25

1.8K 228 12
                                    

Tiar sedang melamun, pikirannya mulai ke mana-mana. Pokoknya dia takut banget kalo sampe kejadian. Hei, dia belum siap.

"Kenapa yang?"

Jefri mendekat lalu memeluk tiar dari belakang, menyandarkan tubuh tiar ke dadanya.

"Jef, aku,.."

"Eum?"

"Aku belum dapet tamu sampe sekarang."

"Jadi?"

Jefri masih loading mencerna perkataan tiar. Apa maksudnya?

"Gimana kalo aku hamil?"

Kini lelaki itu justru mengecupi pipi tiar dari samping. Ia terlampau gemas dengan ekspresi tiar.

"Ga gimana-gimana lah yang. Kamu punya suami, udah ada yang tanggung jawab. Aku beliin tespack ya."

"Ikut."

"Di rumah aja."

Setelah mencium kening tiar, jefri mengambil kunci motor dan helmnya baru kemudian keluar apartemen .

Tiar bingung, dia nggak bisa tenang. Dirinya hanya bolak balik di kamar seperti arus mudik.

Jika dihitung-hitung, jadwal bulanannya sudah telat 2 minggu. Tapi kan, tiar menikah setelah lewat masa subur. Nggak mungkin jadi dong harusnya.

30 menit menunggu, akhirnya jefri datang dengan berbagai jenis tespack.

"Apapun hasilnya, kamu tetap istriku. Kamu tetap tanggung jawabku, aku cuma mau kamu bahagia dan itu harus karena aku. Jangan terlalu dipikir, bisa aja itu karena faktor stress atau hormon kan?"

Jefri menaruh kantung belanjanya di atas meja lalu menarik tubuh tiar untuk tidur.

Jefri sudah menutup mata, tapi tiar justru mencium bibirnya.

Jangan salahkan jefri kalau nantinya dia nggak bisa berhenti karena tiar yang mancing duluan.

"Maunya apa sih? Katanya takut, tapi mancing terus."

"Ya gimana soalnya enak."

Benar-benar pasangan kelebihan hormon. Jefri yang semacam mendapat undangan pun tak ingin menyiakan kesempatan.

Ia suka tiar yang seperti ini, daripada tiar yang murung lalu banyak diamnya.

"Enak kan? Dulu sok-sok'an nolak."

"Beda status, haram hukumnya."

Kini tiar berada di bawah kungkungan jefri, jadi pihak bawah itu enaknya nggak banyak keluar tenaga.

Heh, puasa masih 2 hari lagi!

Dengan cepat, keduanya sudah menanggalkan pakaiannya masing-masing. Baru kemudian memulai aktivitas panas mereka.

Katanya mau di tes, tapi malamnya malah bikin lagi. Maunya apa mereka ini?
.
.

Tiar mulai mengambil satu persatu tespack yang sudah dites urin sebelumnya.

Yang pertama negatif.

Kedua positif.

Ketiga negatif.

Hingga percobaan keenam semua negatif, hanya satu yang positif.

"Nanti coba kita cek ke dokter kandungan, ditemennya bunda."

Tiar hanya mengangguk, dia cukup lega karena dari 6 jenis tespack hanya satu yang positif. Tapi itu juga membuatnya sedikit gelisah.

"Udah yuk sahur, udah mau jam 4 yang."
.
.

"Jadi gimana dok?"

"Nggak hamil kok, jadwalnya mundur mungkin karena kamu stress aja."

"Tuh kan apa aku bilang."

"Jefri nikah kenapa nggak undang tante sih? Hampir tadi tante kira kamu hamilin pacar kamu."

"Hehe, nanti tante Fany datang pas resepsinya aja ya."

"Oke lah."

Setelah dari tempat praktek dokter kandungan, keduanya mampir dulu ke Toko GS. Tapi karena ramainya udah kayak pasar, jadi mereka lanjut ke Wilvans. Nggak terlalu ramai di sana.

"Aku di mobil aja ya?"

"Nggak nggak nggak, ayo ikut."

"Yaang.."

Cuma dengan lirikan tajam tiar sudah membuat nyali jefri menciut. Akhirnya jefri mengalah dan ikut tiar masuk ke dalam toko.

"Jeffie bawa keranjangnya."

"Kenapa nggak ada trolli sih? Kan tinggal dorong."
Gerutu jefri di belakang tiar.

"Jan banyak bacot deh jef."

Tiar mulai memilah barang yang sekiranya dibutuhkan.

Cukup lama, akhirnya mereka selesai dan segera keluar dari toko. Jefri menggerutu karena sedari tadi mbak-mbak karyawan di sana terus memperhatikannya.

"Udah sih, mereka kan punya mata. Nggak salah dong kalo lihatin kamu terus."

"Harusnya kamu cemburu, suamimu dilihatin sama perempuan lain kayak gitu."

"Dih, apaan cemburu. Kecuali mereka terang-terangan godain kamu ya baru aku maju."

Jefri mengerucutkan bibirnya. Bicara dengan tiar memang perlu kesabaran ekstra terlebih disaat seperti ini.

Sebenarnya jefri saja yang berlebihan. Cuma dilihatin aja udah komplain. Padahal tiar ngerasa b aja.

Setelah sampai di gedung apartemen, tiar bawa barang belanjaannya sendiri menuju unit mereka.



_TBC_

Friend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang