Di Atas Motor Berdua

19 3 2
                                    

Seiring berjalannya waktu, orang-orang bakal berubah. Mau kita terima atau enggak, perubahan itu bakal tetep ada.
-Abian

~~~~

Aku sudah selesai bersiap. Aku hanya memoles sedikit bibirku dengan lip tint, aku tidak mau terlihat niat, lagian Abian kan bukan siapa-siapa, tidak perlu dispesialkan.

Aku menuruni tangga dan menghampiri Papa terlebih dahulu.
"Pa, aku mau keluar sama kak Abian."
"Iya hati-hati ya."
Aku mengangguk dan berjalan menuju ruang tamu dimana Abian menunggu.

"Kak."
"Papa lo mana?"
"Di ruang tengah."
"Gue ijin dulu."
Aku hanya mengangguk dan melihat Abian berlalu menuju Papa

Papa dan Abian mengobrol sebentar, sebelum Abian menyalami tangan Papa dan menghampiriku lagi.
"Ayo Nat."
Abian berjalan keluar, lalu aku mengikuti dari belakang.

~~~~

Sepeda motor ini sudah berjalan kurang lebih 45 menit. Aku tidak tahu Abian akan membawaku kemana, yang jelas sekarang aku dan Abian sudah memasuki daerah yang cukup pelosok.

Angin yang berhembus halus menampar wajahku, membuatku tersenyum karena sudah lama aku tidak merasakan suasana seperti ini.

Abian menepikan motornya, aku bergegas turun.

"Ayo Nat."
Abian berjalan dan aku mengikutinya.

Setelah melihat sekeliling, aku baru sadar kalau Abian mengajakku ke festival layangan. Aku bingung kenapa Abian mengajakku kesini. Dia itu misterius sekali.

Saat mulai berjalan ditempat yang cukup ramai itu, beberapa anak berlari ke arah aku dan Abian berdiri.
"Kak mau beli layangan?"
Tawar salah seorang anak itu sambil menyodorkan layangan pada Abian.
"Iya, mau satu."
"Sama benangnya jadi 7000 kak."
Abian mengangguk dan mengeluarkan uang seratus ribu dari dompetnya.
"Ini."
"Gak ada kembaliannya kak."
"Gapapa ambil aja, beliin es krim sama temen-temen."
Anak-anak itu tampak girang, lalu mengangguk dan berterima kasih. Kuperhatikan mereka sedang berlarian menuju penjual es krim.

"Abian ternyata baik," ucapku di dalam hati sambil tersenyum, dan lupa bahwa aku sedang marah padanya.

"Ayo Nat terbangin layangannya."
"Ayo kak."
"Pegang ini Nat." Abian memberikan layangannya padaku, sedangkan ia mulai mengulur benang benang layangan itu.

Aku mundur beberapa langkah untuk menerbangkan layangannya. Abian mulai memberi aba-aba
"Satu, dua, tiga."
Dihitungan ketiga aku melepas layangan itu, dan Abian menarik benangnya.

Abian nampak menarik dan mengulur benang dengan serius. Mukanya sangat tampan saat itu.
"Aiish! Kenapa aku malah punya pikiran seperti itu," ucapku menghalau pikiran-pikiran aneh

Setelah usaha Abian, layangan itu sekarang terbang tinggi menyamai layangan orang lain yang ada disana.
Aku memekik girang, dan bertepuk tangan layaknya seorang anak yang baru saja dibelikan es krim oleh ibunya.

Abian tersenyum ke arahku, dan menatap mataku. Manis, sangat manis. Aku gelagapan, dan jadi canggung sendiri. Aku mencoba menutupi mukaku yang mungkin sudah merah semerah tomat.

Abian berpaling dan kembali fokus pada layangan yang sudah terbang jauh itu.
"Nat mau nyoba?"
"Mau-mau" ucapku dengan penuh semangat, lupa bahwa aku diajak kesini dengan paksaan.
"Nih." ucap Abian memberikan benang layangan itu padaku.
Aku menerimanya, dan mulai menarik ulur benang itu seperti yang Abian lakukan.

My Anonym BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang