PAGI di hari Minggu ini Cleo sudah siap dengan outfit sweater turtleneck putih tulang bawahan jeans hitam yang melekat sempurna di tubuhnya.
Rencananya Cleo akan pergi berkunjung ke rumah Daffa. Ahh, rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu kekasih tampannya itu.
"Bibi, pesenan aku udah jadi belum?" Cleo di dapur menghampiri wanita paruh baya yang sedang memasak.
"Ini Non," membuka kotak makan tersebut dan melihat isinya. Ada nasi, telur yang dibentuk seperti hati berukuran kecil, gorengan tempe 3 buah, ayam goreng dan ada potongan buah pir. Sesuai pesanannya. Perfect.
"Makasih Bibi cantik." wanita itu tersenyum kepada anak majikannya itu.
"Non bisa aja."
"Kalo gitu Cleo pergi dulu ya, Bi."
"Iya Non. Hati-hati." Cleo memberikan tanda oke dengan menyatukan ujung telunjuk dan jempolnya di udara.
Tiba di depan rumah Daffa, Cleo serta merta menekan bel dan tak berapa lama daun pintu itu terbuka. Mama Daffa yang membukanya.
"Cleo. Masuk Sayang." ia mempersilahkan. Menutup pintu kembali dan mendekati kekasih dari putranya itu. "Kamu mau jenguk Daffa?"
"Iya Tante."
"Naik aja ya. Daffa belum tante bolehin jalan-jalan soalnya." Cleo mengangguk dan berbalik kearah tangga. "Cleo," panggilan Mama Cleo menghentikan niatnya tersebut.
"Iya Tan?"
"Jangan lupa pintunya dibuka ya," wanita itu memang tersenyum saat mengatakannya. Tetapi tetap saja itu membuat pipi Cleo terasa panas.
"Baik Tante." segera saja ia menaiki anak tangga.
Tok tok tok
"Masuk!" mendapat sahutan dari dalam pintu kamar Daffa terbuka. Wajah Cleo langsung menjadi objek utama. Cepat Cleo berlari dan memeluk Daffa.
"Kangen," ucapnya mendongak dipelukannya. Daffa yang merasa gemas mencium hidung kecil mancung gadisnya.
"Aku lebih kangen." Cleo bergeleng cepat tidak terima.
"Aku lebih-lebih-lebih kangen kamu." sangat tahu Cleo tidak akan mau berhenti merengek jika tidak disetujui ucapannya, akhirnya Daffa mangangguk saja. Gadis itu melepas pelukannya. "Aku bawa ini buat kamu. Yang bikin Bibi sih. Tapi itu ide dari aku. Semua yang ada di situ aku yang request ke Bibi." Daffa membuka kotak makan tersebut. "Gimana? Kamu suka kan?" Daffa tersenyum sambil mengangguk mengiyakan. Dan itu berhasil membuat Cleo bahagia. "Biar aku yang suapin." gadis itu mengambil alih kotak plastiknya dan mulai menyuapi kekasihnya.
"Gimana di sekolah?" tanya Daffa setelah beberapa kali menerima suapan.
"Kayak biasa. Tapi kurang semangat karena gak ada kamu." Cleo memberikan minum dari atas nakas.
"Masih sering ribut sama Samuel?"
"Itu mah jangan ditanya. Di rumah aja gak ada hari tanpa sebel sama dia." mereka berbincang sambil Cleo yang setia menyuapi Daffa. "Kalo kamu gimana keadaannya sekarang? Udah mendingan kan? Masih sakit gak perutnya?"
"Udah baikan. Buktinya aku udah bisa ladenin bawelnya kamu."
"Iih! Kenapa sih kamu selalu bilang aku bawel. Aku gak bawel tau." sungutnya tidak terima.
"Iya iya gak bawel. Tapi cerewet." ucapannya mendapat cubitan di betisnya. Daffa berteriak kesakitan. "Gila Yang, aku masih sakit tapi kamu udah kdrt gini." Daffa mengelusi hasil cubitan Cleo yang meninggalkan bekas kemerahan pada kulitnya sambil meringis karena beberapa bulu kakinya ikut tercabut saking kuatnya cubitan kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save It Before You Need It (End)
Romantizm[18+] Young Adult Bukan hal baru bagi kakak dan teman-teman Cleo bila gadis itu sangat mencintai Daffa. Istilah pendeknya itu 'bucin'. Selain bucin, Cleo juga sangat protektif pada Daffa jika kekasihnya itu akan terlibat dalam masalah dari Genk Pamu...