Baik, Katanya

33 7 6
                                    

"Nat, gue minta maaf," Abian berjalan mengimbangi langkahku. Sepertinya dia sadar bahwa semua ini adalah salahnya. Aku berhenti, lalu menoleh ke arah Abian
"Bentar lagi bel masuk kak, aku buru-buru," aku berjalan dengan tempo lebih cepat meninggalkan Abian yang sudah berhenti mengejarku.

~~~~

"Sekarang ceritain, kenapa lo bisa sampe dilabrak sama tu kunti," tanya Rachell saat aku baru saja duduk dikursiku
"Yoi, gak mungkin kan si kak Clara tiba-tiba ngamuk kaya gitu," sambung Sofie
"Sabar sih, nih gue ceritain," aku mulai bercerita pada mereka, tentang kejadian kemarin, tentang Abian yang mengklaim kalau aku pacarnya, tentang Abian yang mengantarku pulang, juga tentang Abian yang memboncengku ke Sekolah tadi pagi.

"What?!?! Lo ada cerita kok gak pernah ngasih tau kita siihh!!" ujar Sofie yang terkejut mendengar rentetan ceritaku
"Ya kan gak terlalu penting," aku sedikit meringis
"Gak penting pala lo!" giliran Rachell yang nge gas
"Lain kali, mau penting atau enggak, lo harus cerita Nat. mau itu kisah sedih, kisah seneng, atau masalah apapun. Siapa tahu kita bisa nemuin solusinya bareng-bareng," sambung Rachell dengan nada yang lebih rendah
"Iya deh gue minta maaf"
"Terus sekarang lo mau gimana?
Oiya btw tadi pas kita nungguin lo ganti baju, ada kak Abian dateng, terus bilang mau ngobrol berdua sama lo" ungkap Sofie
"Oh iya, emang ada dia tadi. Menurut gue kalau kak Clara tau yang sebenernya, dia gak akan labrak gue lagi."
"Percuma, orang kaya dia dikasih tau yang sebenernya juga gak akan terima, dia tuh cuma jadiin lo pelampiasan karena ditolak kak Abian," komentar Sofie
"Lo kok bisa tau sih kak Clara nembak kak Abian?" aku terkejut
"Siapa si njirr yang gak tau. Kak Clara tuh ngebet banget sama kak Abian dari awal kak Abian masuk Sekolah ini," sambung Sofie
"Yoi, lo doang yang kudet Nat. Makanya diajak gibah tuh harus hayyu," giliran Rachell yang berkomentar
"Pada gak inget dosa njir"
"Btw tadi kak Abian ngomong apa sama lo?" tanya Rachell padaku.
Tapi percakapan kami harus terhenti, karena guru pelajaran sudah memasuki kelas.

~~~~

Entah aku dikutuk atau apa, tapi akhir-akhir ini angkutan umum seperti tidak bersahabat denganku. Aku sudah menunggu dari tadi, tapi tidak ada satupun yang lewat.

Akhirnya datang juga! Ah cepatlah, tubuhku sudah lengket dengan keringat, aku ingin cepat-cepat pulang dan langsung mandi.

~~~~

Angkotnya berhenti, dari sini aku harus berjalan kaki.

Saat tinggal beberapa meter lagi untuk sampai rumah, aku melihat mobil Papa terpangkir di depan rumah. Aku berjalan dengan lebih cepat, ingin memastikan apa benar Papa sudah pulang.

"Assalammu'alaikum," ucapku sambil membuka pintu
"Wa'alaikumsalam"
Ah! itu suara Papa! Aku bergegas mencari Papa, kutemukan Papa sedang santai di ruang tengah.

"Papa aku kangen," ucapku sambil menyalami tangan papa
"Papa juga kangen sama anak gadis Papa satu-satunya. Anak Papa sehat?"
"Sehat alhamdulillah, Papa sehat kan disana?"
"Sehat sayang. Cepetan mandi dulu, Papa mau ajak kamu makan di luar," ajak Papa yang langsung membuatku bersemangat
"Mama gak diajak Pa?"
"Mama lagi ada urusan, baru bisa pulang besok"
Mendengar itu aku tambah senang, aku ingin menghabiskan waktu hanya bersama Papa, berdua saja.
"Ohh. Ok deh aku mandi dulu"

~~~~

Aku mengenakan setelan berwarna hijau untuk pergi makan bersama Papa.

