|(-2)(1/2)⁰|

4.1K 401 18
                                    

"Materi sudah selesai, jadi ibu tidak bisa mengajar lagi untuk semester ini. Kalian boleh cerita, boleh tidur, asalkan jangan sampai keluar kelas atau mengganggu kelas lain yang sedang belajar. Selamat siang"

"Siang, bu"

Ibu guru keluar kelas setelah mengucapkan salam. Dan itu tentu saja sangat menggembirakan bagi anak-anak kelas dua belas yang laknat ini.

Tiar mengambil ponselnya, ia ingin nonton youtube saja. Sementara teman-temannya juga mulai sibuk akan kegiatan masing-masing. Ada yang ngegame, gibah, bahkan tidur di karpet.

Dirasa bosan, tiar akhirnya ikut bergabung bersama teman-temannya yang sudah tidur.

Bisa ia lihat, chita sedang tidur tengkurap di tengah, disisi kanannya ada jefri sedangkan disisi kiri ada wulan. Di sebelah wulan ada winar dan  yuta. Di sebelah jefri ada donita dan dika.

Tiar mengambil posisi di antara chita dan jefri. Ia ingin bersandar di punggung sahabat cabenya itu.

Terlampau nyaman, tiar langsung masuk ke alam mimpi, hingga tak sadar sudah berubah posisi memeluk jefri dari belakang.

Semuanya tertidur, mungkin tak ada yang sadar. Sedangkan junaidi, si biang kerok kelas, memosting foto teman-temannya yang sedang tidur dengan caption Seperti Bhinneka Tunggal Ika Tanpa Norma di ig storynya.
.
.

Tiar sedang belajar, membaca buku dan mencoba memahaminya. Tiar begitu serius hingga jefri masuk ke kamarnya dan melempar hp tepat di depan tiar.

"Kenapa jef?"

"Lo liat aja sendiri."

Jefri merebahkan tubuhnya disamping tiar, dan menutup matanya.

"Bangsat, june mosting ini? Trus ngapain tangan gue dilingkari merah, bangke?"

"Guru-guru dah tau, besok kita dipanggil ke ruang kepsek?"

"Anj*nglah, june. Gw gampar enak tuh."

"Jef, trus gimana ini?"

Jefri membuka matanya dan menatap sahabatnya jengah.

"Ya udah sih, kalo dipanggil ya tinggal masuk aja di ruang kepsek."

"Bukan gitu Jeffery Lian Juanda, maksud gue kalo orang tua di panggil gimana? Gue takut jef, kalo sampe papi gue tau."

"Gue juga takut kali ti. Bunda kemarin baru kecelakaan, masih dirawat. Kalo sampe dia denger, bisa-bisa tambah drop. Ga ngerti gue harus gimana, gue pusing juga ti."

"Jefri, gue minta maaf,-"

"Buat apa? Kita semua sama-sama ga sadar tadi."

Setelah mengambil hpnya, jefri keluar dari kamar tiar. Tiar menatap punggung jefri yang perlahan menghilang dari balik pintu itu dengan nanar.

Tiar merasa ini salahnya, terlebih dengan lingkaran merah pada tangannya itu membuatnya menjadi pihak yang paling di sorot.
.
.

Di sekolah, tiar hanya diam menahan emosi. Terlebih ketika junaidi terus-terusan berbicara seolah tak bersalah. Malah menyalahkan alumni yang sudah memberi lingkar merah pada tangan tiar.

Ah molla, tiar benar-benar pusing sekarang. Ingin rasanya memukul si junaidi dengan keras atau paling tidak melemparkan kursi ke wajahnya.

"Selamat pagi, panggilan ditujukan untuk Junaidi, Jeffery, Castiar, Wulan, Chita, Winar, Yuta, Donita, dan Dika kelas dua belas Mipa satu segara masuk ke ruang kepala sekolah, terima kasih."

Dengan langkah pasti, tiar berjalan menuju ruang kepsek, diikuti tersangka lainnya. Ia bertemu dengan guru Matematikanya.

"Pagi bu"sapa tiar.

"Cih, kalian punya kelas ini bikin malu"
Sarkasnya tanpa menoleh ke arah tiar.

Tiar dan yang lainnya merasa hina dihadapan para warga sekolah. Tatapan jijik di tujukan kepada mereka bersembilan, seolah mereka adalah pelaku prostitusi atau artis film biru.

Mereka sudah berada di ruang kepsek, beserta wali kelas, guru bk, wakasek kesiswaan selalu ayah dari junaidi dan kepala sekolah sendiri.

Banyak pertanyaan dan bimbingan yang mereka peroleh. Namun tetap saja, junaidi selalu membela dirinya. Membuat tiar dan yang lainnya geram.

Tiar bisa melihat, teman-teman wanitanya menangis, begitu juga dengan yuta dan jefri. Mau tak mau, air mata tiar lolos begitu saja. Tanpa berkata, tiar menatap jefri dengan isyarat meminta maaf.

Bukan karena melakukan kesalahan, jefri hanya teringat pada bundanya yang masih dirawat karena kecelakaan. Ia takut bundanya mendengar berita ini dan semakin drop.

"Besok jam 9, orang tua kalian harus datang, terkecuali jefri, nanti bapak wali kelas yang mewakilkan. Sekarang kalian kembali ke kelas."ucap kepsek.

"Tapi kalau kalian tidak keberatan, kalian bisa ikut ibu, ke ruang bk. Hanya untuk konseling saja."lanjut guru bk.

Mereka berdelapan, minus junaidi akhirnya ikut guru bk. Hanya siswinya saja, sedangkan jefri, dika, dan yuta masuk ke ruang uks untuk sekedar tidur-tiduran.

Winar dan donita menangis di ruang bk. Mereka mencurahkan segala kekesalannya di hadapan guru. Setidaknya bisa membuat hati mereka sedikit lebih tenang.

Tiar keluar dari ruang bk, bersama chita untuk kembali ke kelas dan sholat dzuhur.
.
.

Tiar menghela napas lega sambil goleran di ranjangnya. Ia sudah mengatakan semua pada papinya, dan besok papinya akan di wakilkan oleh adiknya, tante lulu.

Tanpa sadar, jefri sudah berdiri di depan dekat ranjang sambil menatap tiar. Lalu ikut berbaring di samping gadis itu.

"Ti.."
Jefri soft mode.

"Kenapa jef?"

"Thanks ya udah jadi sahabat gue, jadi orang paling berharga buat gue selain ortu gue. Gue sayang sama lo ti, thanks a lot"

"Iya jeffie, sama-sama."

"Udah?"

"Udah. Emang mau apa lagi? Lo bilang makasih ya gue bilang sama-sama."

"Ck, ga peka lo"

"Plis ya, Jeffery Lian Juanda. Gue ini bukan anak pramuka yang tau kode. Langsung ngomong ngapa?"

Tanpa berkata, jefri mengecup bibir tiar lalu tersenyum manis yang malah membuat tiar menatapnya horor.

"Pacaran yuk ti, sahabatan mulu. Ga capek apa?"

"Gue nggak mau pacaran sama lo jef. Gue masih punya gebetan."

"Tinggalin aja gebetan lo, jadian sama gue, nikah sama gue."

"Sekolah yang bener dulu ya mas jeffie"

Tiar bangkit dari rebahannya dan langsung duduk membelakangi jefri, mengangkat ponselnya yang berbunyi.

"Hal,-"

Jefri sudah menarik ponsel tiar dan mematikan sambungan teleponnya. Ia memeluk tiar dari belakang dengan erat.

"Jefri! Balikin hp gue!"

"Nggak!"

"Kalo gitu lepasin!"

"Nggak!"

"Plis jef, jangan gini. Jangan bikin gue jatuh cinta sama lo"

"Biarin aja gini, gue cuma mau lo tau, lo itu berharga buat gue. Gue sayang banget sama lo, Castiar Lindwell Prayogi"

"Gue juga sayang sama lo jef, gue sayang banget malahan, lo itu sama berharganya buat gue."

"Kalo gitu ayo pacaran"

"Nggak buat sekarang jef."

"Gue bakal nunggu"

"Hum"



_TBC_

Friend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang