Daddy peringati kamu Sam. Daddy gak mau anak Daddy jadi berandalan. Apa menurut kamu melakukan hal-hal begitu ada gunanya?" Samuel hanya diam mendengarkan petuah Daddy nya. "Heran ya Mi, kamu ngidam apa sih sampai anak kamu jadi badung gini?"
"Anak kamu juga." istrinya menyahut.
"Pokoknya Daddy gak mau kamu ikut-ikut begituan. Berteman boleh, tapi kalo terjerumus hal negatif, Daddy gak akan segan-segan jauhi kamu dari mereka." setelahnya pria nomor satu di keluarga itu bangkit yang segera diikuti sang istri dengan tas kerja ditangannya.
Lirikan sinis nan tajam milik Samuel langsung menancap pelaku utama yang membuatnya dimarahi.
"Lo bener-bener nantangin gue Cleo. Jangan kira karena lo adek gue, gue bakal biarin ini. Inget. Gue bakal bales nanti." Cleo yang menerima bendera balas dendam itu memakan sarapannya dengan santai.
"Bo.do.amat. Lo duluan yang ngatain gue bocah."
"Bacot." Samuel membuka pintu utama. Tak berapa lama terdengar derum motor yang perlahan meninggalkan rumah.
.
Di sekolah pun Cleo bertingkah. Saat bel istirahat berbunyi, ia terus membuntuti Daffa kemanapun cowok itu pergi. Kantin ketika dia makan, lapangan ketika dia bermain basket, bahkan saat ke toilet iapun mengekori dan menunggu diluar pintu. Daffa sama sekali tidak memarahinya. Cowok itu malah bergeleng geli dengan tingkah aneh Cleo.
Kalau orang sudah cinta memang semuanya akan tampak menggemaskan. Beda dengan mereka yang melihat.
"Ck," decakan itu hadir sesaat setelah Cleo dan Daffa datang. Seperti biasa, setiap jam istirahat tiba Chatur dan yang lainnya akan menyempatkan diri ke rooftop sekolah. Dan decakan itu dihasilkan oleh Samuel. Tapi kali ini Samuel sedang malas berdebat. Jadilah ia hanya diam tanpa mau melihat kearah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save It Before You Need It (End)
Romance[18+] Young Adult Bukan hal baru bagi kakak dan teman-teman Cleo bila gadis itu sangat mencintai Daffa. Istilah pendeknya itu 'bucin'. Selain bucin, Cleo juga sangat protektif pada Daffa jika kekasihnya itu akan terlibat dalam masalah dari Genk Pamu...