DISEBUAH bangunan dua tingkat yang remang dari luar terlihat sangat ramai dari biasanya. Sekelompokan remaja dengan outfit serba hitam tengah berpesta merayakan dua tahun hari jadi Geng Pamungkas. Geng yang dibangun oleh Chaturbhuj Panji Wiratanegara. Bermula saat di Jerman memukuli temannya membabi buta hingga nyaris meninggal, Chatur dipindahkan sang Ayah ke Indonesia. Di tempatkan di sekolah swasta milik keluarganya. Disitulah ia mulai mencari kawan sebanyak-banyaknya untuk dijadikan anggota Pamungkas yang diketuai olehnya sendiri.
Hingga seiringnya waktu, nama mereka dianggap sebagai salah satu Geng yang berpengaruh karena sering mengikuti tawuran, balapan liar hingga merambat ke dunia gelap. Chatur seringkali menerima permintaan dari seseorang anonim untuk menyelundupkan senjata dengan bayaran sangat mahal. Dari hasil itulah yang menunjang kejayaan Gengnya. Pernah juga suatu waktu Chatur hampir di penjara akibat ulah seorang anggota yang berani menyelundupkan obat-obatan terlarang berkedok nama Geng Pamungkas. Jika mengingat itu Chatur selalu berdecak kesal. Perbuatannya memang tidak bisa dibenarkan. Tetapi selama ia melakukannya belum pernah sekalipun gerakannya tercium oleh pihak pemerintah. Tetapi si bodoh itu justru berhasil memberi celah pada pemerintah untuk mengetahui eksistensi buruk mereka. Untung saja Ayahnya membantu agar kasus itu ditutup. Tetapi sebagai syaratnya, Chatur harus keluar dari Pamungkas. Yang saat itu terjadi lelaki itu hanya mengiyakan syarat Ayahnya. Namun faktanya, disinilah ia berada. Menjadi bagian dalam perayaan.
Tentu saja Chatur hadir. Syarat Ayahnya itu hanya sekedar lisan, jikapun dilanggar, memangnya Ayahnya bisa apa?
Terlebih Chatur itu ketua sekaligus pelopor Pamungkas. Jika dia mangkir, apa kata dunia?
Usai membakar ikan dan jagung, memanggang ayam serta membuat beberapa camilan lainnya, mereka membuat beberapa kumpulan untuk menikmatinya.
Chatur duduk di bangku plastik hijau dengan dua kaki turut dinaikan. Bibirnya sibuk menyesap batang nikotin yang tersisa setengah.
"Tur, sekitar dua bulan ini banyak yang hubungin gue lagi. Kebanyakan mereka minta keluaran tipe lama yang waktu terakhir kita dapet." ujar cowok berambut kecoklatan pompadour. Memang setelah kejadian ia hampir ditangkap, Chatur tidak pernah lagi menerima pesanan dari siapapun. Dan alasannya malas.
"Gak usah ladenin." jawabnya cuai.
"Tapi ada yang aneh. Lo inget Mr. Gap?"
"Kenapa?"
"Selama ini dia yang paling sering kontak gue. Bahkan dia minta dalam jumlah banyak."
"Lo respon?" cowok itu mengangguk.
"Dua kali gue pernah balas. Tapi lama kelamaan ini mencurigakan menurut gue. Dan itu sampai sekarang." kedua mata tajam itu saling menyorot sama.
"Lo konfirmasi sama Bang Willy. Entar kalo udah ketauan motifnya apa lo bilang gue." lawan bicaranya mengangguk. Tapi kemudian ekspresi seriusnya berubah kesal ketika suara cekikikan milik gadis menghampiri indra pendengarannya. Disudut teras dilihatnya seorang gadis berambut panjang dengan warna hampir sama dengan miliknya sudah seperti cacing kepanasan akibat digelitiki oleh kekasihnya. "Lo bisa gak sih, sekali aja gak bertingkah murahan di depan gue?" kedua orang yang merasa menjadi tontonan sekarang berhenti dari aksi romantis mereka. Gadis bermata cokelat itu menyorot terganggu padanya.
"Dan lo bisa gak sih, sekali aja gak usah nyinyir tiap gue bertingkah murahan?"
"Cleo! Kenapa cewek kaya lo bisa jadi adek gue sih!"
"Samuel brengsek! Kenapa juga Mami harus lahirin kakak kaya lo!" Keduanya saling menatap penuh emosi. Chatur beserta yang lain yang menyaksikan adu mulut antar keduanya memilih diam. Sudah biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save It Before You Need It (End)
Romansa[18+] Young Adult Bukan hal baru bagi kakak dan teman-teman Cleo bila gadis itu sangat mencintai Daffa. Istilah pendeknya itu 'bucin'. Selain bucin, Cleo juga sangat protektif pada Daffa jika kekasihnya itu akan terlibat dalam masalah dari Genk Pamu...