Pasta

3K 177 58
                                    

Kalau dalam keadaan sadar tidak bisa menyadarkan mungkin fase kehilangan akan menyadarkan bahwa semua bukan tentang siapa yang menjadi "budak cinta" tapi siapa yang menghargai sebuah perjalanan, perjuangan dan kebersamaan didalamnya.

******

Jangan jadi pincang dimasa depan hanya karna masa lalu yang masih terbawa. Tinggalin apa yang harus di tinggalin. Semua sudah ada porsinya.

******

"Aisyah, marry me?"

fiyuuuuuh....

Kalau dibilang kaget sih iya. Kalau dibilang seneng ya belum juga. Aku masih diam melihat semburat glukosa diwajahnya. masih dalam keterkejutan sepiring pasta dan... lamaran? Ouh tidak, apa ini yang dinamakan lamaran? Kenapa seperti ini. Dulu ketika Mas Arif melamarku dia tidak seperti ini.

Aisyah! bodoh! kenapa kamu mengingat orang itu lagi?!

Tiba-tiba suara tawa masuk kedalam indra pendengaranku. Mengembalikan pada titik kesadaran dan kembali memijak bumi. "Kenapa dokter tertawa?" sungutku masih menatap glukosa itu. Dia berdehem sedikit lalu melanjutkan memakan pastanya. Aku menunggu dia berbicara lagi tapi nyatanya tidak. Hening menyelimuti.

Aku menunduk sambil memainkan garpu pada pasta ini. Lapar sih tapi aku tidak tau apa yang dicampurkan didalamnya. Ya kalau baik kalau endingnya buruk. Hih! aku tidak mau seperti cerita ftv itu yang nanti kalau memakan makanan dari orang lain terus terjadi sesuatu dann...

Pletak!

"Assalamu'alaikum!" latahku sambil tangan menyentuh dada dengan pandangan lurus ke spesies didepanku ini dengan mata hampir keluar.

"serasa pengen nyubit pipinya, lucu" batin Khan.

"ehem.. wa'alaikumussalam makanya jangan melamun. kalau disuruh makan ya makan" ucap dokter itu sambil melangkah kedapur membawa piring yang isinya entah bocor kemana.

"Perasaan baru aja jadi glukosa kenapa sekarang berubah jadi es balok lagi? aneh!" sungut ku menatap punggungnya.

Perasaan apa ini? sungguh tidak bisa dijelaskan. Seperti permen nanonano bukan seperti permen merah cap kaki ya. Aku mengambil gelas ku tadi dan meminumnya kembali. Siapa tau ada oksigen yang dapat masuk kedalam otak ku dan bisa membuat aku berfikir kembali.

"Selesaikan makan mu lalu ambil semua barang-barang mu dan pergi dari sini" titahnya bak Raja Yunani.

"huh?"

"Saya mau kembali ke rumah sakit lagi dan kamu harus segera pergi dari sini" dia berucap lagi. Aku masih diam menunggu dia berbicara lagi. Jujur saja aku bingung dengan maksudnya. Kalau itu kata halus untuk mengusir kan ini bukan apartemen miliknya tapi ini milik Zhafran yang notabennya adalah temen ku. Kalau dia?

"Memang ini apartemen dokter Zhafran tapi nanti kalau saya sudah keluar dari sini kan kamu bakal sendiri disini"

"Tidak pantas jika seorang perempuan bertamu sampai larut dan bahkan menginap di rumah lelaki yang bukan mahramnya. jelas?" ucapnya sambil melirikku tajam. Seolah aku adalah anak yang sedang dimarahi oleh ayahnya karena terlalu banyak memakan coklat.

Ana Uhibbuka fillah, Dokter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang