Calum’s POV
“Aku tak bisa, Cal. ” Getaran di suaranya semakin terdengar jelas. Aku bisa merasakan dia menangis.
“Apa maksudmu? Jangan menangis.” Tanganku ke arahnya. Berusaha mengusap air matanya.
“Aku mau kita putus.” Jawab Cath Cepat, badannya sedikit menjauh.
Suara itu terdengar jelas ditelingaku, setiap kata ditekankan oleh Cath. Aku masih tak percaya. Tapi mengapa??!! Dia juga menyangkal tanganku
“Apa??! Tapi mengapa?? karena keadaanku kah Cath??! ” Aku tak percaya, kurasa air mataku juga turun. Memalukan memang untuk seorang personil band punk rock. Tapi aku tak peduli. Hatiku hancur. Aku menyayanginya.
“Maafkan aku, Cal. Aku tak bisa bersamamu lagi. Aku yakin cepat atau lambat kau akan melihat lagi, Cal. Aku hanya ingin mengatakan itu. Aku permisi!!” Kudengar langkah kakinya pergi buru-buru menjauhi ruanganku, begitu juga isak tangisnya.
“TAPI KENAPA, CATH??!!” Aku berteriak cukup kencang berharap ia mendengar dan kembali. Aku juga berusaha mengejarnya tapi aku malah terjatuh. Mungkin ini memang takdirku, mendapatkan duka yang bertubi-tubi. Setelah aku buta, kini kekasihku pergi. Aku terus menangis dengan posisi duduk di lantai karena terjatuh. Tak lama kudengar seseorang memasuki ruanganku.
“Oh My God, Cal!! Apa yang terjadi?” kudengar suara itu memasuki kamarku, aku hanya diam tak menghiraukannya. Cath masih menjadi pikiranku saat ini.
Mira’s POV
“TAPI KENAPA, CATH??!!”
BRUKK
Kudengar suara seseorang dari dalam ruangan diikuti suara sesuatu yang jatuh. Aku menoleh, dan memasuki ruangan itu. Aku baru sadar itu ruangan Calum saat aku masuk kedalamnya, melihat Calum terduduk pasrah di lantai sambil menangis.
“Oh My God, Cal!! Apa yang terjadi?” Aku histeris, tapi tak ada jawaban.
“Biar kubantu.” Aku membantunya berdiri dan kembali ke atas ranjangnya, tubuhnya begitu berat, aku tahu dia sedang lemas.
“Kau kenapa, Cal?” Aku menanyakan hal itu sekali lagi. Namun, Calum tetap tak bergeming, dia tetap menangis. Aku panik, dan juga turut sedih.
“Calum??! Kau tak apa?” Suara berbeda masuk. Itu Calum’s Mom. Beliau langsung mengarah pada Calum memeluknya. Aku bergerak menjauh.
“Hubunganku dengan Cath telah kandas, Mom. Cath baru saja memutuskannya.”
Akhirnya Calum buka suara, tak terlalu terdengar jelas karena suara itu terucap saat dia berada di pelukan Momnya. Astaga! betapa malang nasibnya. Aku tak mau berkomentar, aku tersenyum masam melihat betapa sabarnya Calum. Oh Tuhan, aku juga ingin menangis sekarang. Aku kemudian beranjak pergi, memberi mereka privasi. Aku tahu rasanya ditinggal seseorang yang aku cintai, kekasihku.
Author’s POV
Hari-hari berlalu begitu cepat. Calum masih tetap di rawat di Rumah sakit swasta itu. Menunggu keadaan tubuhnya membaik dengan sehingga ia bisa beraktivitas kembali. Sebenarnya dia bisa saja pulang dengan kursi roda. Namun, keluarganya lebih memilih Calum dirawat disini hingga dia benar-benar sembuh total. Lagipula apa bedanya?? toh disini ia lebih diperhatikan kesehatannya. Masalah biaya?? tak perlu khawatir juga , sebab rumah sakit ini sebenarnya adalah milik keluarga besarnya. Kebetulan saat ini Adam Hood, paman Calum lah kepala rumah sakitnya.
Mira’s POV
“dr. Miracle??” Kudengar seorang perawat memanggilku.
“Iya, ada apa sus?” Sambil menoleh ke arahnya, aku menanyakan tujuannya memanggilku.
“Kepala rumah sakit ingin menemui anda.” Aku langsung berpaling menghadapnya, menanyakan tujuannya.
“Baiklah sus, thank you.” Aku segera menuju ruangan Kepala Rumah Sakit.
-skip-
Tok..Tok..Tok..
“Silahkan masuk.” Beliau mempersilahkanku.
“Ada apa Tuan memanggil saya?” Kutanya apa tujuannya memanggilku.
“Oh.. Nn. Blue, duduklah. Ada yang ingin saya bicarakan.” Beliau menyuruhku duduk di kursi tepat di hadapannya.
“Jadi, ada apa Tuan?” Aku telah duduk, bersiap mendengarkan maksudnya.
“Kau mengenal Calum, pasien disini yang juga kemenakanku kan?” Tanyanya.
“Of Course, yes, Mr.”
“Aku hanya memintamu untuk memberi lebih dalam merawatnya.” Pinta Mr. Adam.
“Bagaimana dengan pasienku yang lain?” Tentu saja aku mengkhawatirkan mereka juga.
“Tak usah kau khawatirkan, masih banyak dokter mata disini.” jelasnya.
“Mengapa harus saya, Tuan? Bukankah itu tugas perawat?” Aku sebenarnya cukup bingung.
“Aku hanya ingin memberi perawatan ekstra untuk Calum, aku lebih percaya kepada dirimu, Nn. Blue. Aku tahu kau sudah mengenalnya sebelum dia dirawat disini. Jadi? Apakah kau bersedia?” Mr. Adam menjelaskan panjang lebar.
“Aku memang mengenalnya, meskipun tak terlalu dekat. Tentu saja aku menerimanya, Tuan. Lagipula aku senang dengannya. err..maksudku, bukankah ini tugas mulia?” hampir saja aku salah berkata.
“Tentu saja, Nn. Blue. Terima kasih atas pengertianmu.” Beliau berdiri menjabat tanganku diiringi senyumannya.
“Bukan masalah, Tuan. Itu sudah merupakan kewajibanku.” Aku juga berdiri menjawab jabatan tangannya. Senyumku tulus merekah begitu saja.
"Baiklah Nn. Blue, senang bekerjasama dengan anda. Sekarang anda boleh keluar." Beliau kemudian mempersilahkanku keluar.
"Saya juga Mr. Adam, terimakasih. Saya permisi dulu." Akupun segera melangkah keluar dari ruangan Kepala Rumah Sakit
*****
Hi readers, thanks for reading ya :) Wah kasian ya Cal nya, tapi Mira seneng nih dapet pekerjaan menyenangkan haha :) kalo buruk maaf ya ceritanya, dan jangan lupa vomments :) Sampe ketemu di part selanjutnyaa :) -Dy

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Miracle (Calum Hood)
RomanceKeajaiban bukanlah sebuah hal yang tak mungkin terjadi. Selama kau percaya kau pasti akan mendapatkannya. Seperti saat kau mencintai seseorang, teruslah berusaha dan percayalah bahwa keajaiban akan datang. Tuhan Maha Adil, Dia akan memberikan sesuat...