Posisi dan Negosiasi

11.3K 562 36
                                    

Dan pada akhirnya saya kembali kerutinitas terumit. Bekerja di sebuah perusahaan besar dengan berbagai karakter orang yang saya jumpai. Dan didepak keluar kantor untuk melanjutkan study sekaligus menjalankan kerja sama antar perusahaan di antar negara.


Alangkah baiknya perusahaan ini, membiayai pendidikan saya dari nol hingga pulang dengan tambahan gelar dinama saya. Sungguh bersyukurnya aku bisa bekerja dan mendapat kesempatan ini. Dan sekali lagi 'Maka nikmat Tuhan mu manakah yang kamu dustakan'.


Kata itu tidak aku ucapkan hanya saat menikmati teh buatan ibu, tapi selalu aku ingat atas karunia-Nya terhadap hidup ku. "Syah.. kamu ngapain dateng ke kantor? Bukannya kamu baru nyampe ya? " kata lida sambil memasuki ruangan kerja ku. "aku dapet kabar dari pak jonathan kalau aku harus hadir diacara rapat direksi nanti" tutur ku pada lida.


"Dih kalau aku mah ogah" kata lida.

"Sambil menyapa para sahabat saya yang tinggat sejiwaannya cuman setenggah kan gak ada salahnya.." ucap ku yang berhasil membuat lida manyun seperti anak-anak.

Tok.. tok.. tok..

Munculah sosok laki-laki jakung dengan potongan batako diperutnya setelah kukatakan masuk. "Assalamualaikum" kata salam terlontar dari mulut farhan. Dia seorang farhan yang menjabat sebagai idaman bagi para perempuan karna badannya yang menggoda.


"Ya ampunn batako! Apa kabar lo?" Kata lu begitu saja. "Assalamualaikum para perempuan!" Ulang nya dengan nada dingin. "Ya ya ya ya wa'alaikumsalam pak farhan" aku memutar bola mata ku jengah.

"Pak farhan? Emang anak kita udah lahir syah?"

"What?" Jujur aku binggung dengan perkataannya.

"Tadikan lo manggil gue pak farhan nah ngapain lo manggil gue pak? Padahal kan anak kita belom lahir, secara gue kan bapak dari anak-anak lo nanti"

Aku tak menjawabnya sama sekali hanya saja tas yang aku bawa berhasil membuat tatanan rambut dengan sedikit pomade itu berantakan. Dia laki-laki yang terlihat cool saat diam tapi jika udah bicara tengil nya pun nampak.

"Rapat direksi jam berapa?" Ucapku memecah kesibukan lida dengan hanphone nya dan farhan dengan pomade nya. "Gak tau, tanya aja lida" farhan yang masih sibuk dengan ramputnya. "Jam berapa lid rapat nya?" Mata ku tertuju pada lida.

"Gak tau, tanya aja farhan" tanpa menoleh sedikitpun. "Kata farhan suruh nanya lo, lo suruh nanya farhan.. yang bener yang mana sih? Apa gue harus nanya tatang sutarman lhah?!" Mereka sukses membuat ku naik darah.

Dan sedetik kemudian mereka menatap ku. "Belom ada 24 jam di indonesia udah naik darah aja lo" lida denga muka tak suka nya. "Syah pinjem sisir" nada merayu milik farhan.

"Ya gue nanya malah pada tendang sana tendang sisi" aku pun membela diri. "Rapat jam 10 neng, lagian apa lo gak dikasih tau pak jonathan? Katanya lo tadi dikabarin sama beliau" lida.

"Jamnya gak disebut sama beliau" jawabku pada lida.

"Syah.. pinjem sisir" farhan dengan tangannya menengadah. "Huh! Masih jam 10? Udah gak tahan nih mata gue pengen tidur cantik" ucap ku sambil memegang mata.

"Aisyah! Lo denger gue ngomong gak sih?!" Farhan dengan nada membentaknya.

Sontak aku dan lida pun kaget bukan main. Seorang farhan bernada tinggi? Dia sebenarnya bisa marah, tapi kalo gak kebangetan banget dia gak mungkin marah sih. "Apa sih farhan ku yang ganteng" ucapku selembut mungkin untuk mencair kan farhan.

"Gue pinjem sisir syah..." dia berbicara seperti anak kecil yang minta lolipop. "Astaqfirullah han!" Kugebrak meja didepan ku.

"Lo nada tinggi cuman gara-gara mau pinjem sisir? Ke gue lagi?".

"Lha emang kenapa?" Tanyanya dengan polos.

"Mana gue bawa sisir farhan.. kalo lo pinjem jilbab gue bawa double sekarang.. mau?" Selembut mungkin aku menjawab menahan jengkelku.

"Trus rambut gue gimana dong"

"Terserah!" Ucap lida sambil melempar bantal kecil disofa ruanganku.

***

Dan setelah berbincang-bincang dengan para sahabat ku yang kurang jiwanya itu dan beberapa karyawan lain, akhirnya waktu rapat pun tiba. Sekarang aku sudah duduk di kursi nomor dua dari depan dengan melempar senyum untuk menutupi rasa ngantuk ku.

Dirapat direksi itu menjelaskan kendala perusahaan beberapa bulan terakhir. Setelah banýak kata yang diucapkan saat nya memilih kandidat untuk duduk di kursi direktur.

Pak galang yang menjabat sebagai direktur sekarang dikabarkan akan mengakhiri masa jabatannya karna sudah tua dan masa pensiunnya telah tiba. Setelah beberapa nama yang disebut dan aku tau para beliau itu mempunyai kinerja yang baik dan patut untuk dijadikan teladan.


Tapi saat nama ku disebut paling akhir membuat mata ku yang tadinya dengan kadar kengantukan hampir memuncak sekarang musnah dengan hituangan detik. What? Me? Apa mereka tidak salah? Direktur utama? Bercanda!

Ya Allah.. Aisyah belum ada 24 jam di sini tapi kenapa otak aisyah harus mencerna seberat ini? Rapat direksi berakhir dengan kata bahwa setiap kandidat harus mempunyai kinerja yang baik untuk kemajuan perusahaan sampai pemilihan nya nanti.


"Wihh pulang pulang dari negara orang langsung dapet promosi bakal calon direktur" celotelan farhan yang berjalan dibelakangku. Aku tidak menanggapinya sama sekali. Aku berjalan keluar untuk pulang, istirahat karna masa cuti ku masih dua hari.

Berjalan keparkiran dengan senyum tipis ke beberapa karyawan yang menyapa. Saat aku ingin memasuki mobil tiba-tiba ada yang mencelakal lengan ku. Dia Dany kusuma willy, anak dari Andi kusuma willy pemilik perusahaan ini. Dia juga sebagai kandidat paling kuat calon direktur.

Gosib yang beredar bahwa dia bakal ambil alih perusahaan dan kepemimpinananya. "Maaf ada apa ya pak?" Kata ku setelah menyadari siapa yang ada dihadapanku. "Putri Asiyah, betul?" Katanya sambil menaikan satu alis.

"Iya.. ada yang bisa saya bantu pak?"


"Saya harap kamu terima perintah untuk jadi direktur utama"

"Banyak yang lebih mampu dan sanggup untuk jadi direktur dari pada saya pak"

"Oke kalo gitu.. saya pastikan jika saya yang menjadi direktur dan kamu asistant saya"

"maksudnya pak?"


"Ya.. kamu pilih jadi direktur atau asistant direktur atau terima lamaran dari saya.

Untuk katanya tadi saja aku masih sulit mencerna apa lagi kata kata nya terakhir. Lamaran? Dia siapa beraninya berbicara dan mengancamku seperti itu.


"Saya harap kamu tidak lupa siapa saya" ucapnya penuh kesombongan. Dan siapa yang tidak tau dia? Dari ujung satpam sampai tukang kebun belakang tau dia. Kata kata dan perintahnya bisa dipastikan terwujud.

"Kalo saya tidak mau bagaimana?" Kulipat tanganku kedepan.

"Terserah! Mau pilihan pertama, kedua atau ketiga pun kamu akan tetap berurusan dengan saya"

***

Assalamualaikum mantemanss...

Boleh nanya gak sih? Menurut kalian cerita ku gimana ya?
Jelek kah? Standar kah? Ato gimana?
Menarik gak sih untuk dilanjut?
Huhuhuu ditunggu saran dan bintang nya yaaa :*
Thank you ...

Jazakumullah khoirol jazaa'

Ana Uhibbuka fillah, Dokter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang