Meet Him

359 17 0
                                    

Mira’s POV

 “Dokter Miracle Blue??”

“Iya, silahkan, Tuan.”

“Ada apa memanggilku kemari? Ada kemajuan tentang ibuku??”

“Kurasa ini akan menjadi kabar gembira. Mrs. Smith sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kurasa besok beliau sudah boleh kembali pulang.”

“Benarkah dokter.”

“Saya rasa begitu, mohon pasien dijaga pola makan dan istirahat yang cukup.”

“Baik, dok. Terimakasih, saya permisi.”

“Silahkan, Tuan.”

Sudah sekitar 5 tahun berlalu sejak hari bahagia itu. Sekarang aku sudah menjadi keinginanku, seorang dokter spesialis. Disini aku mengambil spesialis mata dan sudah beberapa bulan terakhir ini aku bekerja di Rumah Sakit swasta di UK. Aku dan keluargaku tinggal di UK tak lama setelah hari itu, meninggalkan Sydney kota kelahiranku.

***

Calum’s POV

Aku sangat senang hari ini, aku sedang berada di jalan menuju basecamp 5sos untuk kemudian berangkat bersama menuju salah satu acara pembagian Awards bergengsi. Aku baru saja pergi mengelilingi kota London untuk mencari cincin yang tepat untuk pertunanganku dan Catherine kekasihku minggu depan.

Don’t stop. Doing what you doing. Cause everytime you move to the beat, it gets harder for me and you know it know it know it

Ponselku berdering. Dan ya, itu Cath. Aku segera mengangkatnya.

“Hallo, honey.” Cath meneleponku.

“Hello Cal, aku ingin bicara.” kudengar suara Cath bergetar disana, nada bicaranya juga terkesan lebih serius, ada apa dengannya?

“Mengapa suaramu seperti itu?? Kau ingin berbicara apa?” Aku yang tahu masalahnya mencoba mencari tahu.

“Akuu...” suara Cath menggantung. Aku semakin penasaran.

“Cath? Kau tak apa? sebenarnya ada ap---AAAAAAAAAAA!!!!!”

Semuanya gelap.

***

Mira’s POV

“Dokter, dokter!!!” Kudengar ada suara mendekat padaku. Aku yang merasa terpanggil segera menoleh ke sumber suara.

“Ada apa ini??!” aku menoleh dan menemukan segerombolan orang sedang membawa laki laki yang terus memegangi sekitar matanya, tubuhnya dilumuri darah, begitu juga sekitar bola matanya, ku rasa ia baru saja mengalami kecelakaan ‘tragis’.

“Cepat bawa ke ruang UGD.” sambungku.

Suster membawanya ke UGD. Keluarga disarankan menunggu di luar.

“Keluarga pasien tunggu di luar ya, semua ini demi konsentrasi dokter.” Kata suster kemudian masuk ke dalam ruangan. Aku menysulnya di belakang.

“Bertahanlah, sayang.” Kudengar lirih suara tulus dari seorang wanita paruh baya, kurasa itu keluarga pasien. Aku tersenyum masam mendengarnya, lalu segera masuk ke dalam.

Setelah masuk ke ruang UGD, dengan cepat tanggap aku menanganinya, dibantu oleh beberapa dokter yang lain serta banyak perawat. Pria itu sudah tak sadarkan diri ditambah bius di sekujur tubuhnya membuat dia tak merasakan apapun.

‘Astaga! Sungguh malang nasibnya.’ batinku setelah aku memeriksa kedua bola matanya, kurasa ini parah. Aku turut sedih, kurasa lelaki ini tak pantas mendapatkannya.

“Ada apa dok??” suara perawat bertnya padaku. Mungkin dia melihatku bingung.

“Tidak, aku hanya mendiagnosa.” jawabku pada perawat. Kemudian aku kembali memeriksa.

‘Tunggu dulu, bukankan??!’ batinku lagi saat menatap lekat mata pria itu, kurasa aku mengenali mata pria ini. Seperti milik seseorang yang pernah kukenal namun sudah lama tak kutemui.

 Aku berusaha melupakannya, kembali profesional seperti dokter-dokter yang lain untuk perawatan terbaik bagi pasienku.

***

“Bagaimana keadaan putraku, dok?” Kulihat perempuan paruh baya tadi menemui salah satu dokter. Memang aku bukanlah dokter pertama yang keluar dari ruangan gawat darurat tersebut.

“Jadi begini bu...” suara dokter menjawabnya, menggantungkan omongannya.

“Ada apa dengan putraku dok?! Ada apa dengan Calum??” Perempuan itu terlihat semakin panik.

‘Calum??! Kurasa dugaanku benar!’ batinku. Lagipula wajahnya memang pernah kutemui.

Dokter didepanku menjelaskan keaadaan pasien, kemudian dokter itu menunjuk ke arahku. Mungkin dokter tersebut memberitahu bagian terparah yang diderita anaknya yang kebetulan adalah spesialisku.

“Bagaimana keadaan putraku, Dok?” perempuan itu selanjutnya menemuiku, memandangku dengan pandangan penuh harap.

“Mari keluarga pasien ke ruangan saya.” Kurasa lebih baik aku menjelaskan semuanya di ruanganku.

*****

Hey, readers :) Thanks for reading :) Pendek ya?? sorry hehe, semoga kalian suka deh :) Oh iya, tetep dilanjut tiap hari yaa.. sampai besok :) cek multimedia yaa, itu Dove Cameron as Miracle blue :) Vomments ya, kasih kritik dan saran dong hehe :) Once again thanks :) Love youuu!!! :)

The Beautiful Miracle (Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang