Enjoy~
"Huh... dunia ini terlalu kejam untuk malaikat kecil sepertimu Woong-ah" monolog sang pemilik toko ketika Hwanwoong sudah berjalan meninggalkan tokonya.
-kefàlaio 2-
"Eomma, Woongie pulang!" Ucap Hwanwoong sedikit berteriak setelah memasuki rumah sederhananya.
"Eoh, mengapa sangat larut hm? Kau sudah makan?" Tanya sang ibu lembut"Woongie kan sudah terbiasa pulang pukul segini, eomma. Woongie sudah makan tadi" jawab Hwanwoong sambil mengembangkan senyumnya.
"Baiklah. Bersihkan dirimu lalu cepatlah tidur" ujar ibu Hwanwoong masih dengan aksen lembutnya.
"Ne,eomma" setelah berucap, Hwanwoong langsung meletakkan tasnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah mandi, Hwanwoong menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamar mandi itu.
"Haha, menyedihkan sekali tubuh kecilmu ini Woong-ah. Huft.. apa kesalahanku dimasa lalu hingga kau menghukumku sebegini kejamnya, tuhan. Sakit sekali." Rutuk Hwanwoong mulai meneteskan air matanya.
"Ah, aku tidak boleh menyalahkan tuhan. Ingat Woong-ah, semua orang mempunyai jalan hidupnya masing masing. Kau harus bertahan dengan garis kehidupanmu Woong!" Ujarnya menguatkan dirinya sendiri.
"Woongie mengapa lama sekali?" Teriak ibunya dari luar kamar mandi
"Ah, iya eomma sebentar lagi Woongie selesai" jawab Hwanwoong sedikit berteriak.
"Huft.. semangat Woong-ah. Masih ada eomma dan appa yang ada disampingmu" sekali lagi, Hwanwoong menguatkan dirinya sendiri.Setelah berberes diri, Hwanwoong pergi ke kamarnya dan membaca beberapa materi untuk besok. Setelahnya, ia baru bersiap untuk tidur.
Seoul, 17 maret 2016 06:00 a.m kst
Hari sudah berganti. Pagi hari dimana terciptanya harapan baru bagi orang orang. Tetapi ada satu insan yang berharap ia tidak akan melihat mentari terbit lagi. Ia sudah mulai lelah akan kehidupannya.
"Huft.. aku masih bertemu dengan dunia. Ah aniya, aniya. Woong-ah kau tidak boleh seperti itu. Ini hidupmu dan kau harus menjalaninya" ucapnya pada dirinya sendiri. Bertujuan untuk tetap teguh menguatkan dirinya sendiri. Ya, bisa dibilang bermonolog adalah hobi dari Hwanwoong.
"Woong-ah, bangun sayang" Terdengar suara sang ibu memanggil dari balik pintu kamarnya.Ceklek~
"Ne eomma, Woongie sudah bangun. Selamat pagi eomma, selamat pagi appa" si kecil Hwanwoong keluar dari kamar dengan senyum cerianya. Menyapa kedua orang tua yang menjadi alasannya tetap bertahan hingga saat ini.
"Kemarilah. Kita sarapan bersama" sang ibu menggiring Hwanwoong menuju meja makan.
"Bagaimana sekolahmu? Baik baik saja kan?" Tanya sang ayah setelah Hwanwoong duduk dikursinya.
"Semuanya baik baik saja. Ayah tak perlu khawatir. Woongie bahkan selalu mendapat nilai yang memuaskan" Hwanwoong mengucapkan kalimat tersebut seolah tak ada beban yang ia sanggah.
"Bukan begitu. Ayah hanya khawatir dengan lingkunganmu. Kau bisa saja diremehkan karena keadaan ekonomi kita. Kau tau? Dunia saat ini sangat kejam" ujar sang ayah
"Ayah bisa saja kembali mencari pekerjaan jika kau perlu sekolah yang lebih nyaman" lanjutnya setelah beberapa saat.
"Ah tidak perlu. Ayah tak perlu khawatir. Lihatlah, Woongie tak apa apa sampai hari ini" ujar Hwanwoong berusaha meyakinkan.Ketika sepasang ayah dan anak itu melakukan pembicaraan, sang ibu hanya diam mendengarkan. Sebenarnya sang ibu pun tak yakin jika anak semata wayangnya baik baik saja selama ini. Ia ragu karna ia sesekali mendengar anaknya itu berkata seolah menguatkan diri. Tetapi sang ibu hanya diam sampai sekiranya anak tersayangnya sendiri yang ingin mengeluarkan beban beban dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't You See Me?
Narrativa generaleOh, what are you Why are you hitting me? I'm strangling you who have no power I want to escape now