4. Rencana

31 4 1
                                    

Rasa segar mengalir di tenggorokanku.

Aku tidak tau apa itu, yang jelas aku merasa kelima inderaku menajam. Tubuhku jauh lebih fresh dari biasanya.

"Manis, kan?" Kulihat Blaze tengah memasukan cairan merah ke dalam mulutku melalui daun.

Aku menyingkirkan tangan Blaze dari hadapanku, "Apa itu?"

"Darahku." Blaze menyeringai kecil.

"Uhuk." Aku ingin sekali memuntahkannya namun rasanya memang tidak buruk.

"Kau tidak perlu berpura-pura tidak menyukainya."

"A-aku memang tidak suka!"

"Lihat? Ucapanmu terbata-bata. Jelas sekali kau berbohong."

"T-tidak kok!"

"Dasar." Blaze mendengus kecil.

Perhatianku tertuju pada langit-langit. Tidak ada pohon. Atap. Lantai keramik. Rebahan di ranjang. Sepertinya ini ... di rumah.

"Tepat."

Aku tersentak mendengar suara itu, seakan-akan ada yang bisa membaca pikiranku! Seorang lelaki duduk memunggungiku, ia menghadap jendela.

"Benar. Aku ini mind reader."

Mind reader? Pembaca pikiran? Aku harap tidak memikirkan hal aneh sebelum ini. Ngomong-ngomong, siapa dia? Ah, mungkin temannya Blaze.

Lelaki itu bangkit dan menghampiriku. Aku sedikit terperangah dengan parasnya. Ia menatapku lekat, membuatku seakan tenggelam dalam pandangan kosongnya.

"Jadi, kau yang bernama Nora Archer." Dia terdengar seperti mencibir.

"Jangan meremehkannya." Kata Blaze memperingatkan.

"Hanya karena dia membantai klan demon sendirian?" Percayalah, cara bicara orang ini sangat tidak mengenakkan, "Don't be stupid, Blaze. Dia ini bukan yang kau kenal."

"Apa maksudmu?" Tanyaku sedikit tidak terima. Yang kuingat dari ucapan Lunar, aku di sini adalah orang penting. Maksudku, jiwaku yang dulu di sini.

"Kau bukan archer." Kulihat sorot manik zamrudnya yang menyala tajam, "Kau hanya Nora."

Sial, aku lupa dia mind reader! Lelaki itu hanya menatap datar padaku, namun masih dengan sorot tajam.

"Berhenti mengintimidasinya, Lionel."

"Hn." Lionel pun kembali berjalan membelakangiku, ia meraih buku berwarna merah tua di rak.

Aku mempernyaman posisi tubuhku. Empuk, aku suka. Sudah berapa lama aku tidak rebahan santai seperti ini? Ah, kurasa aku tidak akan bangun dari tempat ini meski jika dicambuk berkali-kali.

"Jadi, aku harus mencambukmu?"

Aku menatap Lionel kesal. Seenaknya saja dia membaca pikiranku! Sial. Berakhir sudah rahasiaku. Selain Lunar, Lionel juga mengetahui kebenaran tentangku.

Ah, aku tidak peduli. Lagipula aku menumpang di sini hanya sebentar, kan?

"Apa tidurmu masih kurang, Nora?" Blaze berdecak pinggang di hadapanku.

Aku menatapnya malas, "Kurasa iya."

Bulu kudukku berdiri begitu merasakan sebuah sengatan dari dalam tubuhku. Refleks, aku bangun dari tempat tidur. Deru napasku tidak beraturan. A-apa itu tadi?

"Kau lupa kalau darahku juga mengalir dalam tubuhmu?" Blaze terkekeh melihat ekspresi wajahku.

Jadi dia yang melakukan itu?!

"Kau hampir membunuhku!" Seruku kesal. Aku menjambak rambutnya, meski harus sedikit berjinjit. Mengapa dia tidak mengaduh kesakitan?!

"Lunox."

Sejenak, perhatianku teralihkan pada suara Lionel. Ia tengah membaca buku berwarna merah dengan alis bertaut saking fokusnya.

"Keseimbangan." Sambung Lionel.

Blaze melepaskan tanganku dari rambutnya. Ia duduk di tepi ranjang. Aku pun melakukan hal yang sama. Sepertinya Lionel akan mendongeng.

"Ia terjebak di dalam mimpi," pupil mata Lionel bergerak mengikuti arah bacanya, "Moon Godness mengunci kekuatannya. Twillight orb miliknya telah dicuri. Cahaya mulai meredup, bayangan menyelimuti. Dunia ini tak lagi seimbang."

Apa maksud ucapannya? Apa itu Twillight orb?

"Kita harus membangunkannya." Kata Blaze dengan raut serius.

"Posisinya tak jauh dari perbatasan," Lionel tampak bergumam ragu, "Di atas awan. Dijaga oleh klan guardian angel. Puluhan, tidak tidak, ratusan. Jumlahnya ratusan. "

"Memang dia kenapa?" Tanyaku masih bingung dengan arah pembicaraan dua makhluk ini.

"Dia yang menjaga keseimbangan tanah ini, Land of Magic." Blaze menerangkan, "Twillight orb dan Bright orb dikendalikannya untuk menjaga keseimbangan dunia. Ratu Demoniac telah berhasil mengambil twillight orb dari Lunox."

"Tidak lama lagi akan ada peperangan antara klan demon dan klan elf. Tingkat kemenangan untuk para elf sangat minim, karena raja Estes belum pulih dari sakitnya."

A-aku kan juga bagian dari klan elf?! Jika kalah, maka dampaknya akan ikut menyambar padaku. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Jadi, apa rencana kalian?" Tanyaku lagi.

"Membangunkan Lunox, membuat dia berpihak pada kita." Lionel membalas dengan datar.

"Pertama-tama, kita harus melepaskan segel yang mengikat Lunox."

★★★

Summon admin CreaWiLi !
MaaLjs
Tangan_Kiri
noviap26_
AudyaAprilia
RGNyamm
NyaiLepetj
Quinhiems
Tiuplylyn

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang