Malam itu, kami berjanji untuk tidak tertidur. Duduk berdampingan di sofa biru benhur. Menghapus jarak untuk saling menghangatkan diri, dengan mata yang sudah mulai sayu. Lengannya tersampir di punggung sofa, melingkari bahu. Telapak tangan besarnya membawa kepalaku untuk tertidur di pundaknya. Menetap di sana, sembari mengelus lembut dengan jemarinya. Pukul 3 pagi bukan apa-apa bagi kami. Tetapi, tanpa kami sadari, kantuk sudah menguasai. Ia bertanya, "Apa kamu tidak mau menyanyikanku sebuah lagu?"
Aku membalas, "Aku tidak mau." Lalu, ia menutup mata dan menaruh kepalanya di atas kepalaku. Beban ringan yang tidak ingin kusingkirkan. Di tengah keheningan yang nyaman, aku merasakan irama napasnya yang teratur. Mendengar detak jantung kerasnya yang tak dapat kutegur. Hingga tak sadar, aku pun tertidur. Menyusul dirinya ke dalam dunia mimpi, yang menolak untuk berhenti.
- nidera
KAMU SEDANG MEMBACA
Sececah Cinta dari Cetera
Poetry[NIDERA Voice Journal is available on YouTube & NIDERA Podcast is available on Spotify] Kumpulan sajak manis-pahit yang mampu menoreh sedikit warna di hatimu. "Sudah saatnya untuk berdiri dengan dua kaki pada pukul tiga pagi." June 22, 2018 [Link i...