31 Juli 2021

4 0 0
                                    

Kita memang hobi memikirkan diri sendiri. Tetapi, kita tidak seegois itu dan hanya mencoba menjadi mandiri. Kita berjalan menjadi dewasa berdua. Memikirkan perasaan dan kepentingan satu sama lain, yang sangat berharga. Lalu, apa yang sebenarnya memisahkan kita?
Aku terus bertanya, dan pada akhirnya menemukan jawabannya.

Kita memiliki proses untuk menuju titik terbaik dalam diri kita. Dan, kita pernah melewatinya bersama-sama. Sayangnya, aku dan kamu hanya mampu melewati setengah proses itu. Tuhan sudah memberikan ketidaksanggupan kepada kita supaya kita tahu. Bahwa orang yang akan melanjutkan sisa setengah prosesnya lagi, bukan kamu dan juga bukan aku. Ada seseorang di sana yang sudah menanti. Perjalanan yang kemarin kita lakukan dan harus terhenti, akan mereka lanjutkan untuk kita dengan kesiapan hati.

Kamu mungkin bertanya, "Lantas, mengapa Tuhan mempertemukan kita?"

Hei, Sayang. Di depan jalan sana, ada jalan yang bercabang terbelah menjadi dua. Aku ingin ke kiri, namun kau ingin ke kanan. Tuhan telah memberikan kita setengah jalan. Saat itu, kita butuh tumpangan untuk menempuh berbagai macam rintangan. Kamu dan aku adalah penumpang sekaligus pengendara. Kita memiliki tempat tujuan yang berbeda. Namun, setengah jalan yang sama. Tuhan mempertemukanku denganmu untuk mempermudah setengah prosesnya. Pada akhirnya, kamu dan aku menemukan akhir 'kita'

Kita akan menunggu di cabang jalan ini, dan akan terus menanti. Siapa yang akan lebih dulu ditawari tumpangan, untuk sampai ke tempat tujuan? Namun, yang terpenting adalah ... terima kasih.

Terima kasih sudah berjalan bersamaku. Mengangkat diriku yang selalu tersandung batu jalan tanpa rasa malu. Jangan menyesal atas perjumpaan kita yang tidak semu. Kita berpisah tanpa rasa bersalah. Karena, memang di antara kita tidak pernah ada masalah. Kita berdua hanya berbeda arah. Seperti aku yang berusaha untuk tidak menangis, aku harap kamu bisa cepat tersenyum manis. Memoriku di mana ada kamu di dalamnya, akan selalu terpatri dalam hati. Jadi, jangan terlalu lama memaki diri. Aku tahu, kok, kamu sudah siap berdiri dengan dua kaki. Pada saat itu, aku juga akan mengikuti. Kita jatuh bersama, maka kita bangkit bersama lagi. Di jalan yang berbeda nanti, aku akan tetap menyemangatimu sepenuh hati.

"Tetaplah berlari! Jangan berhenti!" Dari sana, aku akan meneriaki. Maka berpalinglah sedikit ke belakang. Lihat lambaian tanganku di ujung jalan. Balas senyumanku dengan menantang. Bahwa kau yakin, kau pasti bisa menang. Dan, aku mengharapkan kemenangan itu dengan rasa senang. Aku menyayangimu, dan akan selalu begitu. Tetaplah tertawa, karena dengan begitu pun aku bisa bahagia melihatnya.

- nidera

Sececah Cinta dari CeteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang