•SVITBFRUNIT• - 04

11.1K 403 6
                                    

TIBA di rumah sakit dimana bapak penjual bakso tadi dirawat, Chatur, Daffa, dan Samuel langsung menuju ruangannya setelah bertanya pada resepsionis. Di dalam ruangan itu ada Patra dan satu temannya, mungkin. Chatur malas mencari tahu.

Saat bapak itu menoleh, Chatur sontak mendekat.

"Saya minta maaf pak." semua pasang mata tiba-tiba saling melirik satu sama lain menunggu Chatur. Tapi hingga beberapa menit berlalu, cowok itu ternyata memang sudah selesai menyatakan permohonan maafnya. Daffa yang sangat mengenal watak temannya itu angkat bicara.

"Saya mewakili teman saya ini, mohon diberikan maaf ya pak. Karena kami bapak jadi seperti ini. Tapi jujur teman saya tidak berniat lari. Tadinya dia ingin menolong bapak, tapi karena ada urusan yang gak bisa ditinggal terpaksa dia harus pergi dulu." Patra berdengus mencemooh mendengar alasan Daffa. Tapi yang melototinya justru Chatur ditambah tatapan tidak suka dari Samuel. Ia ikutan kesal akan sikap cowok itu.

"Gak papa. Bapak juga salah. Sebenarnya bapak baru pertama kali lewat jalan itu karena dagangan bapak masih banyak. Jadi bapak nekat ambil jalur lain. Tapi ternyata sepi sekali. Jadilah bapak nyebrang buat putar balik, karena bapak kira gak ada kendaraan bapak gak tengok kanan kiri dulu. Jadilah begini."

"Bagaimana pun itu, kami tetap akan bertanggung jawab. Karena ini sudah larut malam, bapak menginap dulu disini sampai besok. Nanti pulang sekolah kami akan kesini lagi untuk antar bapak pulang." tambah Daffa ramah. Bapak itu tersenyum.

"Terimakasih nak. Ternyata kalian semua anak baik."

Setelah waktunya bapak itu tidur, kelima cowok itupun keluar dari kamar VIP yang dipesan Patra dan Jupiter. Sebenarnya luka bapak itu tidak parah. Hanya terdapat lecet di bagian lutut dan dahinya. Mereka memang sengaja memesan VIP agar sekiranya dapat membalas perbuatan lalai anggota geng motor itu. Bukankah biasanya orang seperti mereka punya uang melimpah?

Patra dan Jupiter berlalu duluan meninggalkan tatapan menusuk dari Chatur.

"Tur," teguran Daffa itu membuat Chatur berdecak.

"Gue tau. Sam, besok lo suruh James beli gerobak bakso sama bahan-bahannya. Sekalian kasih lima juta dari kas. Entar kalo Bram gak percaya, suruh dia telpon gue aja." Samuel menyanggupi perintah ketua Geng Pamungkas itu. Sedang Chatur terlihat menghubungi seseorang dengan ponsel mahal keluaran terbaru miliknya. "Jemput gue di rumah sakit Pelita." tanpa banyak mulut cowok bermata tajam itu keluar rumah sakit memilih menunggu di luar.

.

Menjelang pagi, Cleo sudah terbangun oleh alarm yang semalam sengaja dipasangnya. Masih dengan mata sepat, gadis itu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah wajah kantuknya terkena air, rasanya menjadi sedikit segar dan kelamaan ia menjadi bersemangat karena ingat tujuannya bangun lebih awal itu untuk membuat sarapan untuk Daffa.

Ketika kakinya menginjak undakan tangga terakhir, bel rumahnya berbunyi.

"Pagi-pagi gini siapa yang dateng?" memutar kunci sebanyak dua kali, menarik kenop pintu, gadis itu terpekik senang. "Abang!" keduanya saling berpelukan. Sosok pria matang berkacamata didepannya itu masuk dan menutup pintu sambil mendorong Cleo yang belum mau melepas pelukannya. "Kangen." ucapnya penuh rindu.

"Abang juga kangen adek abang yang paling manja ini." Cleo semakin mengeratkan dekapannya.

"Samuel ada di rumahkan?" nama kakak keduanya itu membuat Cleo menarik diri.

"Ada tuh. Tapi abang marahin aja dia. Kata bibi Kak Sam pulang jam dua pagi tadi. Dia makin menjadi kalo Daddy sama Mami gak ada di rumah." Damar mengabaikan curhatan remaja itu.

Save It Before You Need It (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang