🌸Part 3: Perpustakaan

42 6 0
                                    

Kuharap
ini hanya introduction
biasa...
Yang tidak akan melibatkan
rasa.
***




Setelah selesai mengganti pakaian olahraganya, Listi berjalan sendiri di sepanjang koridor sambil membawa sebuah map. Map itu tadi diberikan ke Listi ketika ia bertemu dengan Ibu Gurunya saat melewati kantor. Pesannya sih, ia harus menyerahkan map itu kepada Adit selaku ketua kelas Listi.

"Ka Listi."

Listi berhenti melangkah, ketika mendengar ada yang memanggilnya dari arah belakang.

Ia pun berbalik badan. Tapi tidak menemukan siapapun di sana.

"Ka?"

Nah itu dia. Ternyata yang memanggilnya tadi ialah Lisha.

Pantas saja Listi tidak melihatnya tadi, karena Lisha hanya menampakkan sebagian kepalanya saja di depan pintu perpustakaan.

Listi berjalan mendekat ke arah Lisha.

Ketika sudah tepat di depan pintu perpustakaan, dapat Listi dengar dari dalam sana ada yang sedang memainkan gitar dan juga banyak suara orang mendumel.

Aneh. padahal saat Listi melewati ruangan ini tadi, ia sama sekali tidak mendengar ada suara apapun dari dalam sana.

Kenapa sekarang ada?

'Mungkin karena pintunya tadi tertutup kali yah.'

"Kenapa Lish?"

Listi bingung ketika melihat Lisha yang selalu menengok ke kanan dan kiri koridor.

"Ka, bantuin kami ya?"

Listi semakin dibuat bingung dengan permintaan Lisha tadi.

Apa katanya tadi? Kami?

Maksudnya yang berisik di dalam sana?

Listi berpikir sebentar, kemudian bertanya. "Emang mau dibantu apasih, sampe kamu ngendap-ngendap gitu?"

Lisha tidak menjawab pertanyaan Listi. Melainkan langsung menarik tangan kiri Listi untuk masuk.

Listi menurut saja, ketika ia diseret ke dalam oleh adik kelasnya ini.

Sampai di dalam ia melihat banyak siswa kelas sepuluh yang sedang bersih-bersih.

'Ini gue disuruh nyapu gitu?' Listi membatin sambil menutup sebagian wajahnya dengan map yang ia bawa tadi.

Listi berhenti melangkah.

Jika benar Lisha ingin minta dibantu buat bersih-bersih.

Tentu Listi tidak bisa.

Ia masih ada mata pelajaran lagi setelah ini.

Lisha yang menyadari kakak kelasnya ini berhenti berjalan pun bertanya. "Ka Listi kenapa diam?"

"Eh... "
Listi bingung sendiri, ingin merespon apa.

"Ka, bantuin bentar aja yah?"
Lisha memohon sambil menggoyang-goyangkan tangan kiri Listi.

Kalau begini Listi jadi merasa tak enak.

Ia tersenyum canggung, lalu menarik tangan kirinya yang digenggam Lisha tadi.

"Maaf... gue masih ada guru yang mau masuk abis ini Lish."

"PAS."

EH... Listi jadi terkejut, ketika melihat reaksi Lisha yang begitu senang.

"Pas banget dong ka, jadi ada alasan ka Listi bisa tarik ka Hilmi dari sini."

Listi mengerutkan dahi bingung. Apa maksudnya coba?

Langit SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang