Sisi Lain

31 5 4
                                    

Setiap kali ada seseorang yang buat kamu kecewa, pasti ada satu orang juga yang bakal ganti rasa itu jadi bahagia.
-Natasya

~~~~

Aku dan Abian hanya diam, mendengarkan alunan nada yang sedari tadi diputar. Abian melihat jam di handphone nya sekilas, lalu bertanya kepadaku.
"Nat, lo lapar gak?"
"Sedikit, tapi bisa ditahan kok"
"Mau gue beliin sesuatu gak ke kantin?"
"Gausah kak, gapapa"
"Lo belum makan kan?"
"Iya sih belum"
"Biar gue beliin sesuatu ke kantin Nat, lo mau apa?"
"Yaudah deh, siomay aja kak"
"Ok, lo tunggu sini, biar gue aja yang kesana." Ucap Abian sambil beranjak meninggalkan aku dan earphone yang terhubung ke handphonenya.

Aku membuka handphoneku, aku memilih untuk memposting pengalaman hari ini diblog, seperti biasanya. hanya saja, kali ini aku tidak berharap Angkasa membalasnya, aku murni hanya ingin membagikan pengalamanku.

Aku menulis kalimat yang cukup panjang disana, lalu diakhir ku tulis "Setiap kali ada seseorang yang buat kamu kecewa, pasti ada satu orang juga yang bakal ganti rasa itu jadi bahagia. Terimakasih! Terimakasih juga Gemilang, rooftopnya indah!

Aku segera menekan tombol kirim, tapi proses loadingnya memakan waktu yang cukup lama, karena sinyal disini cukup buruk.

"Ah lama banget, bisa ke kirim gak ya," ucapku sambil memperhatikan layar ponsel.

Tak lama Abian datang, dia langsung duduk di sampingku, dan memberikan siomay yang sudah aku pesan.
"Nih sekalian minumnya."
"Makasih ya kak. Btw gak ketauan guru?"
"Enggak, lagi pada ngajar kan"
"Oh"
Aku segera menyantap siomay itu. Sudah kubilang, ini siomay terbaik!

Aku membuka kembali handphoneku, lalu tersadar bahwa tulisanku itu telah berhasil diposting. Aku hanya tersenyum dan kembali mengunyah siomay yang sempat terhenti dimulutku.

"Nat bentar lagi jam pulang"
"Oh iya kak, gak kerasa ya"
"Seneng ya Nat?"
"Iya"
"Yalah, orang ditemenin cogan," ucap Abian dengan penuh percaya diri.
Aku hanya mendelik, tetapi Abian tertawa. Dasar aneh, ketawa mulu hobinya.

Tapi tak bisa dipungkiri, tanpa Abian mungkin aku masih bad mood memikirkan Angkasa, ditambah mendengarkan penjelasan guru di kelas, aku benar-benar harus berterimakasih.
"Kak makasih ya"
"Buat?"
"Karena udah nemenin aku."
Abian berhenti sebentar untuk menatapku, lalu tersenyum
"Sama-sama Nat."

Ting!

Ada notifikasi masuk, oh itu dari ponsel Abian. Abian lalu membukanya, kulihat jarinya men scroll layar handphone yang sedari tadi dia pegang. Entah apa yang terjadi hingga membuat Abian tidak henti-hentinya tersenyum.

"Dari pacar ya kak?" tanyaku bercanda.
"Iya," jawab Abian singkat dan kembali tersenyum seperti ABG yang sedang kasmaran.
"Lah kakak udah punya pacar? Terus berduaan sama aku disini emang pacar kakak gak akan marah?"
"Gapapa, dia kan gak akan tau."
"Tapi nanti aku dituduh jadi perusak hubungan orang"
"Yaudah jadi pacar gue juga, mau?"
"Dih apaansih, dasar fak boy." ucapku sambil menghela nafas gusar.

~~~~

Saat dirasa waktunya cukup lama setelah bel pulang berbunyi tadi, aku langsung bergegas bangkit dan segera turun, disusul Abian.

Sampai kelas aku merapihkan buku catatan dan alat tulis, lalu kumasukkan ke dalam tas. Saat itu seisi kelas kosong, kelas juga sudah cukup bersih, berarti anak yang mendapat tugas piket hari ini juga sudah pulang.

Aku berjalan, melewati koridor-koridor dan akhirnya sampai juga di depan gerbang.

