Kami berjalan ditemani sinar rembulan. Awalnya, Lionel melarang Lunox untuk ikut. Namun Lunox bersikeras bahwa ia akan baik-baik saja.
Yah, jadi kami pergi berempat. Sejak tadi, Blaze terlihat khawatir. Dia tidak banyak bicara hari ini.
"Kau kenapa?" Tanyaku pada Blaze.
"Tidak ada." Blaze terlihat seperti memaksakan senyumnya. Aku menggenggam tangannya. Dingin.
"Kalau ada masalah, ceritakan saja." Kataku membujuk sembari menggoyangkan tangannya.
"Tidak ada kok." Sepertinya cara ini tidak berhasil.
"... Apa yang terjadi?"
Perhatianku teralihkan oleh pertanyaan Lunox. Aku pun menolehkan kepalaku pada jalan yang kami tuju. Astaga, tempat mengerikan apa ini?
Yang menarik perhatianku adalah rombongan para elf yang berjalan ke arah utara. Apa mereka rakyat desa ini? Kemana mereka akan pergi?
"Riverland." Gumam Blaze yang masih dapat terdengar di telingaku.
Riverland? Tempat di mana Nora Archer tinggal? Tanpa kusadari, air mata mengalir deras di pipiku. A-aku menangis?
Lunox mengusap-usap punggungku. Blaze tampak shock dan Lionel terlihat seperti tengah menyelidiki sesuatu.
Lionel mengorek tanah lalu mendekatkan tanah itu ke hidungnya, "Bau ini ... Demoniac."
Lionel berdiri sembari membersihkan tangannya, "Ayo kita ikuti rombongan itu."
°•°•°•°
"Ugh." Tubuhku berdesakan dengan banyak orang. Bahkan aku mulai tertinggal jauh dengan rombonganku sendiri. Astaga ... jahat sekali mereka.
"Ah!" Seseorang menabrakku hingga membuat tubuhku oleng, hampir saja aku jatuh jika saja orang di sebelahku tidak menarik tanganku.
"Terima kasih." Kataku disungguhi senyuman. Orang di sebelahku terkejut melihatku.
"Kau ... Nora Archer?" Katanya yakin.
"Heh, jadi kau mengenalku?" Aku terkekeh, sepertinya aku mulai terbiasa dengan panggilan itu.
Orang itu menatapku tidak percaya ketika aku terkekeh, seakan tengah melihat kejadian langka. Hey, seburuk apa attitude Nora Archer yang kalian kenal?
"Aku Agis! Apa kau mengingatku?" Tanya orang itu, Agis, tampak antusias.
"Maaf, tapi wajahmu memang terlihat famillar bagiku." Balasku jujur, "Oh iya, ngomong-ngomong rombongan ini akan kemana?"
"Rombongan ini? Heh, jadi kau lupa tempat tinggalnya sendiri?" Tatapan antusias Agis berubah menjadi sinis.
Deg
"M-maaf, aku juga sedikit amnesia." Dustaku senatural mungkin.
"Ahahaha, aku bercanda." Agis tertawa lebar. Aku menatapnya kesal, kupikir dia serius.
"Kami akan pergi ke Blossom Empire."
"Hah? Untuk apa?"
"Mengungsi hingga keadaan membaik."
Aku heran. Jadi bukan hanya aku yang diminta pergi ke Blossom Empire. Aku dan Agis cukup lama bertukar cerita hingga tanpa sadar kami telah sampai di Blossom Empire itu.
"Ayo!" Agis menarik tanganku, menerobos orang-orang di depan kami hingga berada di barisan terdepan.
Para pengawal memberi jalan kepada rombongan kami begitu aku dan Agis berjalan di barisan paling depan. Mereka menundukkan kepala dengan hormat begitu melihat keberadaanku.
Mataku bergerak liar mencari Lunox, Lionel, dan Blaze. Dimana mereka? Seperti hilang ditelan bumi saja.
Aku menolehkan kepala ke belakang. Lho? Dimana rombongan tadi? Kenapa tiba-tiba mereka menghilang begitu saja?
"Hey, perhatikan jalanmu." Bisik Agis.
Pandanganku langsung tertuju pada singgasana sang ratu. Ada dua tempat duduk di sana, namun hanya ratu yang terlihat.
"Hormat kepada Yang Mulia Blossom Empire!" Kata Agis tegas, ia menundukkan badannya. Aku yang kebingungan pun melakukan hal yang sama.
"Agis Lovane, Nora Archer, dan penduduk Riverland. Ada apa kalian semua kemari?" Tanya sang ratu anggun.
"Ratu Vanna. Kami meminta izin untuk mengungsi di sini sejenak hingga pertikaian dengan klan demon membaik." Kata Agis masih dengan kepala menunduk.
"Apa yang terjadi pada desa kalian?"
"Queen Alice ... Menghancurkannya," suara Agis terdengar serak menahan tangis, "D-dan membunuh Raja Estes."
"Raja Estes terbunuh?" Ratu Vanna menutup mulutnya, "Bagaimana bisa?"
"Dia mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan kita semua." Agis menolehkan kepalanya ke arahku, "Ini gara-gara Nora Archer."
Tunggu ... Apa?
"Queen Alice hanya menginginkan dia, tapi malah kita yang jadi korban!" Seru salah satu warga.
"Benar, Nora Archer egois dan keras kepala! Seharusnya dia tidak pergi membantai klan demoniac!" Seru warga lainnya.
"Sebaiknya kita segera menyerahkan dia kepada Queen Alice!"
"Benar!"
Aku menatap tak percaya. Mereka semua mengintimidasiku. Bahkan ... Agis. K-kenapa tiba-tiba suasananya berubah seperti ini?
"Tenang semuanya." Suara Ratu Vanna menggelegar, namun tak berpengaruh pada mereka yang menyalahkanku.
Aku berjalan mundur, takut. Mencari pintu keluar dan berlari sekencang mungkin.
"Lihatlah, bahkan dia lari dari masalahnya."
"Dasar lemah! Seharusnya kau berterimakasih kepada Raja Estes."
"Pengecut."
Makian demi makian terngiang di telingaku.
Buliran air mata menghalangi pandanganku.Bruk!
Aku tersandung dan jatuh terduduk. Tangisanku meledak. Hiks, sungguh, aku tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Ini benar-benar membuat nyaliku ciut.
"Butuh bantuan?"
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi
FantasiRasanya sangat aneh ketika terbangun di tempat yang tak dikenal. Dianggap sebagai orang lain, dari situlah Nora memulai hidup barunya. Nora tidak menyangka, sebuah tindakan kecil dapat mengubah kehidupannya yang ia kira tidak berarti.