kefàlaio 9 (katálixi)

130 22 14
                                    

Enjoy~

"CEPAT SIAPKAN RUANG GAWAT!" teriak salah satu dokter yang berada di dalam.

- kefàlaio 9 -

"Suster, ada apa?" Tanya Giwook pada salah satu dari 4 suster yang keluar.
"Pasien sedang dalam keadaan kritis. Kami perlu melakukan penanganan diruang gawat" ujar sang perawat lalu dengan tergesa pergi menyiapkan ruang gawat.
"Dokter lakukan yang terbaik atau kau keluar dari rumah sakit ini" ujar Giwook pada seorang dokter yang baru saja keluar ruangan sembari membawa tuan Yeo yang terbaring lemah.
"Kami akan berusaha, permisi" jawab sang dokter.

"Hwanwoong---" panggil Giwook pada Hwanwoong yang masih diam.
"Giwook, kematian itu sudah tertulis di buku takdir yang dibuat oleh tuhan. Kau tidak akan bisa menghindari sesuatu yang bernama kematian. Ayahku memang sudah cukup menahan kesakitannya selama ini. Mungkin, sekarang adalah waktunya" litih Hwanwoong dengan kepala tertunduk.

"Hwanwoong, tapi setidaknya dokter bisa menyelamatkan ayahmu" ujar Giwook sembari mendongakkan kepala Hwanwoong.
"Tidak Giwook. Bahkan seorang dokterpun tidak bisa membuat seseorang tetap hidup. Dokter hanyalah manusia sama seperti kita. Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita jika tuhan sudah berkehendak, tak akan bisa dibantah" ujar Hwanwoong masih dengan suara lirih.

"Bukan berarti aku mengharapkan kematian ayah ataupun membiarkan ayah pergi. Ini juga berat bagiku tetapi, apa yang bisa manusia yang lemah dan penuh dosa ini lakukan? Yang bisa kita lakukan saat ini adalah berdoa yang terbaik untuk ayah" lanjut Hwanwoong.
"Baiklah, ayo kita kedepan ruang gawat" ajak Giwook melembut.

Setelahnya mereka hanya dikelilingi oleh kesunyian dengan pikiran masing masing yang berkecamuk. Detik berganti menit, menit berganti jam. Sudah 2 jam lamanya mereka berdua berada di depan ruang gawat darurat yang sunyi.

Srekkkk~

Tiba tiba pintu ruangan terbuka menampilkan dokter yang keluar dengan kepala tertunduk. Hwanwoong dan Giwook yang melihatnya buru buru berdiri hendak menanyakan keadaan tuan Yeo didalam.

"Maafkan kami" ucap sang dokter dengan kepala masih tertunduk.
"Dok--" panggil Hwanwoong lemah.
"Maafkan kami tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien" ujar sang dokter sembari membungkukkan tubuhnya.
"Dokter ini bercanda kan? Candaanmu tidak lucu dok! Tadi pagi bahkan tuan Yeo masih bisa mengobrol dengan baik. Kami hanya meninggalkannya sebentar untuk sarapan dok!" Bentak Giwook yang masih belum bisa menerima situasi.
"Giwook-ah tenanglah" ujar Hwanwoong sembari menahan Giwook yang seakan ingin menghajar sang dokter.
"Dok, anda sudah melakukan yang terbaik" ujar Hwanwoong pada sang dokter.
"Saya permisi. Sekali lagi maafkan saya" ujar sang dokter lalu meninggalkan Hwanwoong dan Giwook.

"Hwanwoong-ah bagaimana bisa?" Tanya Giwook geram.
"Kau pikir aku baik baik saja? Kau pikir aku tidak hancur? Aku sudah hancur dari awal Giwook. Aku sudah hancur oleh dunia. Dua hari yang lalu ibuku meninggalkanku, dan aku sangat sangat hancur. Hari ini, ayahku menyusul. Kau pikir aku tidak hancur? Kedua penopang hidupku sudah tiada Giwook. Ayah dan ibu yang menjadi alasanku untuk hidup sudah tiada. Apa yang bisa kulakukan? Marah kepada tuhan? Apa alasanku untuk berhak marah pada tuhan? Kalau aku tidak ada tujuan uang harus kuselesaikan, aku lebih memilih mati daripada hidup dalam lingkaran kesakitan ini Giwook" ujar Hwanwoong panjang lebar yang membuat Giwook terdiam.

"Hwanwoong-ah" lirih Giwook.
"Jika kau kira aku akan menyerah setelah ini, kau salah. Aku masih mempunyai janji yang harus kutepati sebelum aku mati" ujar Hwanwoong lalu pergi mengikuti kemana brankar ayahnya dibawa. Meninggalkan Giwook yang kehilangan kata kata.

Can't You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang