Keputusan

1.9K 161 38
                                    

HALOO!!
APA KABAAR???????

JAM BERAPA KALIAN BACA INI???

JANGAN LUPA VOTE, COMMENTS, DAN SHARE KE TEMEN KALIAN Ya..

MAAF KARENA KU 1 BULAN LEBIH TIDAK ADA KABAR. HIHIHI

KARENA ADA SESUATU HAL YANG SEDANG MENJADI FOKUS AKU UNTUK SAAT INI.

TERIMAKASIH UNTUK DUKUNGAN KALIAN.

TERIMAKASIH UNTUK SEMANGATNYA.

KALAU KALIAN GAK MENUHIN KOLOM KOMENTAR AKU MUNGKIN BELUM UP LAGI. HUHUU😭

SEKALI LAGI TERIMAKASIH BUAT KAMU! IYA KAMU, YANG BACA CERITA INI DAN SABAR NUNGGUNYA.

SEMOGA SUKA DENGAN PART INI.

Happy Reading.

*****

Untuk apa meminta sesuatu yang dulunya sudah kamu tinggalkan?
Jika kamu membutuhkan, pertahankan!

*****

"Iya Jup"

"lagian yang ke rumah itu istri keduanya Arif. loe mau jadi istri ketiganya?"

"hah? gimana maksudnya?"

"Gak ada tenaga buat cerita gue"

"Dasar bunglon! bilang aja suruh bikinin makan" sungut ku.
Sedangkan dia hanya menunjukkan deretan gigi tanpa merasa berdosa.

"Memberi makan sesama muslim itu banyak lho Syah pahalanya, jangan salah!"

"Lo mau pembelaan diri pake agama lagi? Mau ikut-ikutan orang yang mutusin pacarnya dengan alesan hijrah tapi selang beberapa bulan jadian sama yang laen?"

"Jangan salahin agamanya! Salahin orangnya!"

"Siapa juga yang salahin agama, aku enggak tuh" jawab ku lalu membuang muka dengan masam.

Dan pada akhirnya semua yang Zhafran tau tentang Mas Arif di ceritakan semua kepada ku. Tentang Istri pertama yang bernama mbak Marwah, anak dari seorang ustadz yang dulunya pilihan abi. Sampai istri kedua keponakan dari staf pondok pesantren abi.

Setelah Zhafran mendongeng panjang lebar dia pun pamit karena harus kembali ke rumah sakit.

Waktu Aisyah habiskan hanya dengan duduk di kursi rotan belakang rumah.

Melihat langit yang tadinya bewarna biru cerah dengan awan putih bersih sedikit beranjak dengan semburat jingganya.

"Kalau aku seperti ini terus gak akan ada habisnya" berbicara sendiri tanpa sadar. Menghembuskan nafas frustasi dan seolah tidak ada rasa syukur sedikitpun.

Mendengar adzan Maghrib berkumandang Aisyah memutuskan untuk masuk. Menyalakan penerangan rumah lalu menunaikan kewajibannya.

Ana Uhibbuka fillah, Dokter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang