"Nora Archer." Aku menoleh begitu mendengar namaku dipanggil.
Raja Estes. Nama itu langsung terngiang di kepalaku, seolah aku telah lama mengenalnya.
"Kejam sekali kau mengingkari janjimu," Raja Estes yang terlihat berwibawa itu tersenyum kecil, "Mengapa kau pergi dari Riverland?"
"Mengapa kau memenuhi hasrat membunuhmu?"
"Mengapa kau membiarkan jiwa iblis tumbuh di dalammu?"
"Kau berubah setelah pulang dari Blossom Empire."
Aku hanya diam menatapnya. Apa aku terlihat ... Seburuk itu?
"Kau bahkan diam saja ketika aku bicara."
Tunggu, jadi dia ini nyata? Aku menyentuh tangannya, dingin. Astaga, dia ini asli. Aku segera melepaskan tanganku.
"Maafkan aku." Kepalaku menunduk, entah mengapa aku merasa sangat bersalah. Kurasakan tangan raja Estes menepuk kepalaku.
"Aku punya satu permintaan."
Kepalaku mengandah menatapnya, "Apa itu?"
"Pergilah ke Blossom Empire dan bawa kembali keseimbangan Land of Magic."
•°•°•
"... Ra!"
"Nora!"
Lunox menepuk-nepuk pipiku. Well, lebih tepatnya menamparku berulang kali.
"Syukurlah kau masih hidup!" Lunox menghembuskan nafas lega.
"Aku ketiduran, ya?" Gumamku bermonolog.
"Ketiduran? Kau tadi keselek biji kristal tau!" Mata Lunox menyipit, "Mungkin karma karena kau telah menertawakanku."
Oh iya, tadi Lunox terpeleset sampah apel ketika hendak memetik bunga anggrek. Dibilang keselek juga tidak tepat sih, sebenarnya aku mendramatisir saja. Kristal itu langsung pecah begitu masuk ke mulutku.
"Oh iya, kau kenal Raja Estes?" Tanyaku.
"Maksudmu raja dari Riverland?" Lunox bersidekap dada, "Yah, aku tidak merasakan daya hidupnya lagi. Kurasa dia sudah .... Mati."
"Darimana kau tau? Kau kan dari tadi di sini bersamaku." Ujarku heran.
"Heh, kau lupa siapa aku?" Lunox mengangkat bahunya, "Aku ini penjaga keseimbangan Land of Magic."
"... Tapi aku tadi bertemu dengannya," gumamku sedikit ragu, "Dia menyuruhku untuk pergi ke Blossom Empire."
"Sungguh? Dia bertemu denganmu?" Lunox tampak terkesiap, "Itu berarti dia menganggapmu orang penting."
"Hah?"
"Kuberitahu sesuatu, penduduk Riverland memiliki satu keistimewaan."
"Apa itu?"
"Mereka mengeluarkan kristal ketika mati. Kristal itu adalah roh mereka. Mereka dapat menjumpai orang yang penting bagi mereka sebagai ucapan perpisahan."
•=•=•=•
Lionel berdiri di depan perbatasan Land of Magic. Ia menyentuh pelan dinding transparan. Hangat. Itu berarti seseorang baru saja keluar dari sana.
Lionel menarik kembali tangannya. Bukankah ia telah memasang mantra terkuat untuk mencegah klan demoniac agar tidak memasuki tanah bangsa elf? Mustahil bisa tembus cuma-cuma seperti ini.
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki dari kejauhan ditangkap daun telinga Lionel. Lelaki itu kembali memasang tudung jubahnya dan menghilang.
•=•=•=•
Aku dan Lunox kembali ke rumah Lionel dengan satu keranjang apel.
"Aku pulang!"
Tidak ada yang menyahut. Aneh, rumah ini sepertinya kosong. Kemana pula Lionel ini? Aku akan meletakan keranjangnya di atas meja saja.
Glutak!
Aku jatuh terduduk. Semua apel jatuh, menggelinding tanpa arah. Kepalaku terasa pusing. Sangat, sangat pusing.
"N-nora, kau kenapa?"
Aku mengandahkan kepala. Pandanganku memburam melihat Lunox. Aku meringkuk sembari memegang kepala. Rasanya sakit tidak karuan, seperti ditusuk oleh ratusan belati tanpa ampun.
"N...ra ...au bu... ....an . .. laz ..."
Indra pendengaranku samar-samar tidak berfungsi. Haus. Aku haus. Benar-benar haus.
Blub ...
A-ada air! Tanganku bergerak liar, mencari sumber air itu berasal. Pandanganku semakin blur ditambah kepalaku berdenyut ketika berdiri. Aku memilih untuk merangkak.
Blub ... Blub ... Blub
Sumber air itu semakin dekat. Aku bisa merasakannya. Aku meraba-raba sesuatu yang hangat, menarik paksa sesuatu itu ketika ia meronta.
Sumber airnya ada di dalam sini, aku yakin itu. Lantas aku mencoba mengigit sesuatu yang kutemukan. Sulit sekali memasukannya ke dalam mulutku. Kurasa ini benda bernyawa.
Aku menggigitnya liar. Segar. Air itu muncrat di wajahku. Rasanya seperti terlahir kembali.
BUGH!
Kepalaku terbentur ke lantai. S-siapa yang memukul kepalaku? Kesadaranku lagi-lagi memudar. Ugh.
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi
FantasyRasanya sangat aneh ketika terbangun di tempat yang tak dikenal. Dianggap sebagai orang lain, dari situlah Nora memulai hidup barunya. Nora tidak menyangka, sebuah tindakan kecil dapat mengubah kehidupannya yang ia kira tidak berarti.