Nora's POV
Dasar keparat! Dimana Blaze dan Lionel? Mereka bilang akan kembali berkumpul di pohon apel ini setelah berhasil.
"Itu dia! Tangkap si penipu itu!"
Astaga, ratusan penjaga itu mengejarku! Bahkan puluhan dari mereka terbang di atasku, melesatkan sebuah anak panah padaku. Beruntung aku gesit, setidaknya aku masih bisa menghindarinya hingga Lionel atau Blaze datang.
Tapi ... Sampai kapan aku akan bertahan?
ZAP!
Jantungku hampir berhenti berdetak. Astaga, astaga, astaga, astaga! Hampir saja benda tajam itu mengenaiku.
"Invisible." Gumamku. Tubuhku transparan selepas mengatakan itu, membuat para penjaga itu kebingungan akan keberadaanku.
Aku mengeluarkan busur dari tanganku, melepaskan beberapa tembakan pada penjaga yang terbang di atasku.
ZAP! ZAP! ZAP!
Puluhan penjaga terpelanting jauh ketika anak panahku mengenai mereka. Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku tidak percaya bahwa aku sekuat ini.
"Arah jam dua! Dia ada di sana!"
Sial, aku tidak tau jika menjadikan tubuh transparan sekaligus menyerang bukan hal efektif. Tubuhku tak lagi transparan, membuat para penjaga mengejarku dengan nafsu membunuh.
Aku berlari sambil menyerang, mengarahkan anak panahku asal yang anehnya tidak pernah meleset. Sebenarnya yang hebat aku atau busur ini?
"?!"
Aku segera menghentikan langkahku begitu menyadari bahwa aku tengah berlari ke arah jurang. Keseimbanganku gonyah, tanganku berusaha menjangkau apapun dari atas sana. Tubuhku terasa melayang, hembusan angin menamparku dengan sangat kuat.
Apa aku akan mati?
Aku memeluk busurku erat. Pasrah saja, aku kan memang tidak punya sayap.
Tap!
Perlahan mataku terbuka. Blaze, lelaki itu mendekapku. Sayap kelelawarnya terbang melawan embus angin.
"Dasar bodoh! Sudah berapa kali kau bermain dengan kematian hah?!" Cerca Blaze terlihat ... Marah.
Aku tersenyum miring, "Lalu, mengapa kau masih saja menolongku, huh? Kau ini suka padaku atau apa?"
Blaze melirikku seklias kemudian kembali fokus pada arah terbangnya. Kurasa Nora Archer dan Blaze memiliki hubungan khusus.
Namun .... Mengapa kenangan masa lalunya bersama Blaze terlihat suram? Aku benar-benar tidak mengerti.
•°•°•°•
"Dia ini ... Lunox?"
Lucu sekali. Kupikir Lunox itu semacam kekuatan atau apalah. Ternyata dia hanya seorang gadis mungil.
"Jangan tertipu oleh tampangnya," ucapan Lionel menghentikan tanganku yang hendak mencubit pipi Lunox, "Dia dapat menghilangkan keberadaanmu sekejap mata."
"Memangnya dia ini seorang dewi? Atau titisan Moon Godness yang kalian hormati itu?"
"Dia terlahir dengan kekuatan yang sangat berbahaya," alis Lionel menajam, "Itulah alasan Moon Godness mengurungnya di dalam bangunan setengah bola itu."
"Kalau begitu, mengapa kau membawanya ke sini?"
"Kita mungkin bisa meminjam bright orb miliknya."
"Meminjam katamu?" Aku menatapnya geli, "Kau baru saja menculiknya. Memangnya dia akan langsung percaya padamu begitu saja?"
"Aku—"
"Uhmm." Lunox terbangun, ia mengusap matanya pelan dan menatap sendu, "Kalian ... Siapa?"
Lunox meraba tubuhnya sendiri, membuatku dan Lionel menatap heran. Ditambah ia mencubit tangannya sendiri.
"Kau kenapa?" Tanyaku.
"Ini ... Bukan mimpi?"
"Ya." Balas Lionel singkat.
"Aku ... Terbangun dari mimpi?" Tanya Lunox seakan tidak percaya. Ia menampar pipinya kemudian mengaduh kesakitan.
Kuharap dia tidak gila.
"Ah, maaf. Aku terlalu lama terkurung di dunia mimpi hingga hampir lupa siapa aku."
"Kau memang tidak lupa, kan?" Tanya Lionel memastikan. Lunox menjawab dengan anggukan.
Kemudian, sebuah cahaya kuning dari tangan Lunox. Ia pun mengibaskan tangan lainnya, mencoba mengeluarkan sesuatu namun tidak berhasil.
"Tunggu, dimana twillight orb?" Tanya Lunox pada dirinya, panik. Ia mengibaskan tangannya lebih cepat namun tetap saja tidak muncul.
"Kau tidak ingat?" Lionel mendengus, "Ratu Alice mencurinya darimu tiga abad yang lalu."
Lunox meneguk ludahnya mendengar jawaban Lionel. Raut khawatir dapat terbaca dari garis wajahnya.
"Karena itulah, aku membangunkanmu." Lionel melipat tangannya, "Berikan aku bright orb dan aku akan berusaha melindungi Land of Magic."
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi
FantasyRasanya sangat aneh ketika terbangun di tempat yang tak dikenal. Dianggap sebagai orang lain, dari situlah Nora memulai hidup barunya. Nora tidak menyangka, sebuah tindakan kecil dapat mengubah kehidupannya yang ia kira tidak berarti.