Abian ada disana, tengah memakai helm. Aku hanya melewatinya dan langsung menuju tempat biasa aku menunggu angkutan umum. Ah iya, Papa tidak bisa menjemputku, karena ia sibuk dan baru bisa pulang menjelang malam. Aku mengerti, lagipun aku tidak mau memaksa Papa untuk hal-hal yang bisa aku lakukan sendiri.

Motor Abian keluar dari gerbang, lalu berjalan mendekat ke arahku.

"Ayo." Kata Abian
"Ayo kemana?"
"Pulang. Emang maunya kemana?"
"Enggak usah deh kak, gak enak."
"Gak enak kenapa?"
"Seharian kakak udah baik sama aku. Lagian kakak juga udah punya pacar, jadi jangan deket cewek-cewek lain kak," jawabku panjang lebar
Abian nampak berfikir sebentar, lalu menjawab
"Itu tadi bukan pacar gue."
"Lah, tapi kakak bilangnya pacar."
"Ralat, calon pacar. Kenapa? Lo cemburu?" jawab Abian sambil terkekeh
"Ngarep."
"Ayo naik Nat," ajak Abian lagi
"Yaudah iya."
Aku menaiki motor Abian, lalu memakai helm.

Di tengah perjalanan, Abian sempat melontarkan canda, sampai akhirnya ia berkata
"Nat, gue kan udah tau rumah lo, lo gamau tau rumah gue?"
"Emang penting?"
"Penting. Mama suka nanya kapan gue mau bawa cewek."
"Lah terus kenapa ngomongnya ke aku," ucapku dengan suara cukup kencang karena takut tidak terdengar
"Gue bingung mau bawa siapa," ucap Abian dengan tatapan fokus ke jalanan
"Cewek kakak banyak banget ya sampe bingung gitu?"
"Enggak kok."
"Ya bawa aja calon pacar kakak yang tadi."
"Lo aja gimana?"
"Hah? Gimana maksudnya?"
"Lo yang temuin Mama, Natasya. Seenggaknya sekali Nat, bantu gue ya? Biar Mama gak bawel lagi."
Aku menimang ajakan Abian. Tidak tahu diri sekali jika aku menolaknya, Abian seharian ini membantuku. Tapi, jika aku jawab iya, aku takut Mama Abian salah paham tentang hubungan kami. Padahalkan, aku dan Abian hanya sebatas adik dan kakak kelas.
Aku memutuskan untuk meng-iyakan
"Yaudah iya kak."
"Bener nih?"
"Iya, sekali doang ini kan?"
"Iya."
Kulihat dari spion kalau Abian sedang tersenyum, sebahagia itukah dia kalau tidak diganggu mamanya lagi?
Ahaha ntahlah, aku juga ikut tersenyum tanpa sadar.

~~~~

Aku turun dari motor Abian, dan mengembalikan helmnya.
"Makasih ya kak."
"Iya Natasyaa. Lo dah bilang berapa kali sih?"
"Ya udah, aku mau masuk."
"Iya, hati-hati kangen."
"Kepedean lagi," jawabku malas
Seperti biasanya, Abian hanya tertawa. Apa dia bahagia kalau menggangguku seperti ini? Dasar, gak ada cara lain apa.

"Yaudah gue pulang ya."
"Iya bi," jawabku malas. Tapi berbeda dari responku, respon Abian terkejut saat itu, ia menoleh kepadaku, "Barusan lo bilang apa? Bee?"
Aku hanya mendecak, "Kakak pedenya kebangetan ya. Maksud aku Bi tuh diambil dari A-bi-an" ucapku mengeja sambil menekan semua hurufnya.
"Yaudah gapapa, panggil gue gitu aja."
"Mau dipanggil Bi? Babi?"
"Yaudah, nanti juga bakal ada waktunya lo manggil gue gitu"
"Ck, udah sana pulang."
"Iya bee," jawab Abian menggodaku

Abian menyalakan motornya, lalu pergi.

Tapi siapa sangka, Abian malah berteriak cukup kencang setelah berjarak 2 rumah dari rumahku
"Dadah bee! Eeh sayaangg!."

Aku hanya melotot, malu dengan kelakuan Abian. Bagaimana kalau tetangga dengar. Dasar Abian, kalau gak bikin masalah, ya malu-maluin.

~~~~






My Anonym BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang