“Dasar kau benar-benar wanita yang tak bisa dibilangi.” Pisaunya semakin dekat kepadaku, mataku kuutup paksa dan...
“AWW!!”
Itu suara berbeda, aku membuka mataku. Ada seorang laki-laki disana. Dia sekarang sedang berusaha menahan tangan Donna dengan tangannya meskipun salah satunya telah tergores pisau dan terkucur darah segar.
“BERHENTI DONNA!!” Suara berbeda masuk membantu pria tadi. Memegangi tangan Donna ke belakang sementara pria pertama mengambil pisau dan melemparnya asal ke tempat yang jauh dari jangkauan Donna. Aku hanya diam, memandang bingung semuanya, mulutku yang menganga kututup dengan sebelah tanganku. Aku shock.
“Kau tak apa, Ra?” Tanya pria tadi.
“Tak apa, Cal. Terimakasih. Bagaimana kau bisa disini?”
“Ceritanya panjang, Aww!!” rintihnya kemudian.
“Astaga!! Tanganmu Cal!!” Mataku fokus pada darah segar yang mengucur itu.
“Sudahlah tak apa.”
“KAU GILA DON??! Aku mengajakmu kesini untuk berkenalan baik dengan Mira, bukan menyakitinya.”
“Aku memang gila, karena kau Ni!!” Donna terus memberontak, tapi Niall mencegahnya.
“Jangan bergerak!!” Matt tiba-tiba datang, siapa yang memanggilnya?
“Matt??” Aku melihat Julia ada dibalik Matt, kurasa dia yang memanggil Matt. Dia memnag asisten rumah tangga yang selalu bisa kupercaya. Aku tersenyum ke arah Julia.
Matt sejurus kemudian langsung memborgol Donna dan meringkusnya. Sebelumnya dia tersenyum kepadaku dengan arti seperti ‘aku pergi dulu, jaga dirimu’.
“Kau tak apa Mira? Maafkan aku, aku tak bermaksud menyakitimu. Maafkan Donna juga, aku tak tahu jika dia bisa bertindak seperti tadi.” Wajahnya terlihat sangat menyesal.
“Tak apa, Ni. Kau dan Cal datang tepat waktu sehingga aku tak apa-apa.” Aku tersenyum ke arahnya.
“Baiklah aku pergi dulu. Sampai jumpa, Ra, Cal.” Niall beranjak mengikuti Matt dan Donna ke kantor Polisi.
Aku kemudian berbalik ke arah Calum saat mendengar desahannya, mungkin dia menahan sakit. Di detik itu juga aku langsung mengingat kalau dia terluka. Aku membawa Calum ke ruang keluarga dan mengobati lukanya disana.
“Oh ya, Cal, bagaimana bisa kau tiba-tiba ada disini?” tanyaku di sela-sela mengobati luka Calum.
“Aku kan punya indera ke 6, jadi aku tahu jika kau sedang dalam bahaya, haha.” Apa-apaan dia, di saat kesakitan begini masih saja bercanda. Dasar Calum.
“Ahh.. jawab dengan benar, Cal!” Kataku memukulnya pelan.
“Aww.. apa yang kau lakukan, mengobatiku atau melukaiku, Ra?” Rintihnya. Haha, aku tak sengaja menekan lukanya tadi.
“Hehe, maafkan aku. Maka itu, ceritakan yang sebenarnya, Calum Thomas Hood!” Aku meminta maaf padanya dengan cengiran. Kemudian memaksanya kembali menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Tadi aku hanya ingin mengajakmu jalan, tapi saat sampai rumahmu yang kulihat malah Niall. Niall bilang kau sedang membuatkannya minum bersama temannya, jadi aku menunggumu bersama Niall di ruang tamumu, dan boo.. kudengar suaramu yang mengerikan tadi.” Cal menjelaskan dengan nada datar, seperti anak kecil, sangat menggemaskan.
“Oh jadi begitu, haha. Jadi ceritanya kau ingin mengajakku jalan ya, Cal? haha.”
“Iya, err.. maksudku cepat perban lukaku dengan benar.” Haha, Calum gelagapan, memang lucu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Miracle (Calum Hood)
RomanceKeajaiban bukanlah sebuah hal yang tak mungkin terjadi. Selama kau percaya kau pasti akan mendapatkannya. Seperti saat kau mencintai seseorang, teruslah berusaha dan percayalah bahwa keajaiban akan datang. Tuhan Maha Adil, Dia akan memberikan sesuat...