Setelah selesai bersiap, aku segera turun dan bergegas menghampiri Papa
"Pa ayo"
"Yuk," Papa beranjak dari sofa tempatnya duduk.
Aku mengunci pintu terlebih dahulu, sedangkan Papa menyalakan mobil.

~~~~

Aku dan Papa mengobrol santai sambil menikmati hidangan penutup di restoran itu. Kadang Papa melontarkan pertanyaan tentang keseharianku di Sekolah
"Kamu di Sekolah baik-baik aja kan?"
"Baik kok Pa, gak ada yang spesial"
"Papa percaya sama kamu. Kamu harus bisa jaga diri, jangan sampai kamu kebawa pergaulan yang gak bener. Papa cuma gak mau kamu rugi suatu saat nanti," ucap Papa dengan lembut, seperti pengganti peran ibu.
"Iya Pa. Papa bisa percaya sama aku. Temen aku juga semuanya baik, gak ada yang bawa pengaruh buruk"
"Bagus. Ayo selesain makannya, kita pulang bentar lagi maghrib"

~~~~

Saat menutup pintu mobil, aku berbalik dan terkejut mendapati seseorang sedang berdiri di depan pintu rumah, itu Abian.
Abian menghampiri Papa terlebih dahulu, dan menyalami tangan Papa.

"Assalammu'alaikum om, saya Abian"
"Wa'alaikumsalam, temannya Natasya?
"Iya om, saya ada perlu sama Natasya"
"Oh, itu Natasya nya," ucap Papa sambil menoleh kepadaku
"Masuk aja ngobrolnya di dalem," sambung Papa lagi
"Iya om"

Aku dan Abian duduk di sofa ruang tengah. Papa sedang membersihkan diri untuk bersiap pergi shalat maghrib ke masjid

"Mau apa kak?" tanyaku to the point
"Lamar lo"
"Apaansih" jawabku dengan ekspresi galak
"Bercanda Nat. Tapi nanti enggak kok"

Ah, perkataan Abian itu, kadang membuatku harus memutar otak 2 kali karena tak mengerti, dia selalu berbicara seenaknya.

"Serius mau apa?!" jawabku dengan tak sabar
"Mau minta maaf, Natasya. Maafin gue, ya?" jawabnya dengan nada penuh sesal
"Makanya gausah bawa-bawa aku. Lagian dah tau kak Clara tuh orangnya barbar"
"Iya maaf. Waktu itu gue cuma liat lo doang yang ada disana, jadi gue gak kepikiran yang lain Nat. Gue juga gak nyangka Clara bakal senekat itu" jelasnya
"Cih, ngorbanin orang buat nyelametin diri sendiri," ucapku dengan wajah jutek yang langsung membuat Abian semakin merasa bersalah
"Maafin gue," katanya sekali lagi

Aku tidak tega juga melihat wajah Abian yang seperti ini.

"Yaudah"
"Yaudah apa? Yaudah dimaafin?"
"Iya. Tapi lain kali kalau aku kena amuk kak Clara lagi, gak tau deh"
"Gak akan ada lain kali Nat, karena gue bakal jagain lo," kata Abian sambil menatapku
"Paansih, gausah! Gausah ngejagain segala!" jawabku sambil memasang ekspresi jijik
"Emang gue minta pendapat lo?" ucap Abian yang mulai mengeluarkan mode gada ahlaknya.
"Baru aja dimaafin udah nyebelin lagi!" aku bersiap mengomel kepada Abian, tapi aku urung karena Papa datang

"Abian ayo shalat maghrib ke masjid, ngobrolnya lanjut nanti," ajak Papa pada Abian
"Oh iya om." Abian mulai beranjak dari sofa dan mulai mengikuti Papa.
"Kamu shalat di rumah," ucap Papa padaku sebelum akhirnya Papa pergi dan menutup pintu, bersama dengan Abian.

Papa sudah kembali dari masjid, tapi aku tidak melihat ada Abian disana.

"Kak Abian nya mana Pa?"
"Oh Abian nya langsung pulang, katanya ada urusan. Dia minta maaf gabisa pamit sama kamu," jawab Papa.

"Papa suka kamu berteman sama Abian, dia baik." sambung Papa yang langsung membuatku mendelik.
Papa gatau aja kelakuan dia aslinya gimana, aku hanya menyuarakan ketidak setujuanku di dalam hati.
"Iya Pa. Yaudah kalau gitu aku ke kamar dulu ya"
"Iya, jangan lupa kerjain tugas."
"Siip"
Aku berjalan menuju kamar. Saat telah sampai, aku melihat ponselku menyala, itu menandakan notifikasi masuk.

Abian gada ahlak
Nat, maaf gue pulang gak pamitan dulu sama lo. Ada urusan mendadak

~Natasya
Ya gapapa

Abian gada ahlak
Besok ke Sekolah gue jemput

~Natasya
Gausah banget! Makasih
Lagian aku dianter sama Papa

Abian gada ahlak
Gue tadi udah izin sama Papa lo, terus Papa lo bilang boleh

Ah, kacau udah!! Kenapa Papa malah iyain si, rutukku dalam hati

~~~~

Hy jangan lupa voment ya! hihi makasii♡

My Anonym BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang