44:2

1.7K 228 22
                                    

"Yang mau ambil apa nanti?"

"Nggak tau jef, bingung."

Bayi gede tiar itu lagi nyusu sambil tiduran, kepalanya juga dielus-elus kayak lagi di nina bobo-in.

"Ini pipi makin gembul kamu nyusu terus. Udah ih, nanti kamu makin banyak yang suka gimana? Aku nggak mau"

"Jeje cuma mau sama cassie kok."

Drrtt drrtt

"Siapa?"

"Nggak tau nomor baru."

"Sini aku yang angkat."

Tiar mengambil alih hp jefri dan mengangkat panggilan itu sekalian di loudspeaker. Biar kedengeran semua.

Tiar diem aja, nungguin suara si penelepon. Soalnya kalo dia duluan yang ngomong,biasanya langsung di matiin.

"Halo, ini bener nomornya jefri kan?"
(Suara cewek)

"Iya, ada apa ya?"

"Loh ini siapa? Jefrinya mana?"

"Mbaknya yang siapa?"

"Ini pasti adeknya jefri ya? Saya Lina Wardani, calon pacarnya."

"Calon pacar? Mohon maaf kak, jefrinya sudah beristri, mungkin anda salah orang."

"Masa jefri juanda udah nikah. Situ ngada-ngada ya?"

"Yang? Siapa sih?"
(Pura-pura nanya)

"Katanya Lina Wardani calon pacar kamu."

"Dih apaan, orang aku udah punya istri cantik gini kok, coba siniin hpnya.
Halo lin? Jangan jadi cewek murahan yang ga tau malu gini ya? Gue udah nikah soalnya."

"Lo, lo nikah sama siapa jef?"

"Tiar, Castiar Lindwell Prayogi."

Jefri langsung matiin sambungan telfonnya dan meluk tiar. Ah, malu sekali dia pernah berteman sama lina yang baru saja ngaku-ngaku jadi calon pacarnya.

"Udah nyusunya?"

"Udah abis, kalo mau dikasih yang ini aku nggak nolak kok."

"Itu sih mau kamu."

"Hehe, boleh ya?"

"Pelan-pelan tapi."

Jefri mengangguk dengan senyuman 🌚 lalu mengubah posisinya dan membuka kancing piyama tiar.
.

.

"Jev, kak tiar beneran udah nikah sama kak jeffer?"

"Tau dari mana hon?"

"Aku ga sengaja denger dari gege pas telfonan sama kak wulan."

"Oh, iya emang bener."

Cewek itu cuma ngangguk sambil bibirnya bentuk huruf 'o' tanpa suara. Mata dan tangannya lagi milih-milih baju yang sekiranya pas di dia.

"Ini cocok nggak di aku?"

"Nggak tau lagi, kamu make apa aja cocok hon."

"Selalu gitu kalo di tanyain."

"Ya emang cocok, aku harus apa? Tapi aku lebih suka kamu pake yang oversize, soalnya kelihatan imut gitu."

"Jevaaa."

Jeno ketawa sampe matanya kelihatan cuma segaris gitu. Gemes dia tu kalo lagi sama rasya, soalnya badannya kecil imut gitu. Godaan banget buat jeno yang lagi puasa.

Kalo ngelihat jeno yang kayak gini, masih yakin dia ga ada rasa sama pacarnya? Kayak kata-katanya dia pas mabar sama nana dan tiar?

"Nanti aku ikut buka di rumah ya? Udah kangen sama mami yuni."

"Iya, nginep juga boleh."

"Serius?"

Jeno ngangguk, masih nahan gemes. Sedangkan rasya excited sampe meluk jeno saking senengnya. Soalnya orang tua jeno itu easy going, ga kaku kayak kanebo kering, mana receh lagi kan rasya jadi nyaman.

Sampai suara deheman salah satu SPG menginterupsi keduanya. Salah siapa main peluk-peluk, orang masih di ELVASA juga. Untung ga terlalu rame, kalo iya udah jadi bahan tontonan manusia julid mereka.

Habis belanja baju, mereka ke Toko Dua buat nyari lipcream. Terus mampir ke Toko Satu buat nyari BB cream. Tokonya sebelahan kok,  jadi nggak harus putar balik.

Pas di Toko Satu, mereka ketemu sama bunda dan nana, lagi belanja juga. Nana itu udah kenal sama rasya, cuman mereka nggak deket, padahal satu sekolah beda kelas doang. Sedangkan rasya taunya kalo nana itu sepupu jeno.

"Ini pacarnya jeno?"

"Iya bun."

"Cantik ya?"

Selagi bunda muji rasya, mata jeno beralih ke nana yang lagi balesin chat sambil senyum-senyum. Kek rasanya ada yang panas tapi bukan kompor.

"Bun."

"Hm?"

"Besok bang jeje sama kak tiar ke rumah, ada arya juga."

"Arya turun?"

"Iya, ini arya sendiri yang bilang."

Nana menunjukkan roomchatnya dengan arya pada bunda, membuat jeno merasa kesal karena arya seperti sedang mendekati sahabatnya ini.

"Tante, kita duluan ya?"

"Oh, iya hati-hati."

"Duluan bun, na."

Nana nggak jawab cuma ngasih senyuman yang kelihatan dipaksakan. Ternyata ngelihat doi jalan sama pacarnya secara langsung lebih nyelekit rasanya, meskipun nana udah tau kalo jeno emang udah punya pacar.

"Bunda kira kalian pacaran."

"Jenong kan cuma nganggep nana sahabatnya bun. Nana mah apa atuh, ga ada apa-apanya dibanding rasya."

"Ya udah, ga usah galau, masih ada arya kan?"

"Ceritanya bunda ngasih lampu ijo nih?"

"Emang kapan bunda ngasih lampu merah? Cuma lampu kuning biar hati-hati."

Ibu anak itu melanjutkan acara belanja yang tertunda. Sementara pasangan tadi udah di jalan pulang. Menuju rumah rasya, baru ke rumah jeno.



_TBC_

Friend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang