Aku tidak menghitung berapa banyak tangisan yang kukeluarkan. Mengingat banyak kenangan yang begitu menyakitkan. Mengingat jemari lembutmu membawaku ke dalam tidur lelap. Sedangkan kini, kepastian untuk mengatupkan mata di malam hari saja, tidak tetap. Mengingat tujuh hari terakhir tidak mendengarkan perintah Mama, agar hanya bisa menghabiskan waktu bersamanya. Tujuh hari terakhir terbahagia dan tak akan pernah terlupa.
Mengingat kabar tiba-tiba, ketika kamu terjatuh saat aku masih SMA. Kala itu, aku masih mengenakan seragam putih abu-abu, dan pergi menuju ke sisimu dengan terburu-buru. Namun, kenangan mencabik hati adalah kabar yang datang di tengah perjalanan. Kabar bahwa kamu tidak lagi bernapas, dan akan menghilang. Tanganku terjatuh lemas di sisi tubuh, dan melepaskan telepon genggam. Aku mengingat, kala itu tubuhku terbujur kaku. Bola mataku berlari ke sana-sini, merefleksikan isi kepala dan hati yang tidak bersatu. Dengan empat kata, "Umi sudah tidak ada." Membuatku tidak lagi memiliki asa, bahkan hingga tahun-tahun ke depannya.
Mungkin kamu melihat aku dari atas sana. Melihat apa yang aku dan adik-adik alami bersama. Melihat bagaimana kami menerima pelecehan dan kekerasan, selama kamu tidak ada. Selama ini, aku selalu bersembunyi di balik perisaimu, yang tidak kenal kata rihat. Tetapi kini, izinkan aku meminjam perisai itu untuk melindungi mereka dan menjadikanku kuat.
Untuk kamu, aku yang sekarang, bukan lagi aku yang dahulu. Semenjak kepergianmu yang tidak sesaat, duniaku berputar 360 derajat. Seolah-olah tidak lagi ada pelindung, mereka yang jahat mulai merundung. Cacian, makian, dan hinaan dilemparkan, banyak luka hati yang tidak tertahankan. Hati yang kini penuh banyak goresan, aku tidak bisa lagi menyembuhkan. Tetapi, dengan ketidaksempurnaan hati, aku masih mampu untuk bertahan. Mengingat sosokmu yang tidak pernah mundur, dan menghalauku dari ribuan panah dengan badan. Setelah kamu tidak ada, aku ingin melindungi mereka yang bersembunyi di balik punggungku, seperti kamu seorang pahlawan.
Kini, aku ingin berdiri di posisimu. Menjadi wanita terkuat, yang terus melangkah maju tanpa malu. Menjadikan hinaan mereka sebagai aksesori. Yang tidak akan pernah berhasil menjatuhkan, melainkan digunakan untuk mempercantik diri. Aku selalu mengingat ribuan kata yang kau sampaikan. Bahwa, tidak semua yang berakhir dengan tangisan, dalam prosesnya tidak ada senyuman. Dan, apa yang berakhir dengan senyuman, pasti di baliknya terdapat banyak tangisan.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya, yang tidak bisa dirayakan bersama. Dan, jurnal ini untuknya untuk merayakan hari kelahiran dan kepergiannya. Terima kasih sudah pernah ada, mengisi setengah umurku dengan kenangan berharga. Aku mencintaimu lebih dari segala jenis cinta yang ada di dunia.
- nidera
KAMU SEDANG MEMBACA
Sececah Cinta dari Cetera
Poesia[NIDERA Voice Journal is available on YouTube & NIDERA Podcast is available on Spotify] Kumpulan sajak manis-pahit yang mampu menoreh sedikit warna di hatimu. "Sudah saatnya untuk berdiri dengan dua kaki pada pukul tiga pagi." June 22, 2018 [Link i...