Tiap melangkah, manikku terarah dalam ruang kosong tak mengalah. Tiap terpejam, terbayang dalam benakku, sosoknya memasuki ruang pandang yang terpaku. Suaranya menyelam dalam sukma kalbu, tak kuasa rasa yang memuncak dan ingin menyerbu. Menyuruk masuk ke dalam rongga dada, berenang bebas menghamparkan rasa. Sembari imajinasi merasuki, akal sakitku memaki. Sosoknya membuatku memaki diri hingga tak sanggup menggerakkan jemari. Tolong, jangan pergi. Panca indraku menatap, tak jua mereka berucap. "Jangan pergi, jangan pergi. Tetaplah di tempat, dan jangan melangkahkan kakimu dengan mantap."
Sosok itu mengirim rasa terlena. Mampu menggerakkan hati sang Pena. Seolah melukis liukkan tubuhnya, setiap pahatan indah miliknya. Pena menari di atas kertas putih temaram, menorehkan liku tinta hitam kelam. Kisah melambai lembut, figur yang seolah bergelut. Dengan goresan indah itu, aku menciptakan sebuah karya. Dia adalah sosok di balik pena.
- nidera
KAMU SEDANG MEMBACA
Sececah Cinta dari Cetera
Poetry[NIDERA Voice Journal is available on YouTube & NIDERA Podcast is available on Spotify] Kumpulan sajak manis-pahit yang mampu menoreh sedikit warna di hatimu. "Sudah saatnya untuk berdiri dengan dua kaki pada pukul tiga pagi." June 22, 2018 [Link i...