8.cos60°

3K 357 9
                                    

Pukul 5 pagi, hari masih gelap, dan udara sedang dingin-dinginnya, tiar keluar dari apartemen mengenakan hoodie yang nampak kebesaran ditubuhnya.

Tiar berjalan santai menikmati udara pagi yang sejuk dan segar. Jalanan masih sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang baru pulang dari masjid.

"Udah setahun gue nggak jalan pagi gini. Enak banget ternyata"gumamnya sambil tersenyum.

Tiar menyusuri jalanan dengan santai, ia tidak akan takut pada hantu atau semacamnya, ia hanya was-was jika saja ada orang mabuk di pinggir jalan.

Karena udaranya yang dingin, tiar menyembunyikan tangannya di kantung hoodie. Sembari menggenggam ponsel dan sebuah gunting yang lumayan besar. Jangan heran, gunting dan ponsel adalah barang yang tidak akan ia lupakan.

Setengah jam berjalan, tiar sampai di pantai. Benar-benar dingin menurutnya, tapi tak apa. Suasana yang sepi dan tenang menjadi tujuannya saat ini.

Tiar mengatur ponselnya jadi mode pesawat. Ia hanya memotret panorama pantai yang menurutnya indah. Masih tak ingin di ganggu oleh panggilan atau pesan sekalipun.

Di batuan beton yang berjejer sepanjang kurang lebih 20 meter itu, tiar mendudukkan pantatnya di sana.

Ia hanya duduk melamun di depan pantai. Ia tak tau apa masalahnya, namun psikisnya butuh suasana seperti ini.

"Tiar?"

Tiar menoleh, lalu tersenyum pada pria jakung yang kini duduk di sampingnya.

"Sendirian aja nggak sama jefri?"

"Nggak. Lo ngapain di sini?"

"Biasa lari pagi, eh malah lihat bidadari lagi duduk sendirian."

"Ah gue lupa rumah lo di deket sini ya."

"Lo kesini jalan kaki?"

"Huum, lagi pengen jalan pagi gue."

"Seriusan? Lo jalan dari rumah jam berapa nyai?"

"Jam 5"

"Gila lo, kalo kenapa-kenapa di jalan gimana? Suka nantangin maut ya lo"

"Hehe, seru tau."

"Ck"
.
.

Tiar meletakkan sebungkus bubur ayam di meja ruang tamu, lalu merebahkan dirinya di sofa tanpa menghiraukan tatapan tajam jefri.

"Dimakan tuh, jangan ngelihatin gue kek gitu."

Jefri masih tak bergeming, ia masih saja menatap tiar. Membuat gadis itu mendengus kesal. Ia tak nyaman ditatap demikian.

"Bisa lo jelasin ini maksudnya apa?"

Tiar melirik ke arah jefri yang menunjukkan ponselnya. Tiar menajamkan matanya, dan melihat fotonya bersama malik di pantai.

Tiar itu orangnya acuh, ia tak peduli jefri dapat fotonya dari mana.

"Ya lo bisa lihat kan itu gue sama malik lagi di pantai"

"Ngapain? Pacaran lo sama dia?"

"Gue jalan pagi, dia lari pagi. Ketemu di sana tanpa sengaja. Ya udah gue jalan bareng dia. Kalo pacaran, keknya belom deh."

"Ada niat pacaran sama malik?"

"Jika memungkinkan. Dah lah, gue mau nyuci"

"Gue udah nyuci, udah di jemur juga. Lo di sini aja nemenin gue"

Tiar berpindah duduk, ralat, berbaring di samping jefri. Ia menyandarkan kepalanya di paha jefri dan mulai bermain game.

Welcome to mobile legend

Friend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang