"Ahahahah."
Gelak tawa dari Queen Alice menggelegar mendengar isak tangis warga Riverland. Ia melemparkan twillight orb di antara kerumunan warga, letusan terjadi ketika Queen Alice berteleportasi di tempat twillight orb berada.
BOOM!
Puluhan warga terpelanting tidak berdaya. Alice menyeringai lebar, "Serahkan padaku Nora Archer atau aku akan meratakan desa ini!"
"Dia tidak ada di sini!" Seru seorang pemuda menjawab.
Kedua alis Alice bertaut tidak suka mendengarnya, ia melempar twillight orb pada pemuda malang itu.
"ARRGGGHH!"
Teriakan nyaring yang terdengar menyakitkan keluar dari bibir pemuda itu. Daya hidupnya seakan diserap hingga ke titik akarnya.
Alice menarik kembali twillight orb ke tangannya setelah pemuda itu tewas menggenaskan, "CEPAT SERAHKAN NORA ARCHER!" Teriaknya mengancam.
Seluruh warga Riverland tak menghiraukan. Mereka tidak ingin bernasib sama dengan pemuda itu. Kebanyakan dari mereka sibuk melarikan diri dan bersembunyi.
Alice tertawa. Menyenangkan sekali bermain-main dengan nyawa rakyat kecil. Ia ingin meluangkan waktu untuk menyiksa warga Riverland sejenak.
Twillight orb mengeluarkan sinar gelap keunguan, asap tebal perlahan muncul menutup pandangan Desa Riverland.
"Summonia blood blath." Alice terbang memutari twillight orb yang melayang di atas langit, "MA SUMMON BLODDY YA!"
BLAR!
Awan hitam berkuasa. Asap ungu tebal memenuhi pandangan. Satu persatu warga Riverland tumbang. Beberapa dari mereka berusaha bertahan. Asap itu membuat mereka sulit untuk respirasi.
"AEGIS!"
Teriakan lantang itu sukses menarik perhatian Alice. Seseorang membuat perisai di antara kabut yang Alice buat. Beberapa dari warga Riverland selamat sementara lainnya berada di ujung tanduk.
Alice turun menapak tanah dengan anggun. Ia berjalan menuju perisai itu. Salah satu alisnya terangkat melihat lelaki berambut cokelat berusaha mempertahankan perisai itu sendirian.
Alice tidak mengenalnya. Sudut bibirnya terangkat, "Mari kita lihat seberapa jauh kau bertahan."
Sebelum twillight orb menembus perisai itu, sebuah bola biru terang menghalangi. Alice menggeram kesal.
"Rakyatku bukanlah tandinganmu, Queen Alice."
Suara tegas nan berwibawa itu menginstruksi. Alice mengenali suara itu. Ya, Raja Estes. Raja dari Riverland Kingdom yang telah lama bertapa untuk menyembuhkan lukanya selepas insiden perang tiga abad lalu.
"Wah, wah, masih hidup rupanya." Alice membalikkan tubuhnya, menghadap Estes sepenuhnya.
Ternyata ada banyak pasukan perang di belakangnya. Alice tertawa geli, "Satu melawan seribu? Itu keputusan yang sangat tidak adil, Raja."
Estes tampak tak menghiraukan perkataan Alice, "SERANG!!!" Titahnya lantang.
Ribuan pasukan berkerumun menyerang Alice. Sebelum mereka berhasil menyentuh Ratu Demoniac itu, asap tebal kembali datang namun dalam lingkaran kecil di sekitar Alice.
Beberapa dari pasukan itu tumbang terlebih dahulu, membuat pasukan lainnya menatap ragu. Mereka menatap satu sama lain.
"Kenapa? Takut?"
Suara Alice dapat terdengar dari balik kabut ungu tebal itu. Ia melemparkan twillight orb tepat di belakang Estes kemudian berteleportasi ke sana
BLAR!!!
Pasukan di dekat Estes terpelanting seketika. Alice menyeringai lebar. Ia mendekatkan wajahnya di telinga Estes, "Kau juga bukan tandinganku, raja." Bisiknya.
Estes tak gentar, ia mengeluarkan sebuah buku mantra dari tangannya. Tiba-tiba, muncul cahaya biru dari langit yang melingkupi Estes.
Simbol bulan sabit besar muncul di belakang punggung Estes. Alice mundur ke belakang. Ia tersenyum miring.
Heal, itu adalah kekuatan Estes. Juga garis lingkaran di luar kerajaan yang dibuat untuk melindungi Riverland dari hasrat para demon.
Jika demon kasta terendah melewati garis lingkaran itu, maka ia akan lebur menjadi abu. Sayangnya Alice bukan lagi berada di kasta itu.
Dengan menyerap daya hidup para Elf menggunakan twillight orb, Alice tumbuh menjadi sangat kuat. Queen Demoniac itu bahkan telah menghancurkan banyak kerajaan kecil untuk memenuhi hasrat kekuatannya.
Estes mengangkat salah satu tangannya ke udara, memfokuskan kekuatannya di sana. Setelah beberapa saat, tangannya mengepal. Seluruh warga Riverland mengeluarkan cahaya biru dalam dirinya.
Alice yang menyadari hal itu langsung mencekik Estes dari belakang, "Bodoh."
"U-ugh." Estes mencoba bertahan. Ia berusaha menyembuhkan luka dari rakyatnya menggunakan kekuatan heal dari Moon Godness.
Cengkraman Alice terlepas ketika merasakan panas di tangannya ketika menyentuh Estes. Ada luka bakar di tangannya.
Ini aneh, mengapa regenerasinya tidak bekerja?
'Dia ... Mengorbankan daya hidupnya?' batin Alice tercengang. Semakin lama, hawa di Riverland semakin panas untuknya.
Menyadari nyawanya dalam bahaya, Alice terbang meninggalkan Riverland. Estes terbaring lemah mencium tanah. Darah menetes dari kepalanya perlahan.
"Raja Estes!"
Agis, lelaki yang tadi membuat prisai itu berlari menghampiri Estes. Raut khawatir dapat terbaca melalui wajahnya.
"R-raja." Panggil Agis serak. Isakan kecil muncul begitu saja, "A-ayah." Lirihnya.
Estes dengan tatapan sendu tersenyum kecil. Tangannya mengusap air mata di pipi Agis, "Kuserahkan kekuasaan Riverland di tanganmu, Agis."
Pergerakan Estes melemah. Tangan yang tadinya mengelus pipi Agis jatuh ke tanah. Agis menangis keras, "AYAH!!!" teriaknya.
Kristal biru keluar dari mulut Estes yang terbuka. Kristal itu terbang mengikuti kemana arah angin membawanya.
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi
FantasíaRasanya sangat aneh ketika terbangun di tempat yang tak dikenal. Dianggap sebagai orang lain, dari situlah Nora memulai hidup barunya. Nora tidak menyangka, sebuah tindakan kecil dapat mengubah kehidupannya yang ia kira tidak berarti.