Calum's POV
“Jadi... Ini mata Catherine...” Kataku lemah dengan suara bergetar nyaris tak terdengar. Aku merasakan mataku memanas, berkaca-kaca. Semua pasang mata melihat kaget ke arahku. Kurasa mereka masih dapat mendengar suara lirihku tadi.
'Apa ini alasan dia memutuskanku saat itu?'
'Apa ini yang diartikan olehnya dengan kata 'sedang tak baik-baik saja'?'
Mira’s POV
“Catherine??” Hampir semua mulut yang ada disana mengatakan hal itu secara bersamaan. Termasuk juga diriku. Sebenarnya aku tak tahu siapa yang dimaksud Calum, tapi kurasa Calum sangat menyayangi orang itu.
Calum hanya diam tak berkata apapun, tak ada jawaban dari pertanyaan mulut yang sekarang menganga itu. Kulihat juga cairan bening mulai membasahi pipinya.
“Siapakah Catherine itu, Luke?” Tanyaku pada Luke. Aku tak mungkin bertanya pada Calum di saat seperti ini bukan?
“Kau tanya Catherine? Dia mantan kekasih Calum yang baru saja beberapa minggu yang lalu memutuskannya. Kurasa Cal sudah mulai lupa pada Cath semenjak mengenal dirimu, tapi hal ini mungkin mengingatkannya pada Cath lagi.” jawab Luke sangat jelas, aku mengerti sekarang, mungkin Cath adalah wanita berpenutup kepala yang waktu itu sempat membuat Calum jatuh dan menangis.
Luke bergerak mendekati Calum, mengikuti semua yang ada disana, aku juga mengikuti gerak Luke. Kulihat wajah Calum disana begitu sedih, terpukul, tak percaya kurasa dengan semua ini. Semua hanya diam, sesekali menggosok pelan punggung dan pundak Calum. Semua sedih. Semua menangis.
***
Calum telah pulang dari rumah sakit tak lama setelah operasi itu. Cal memang sudah sehat fisik, jadi kalau penglihatannya telah kembali, untuk apa ia berlama-lama di rumah sakit? Lagpula diia dan keluarganya terlihat bahagia meskipun masih ada sepercik rasa kehilangan seorang ‘Catherine’. Tapi aku tak terlalu bahagia, ada rasa kehilangan yang kurasakan. Aneh memang, tapi ini nyata. Ah, sudahlah. Mungkin aku hanya merasa menemukan seseorang yang dulu pernah kucinta, setiap hari dengannya, namin kini tidak lagi.
DRRTT.. DRRTT...
Ada seseorang menghubungiku. Kulihat layar ponsel, dan ternyata itu Calum. Dengan segera aku mengangkatnyua.
“Ada apa, Cal?” Kataku memulai pembicaraan.
“Kau banyak pekerjaan sore ini, Ra.” Jawabnya to the point.
“Tidak ada kurasa. Semoga saja tak ada pasien baru yang berhubungan dengan mata lagi.” Beberapa minggu ini aku hanya fokus kepada beberapa orang saja, terutama Calum dan kebanyakan telah membaik keadaannya.
“Kalau begitu mau menemaniku?”
“Boleh saja, kemana?”
“Ke makam Cath.” Oh, ternyata Cal masih memikirkan Cath.
“Baiklah, Cal.” Aku menyetujuinya, lagipula apa salahnya.
“Okay, i’ll pick you up at 3 p.m. “
“Baiklah, sampai jumpa.” Aku memutuskan teleponnya.
Aku telah dirumah sejak tadi siang. Mr Adam telah mengijinkanku pulang sejak Calum juga keluar dari rumah sakit ini. Mungkin dia puas dengan hasil kerjaku untuk menjaga kemenakan tersayangnya itu, haha. Aku akan segera bersiap-siap karena sebentar lagi sudah pukul 3.
Calum’s POV
Aku tengah berada di jalan menuju rumah Mira. Alamatnya tentu aku sudah tahu, aku kan peramal, haha. Tidak seperti itu juga sih. Aku mendapatkan alamat rumah Mira dari Luke. Ternyata rumahnya tak terlalu jauh dari rumah sakit, pantas saja Mira sangat rajin untuk kesana. Atau mungkin juga Mira memang orang yang rajin.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Miracle (Calum Hood)
RomanceKeajaiban bukanlah sebuah hal yang tak mungkin terjadi. Selama kau percaya kau pasti akan mendapatkannya. Seperti saat kau mencintai seseorang, teruslah berusaha dan percayalah bahwa keajaiban akan datang. Tuhan Maha Adil, Dia akan memberikan sesuat...