BAB 3.1

13.2K 694 43
                                    


⚛⚛⚛

Feli akhirnya tertidur pulas dengan keringat yang membanjiri tubuhnya, Bellapun bisa bernapas lega karena kondisi Feli sudah berangsur-angsur membaik. Gadis cantik itupun menidurkan Feli diranjangnya dengan hati-hati, dan setelah itu melepaskan jarik yang melilit dipundaknya.

"A-awh... Ya ampun sakit banget." Keluh Bella sambil meringis kesakitan. Bella menyentuh pundak kanannya yang rasanya seperti mau patah saja, rasanya begitu kebas sampai untuk digerakkan saja begitu sangat menyakitkan sekali. Belum jadi seorang ibu yang seutuhnya saja rasanya sungguh semenyiksa ini, bagaimana jika Bella punya anak sendiri nanti. Tapi meskipun begitu, Bella senang melakukannya, karena itu semua memang sudah menjadi kodrat dan kewajiban bagi perempuan jika sudah menjadi seorang ibu. "Gila, udah hampir lima jam aku gendong si Feli, duuuhhh... Sakit... Aku butuh balsem nih." Imbuhnya seraya berusaha berdiri, akan tetapi tiba-tiba tubuh Bella oleng ke kanan karena terasa begitu lemas akibat belum makan sejak tadi siang dan untung saja ada seseorang yang langsung sigap menahannya agar tak sampai jatuh ke lantai.

"Saya bawa balsem, biar saya pijat pundak kamu." Ujar seseorang yang ternyata adalah Daniel. Sontak Bellapun langsung menatap wajah Daniel dengan tatapan terkejut.

"Daniel..." Gumam Bella lirih, wajah yang ia cintai itu kini sudah ada didepan matanya bahkan begitu dekat, wajah pria yang begitu ia puja dan begitu sangat ia inginkan kini sudah ada dihadapannya.

"Saya juga bawa makanan, ibu bilang kamu belum sempat makan sejak tadi siang karena mengurus Feli." Daniel kelihatan gugup dan entah, rasanya seperti canggung saat berhadapan dengan Bella, tak seperti biasanya. Itu karena Daniel sadar jika ia sudah sangat keterlaluan dengan sang tunangan, tapi biasanya Daniel juga memang begitu dan ia selalu cuek-cuek saja, tapi kenapa sekarang ia malah merasa amat bersalah terhadap Bella.

"Ah iya, biar abis ini aku makan." Bella segera melepaskan tangan Daniel dari pundaknya, dan itu sontak membuat Daniel terkejut karena tak biasanya Bella menolak seperti ini. "Feli udah tidur, demamnya juga udah turun, untung tadi dia mau makan meskipun cuma sedikit, besok aku bakalan kesini lagi pagi-pagi." Bella menatap wajah Feli dengan penuh rasa sayang, lalu beralih menatap Daniel yang tengah memandangnya dengan tatapan bingung.

"Kamu mau kemana? Malam sudah larut, sebaiknya kamu tinggal." Pinta Daniel dengan penuh harap.

"Aku nggak mau ngerepotin, kamu juga pasti capek habis pulang dari Bandung, nanti kamu keganggu lagi kalau ada aku."

"Bella..."

"Citra itu kayaknya baik, tipe kamu juga mungkin, makanya kamu kayak lengket banget sama dia sampai aku temenin ke Bandung aja nggak mau. Kalau aku emang cuma jadi pengganggu di hidup kamu lebih baik sekarang kamu segera ambil keputusan tentang hubungan kita."

Deg

"Apa maksud kamu?" Tanya Daniel dengan suara tercekat.

"Daniel kayaknya kita udahan aja deh, si Citra-citra itu kayaknya suka juga sama kamu, kamu juga kayaknya suka juga sama dia. Kalau kamu lebih bahagia sama dia aku nggak masalah kok buat mundur. Lagi pula bener apa kata kamu, kalau Mama kamu udah nggak ada, jadi meskipun pertunangan kita batal, nggak akan ada masalah. Ak-"

"Saya minta maaf kalau kemarin sikap saya sudah sangat keterlaluan sama kamu, demi Tuhan saya tidak punya niat sama sekali untuk menyakiti hati kamu. Dan asal kamu tau, saya nggak pernah suka sama Citra, Citra hanyalah sekretaris saya, hubungan kita hanya sebatas hubungan kerja, nggak lebih. Dan saya nggak akan mungkin untuk memilih dia." Sahut Daniel dengan nafas menggebu-gebu, apa-apaan Bella, kenapa tunangannya itu bisa sampai punya pikiran seperti itu, dan kenapa juga Daniel merasa tidak rela jika Bella ingin mengakhiri semuanya.
"Kamu menyerah? Apa kamu sudah lelah?" Tanyanya pada Bella.

"Nggak juga sih, aku cuma nggak mau maksain kehendak aja, tapi aku juga nggak rela kalau kamu sampai jatuh ke tangan gadis jelek kayak Citra."

"Bella! Jangan terang-terangan menghina orang, saya nggak suka."

"Tuh kan kamu aja belain dia." Bella tampak sewot karena respon Daniel.

"Bukan begitu, saya cuma nggak mau kamu terang-terangan merendahkan orang lain. Apa kamu cemburu sama Citra?"

"Iya lah, siapa yang nggak cemburu, tunangan mau ikut nemenin ke Bandung eh kamu malah milih Citra buat nemenin kamu, kamu bilangnya di depan para karyawan kamu pula. Mau ditaruh dimana nih wajah cantik aku ha? Ngeselin banget kamu kemarin. Sok-sokan nggak butuh aku. Makanya sekarang aku pengen kamu segera mengambil keputusan, biar hubungan kita jelas." Jawab Bella dengan wajah kesalnya.

Daniel sebenarnya masih ragu akan perasaannya, trauma itu juga masih ada, namun karena ia melihat interaksi antara Bella dan Feli tadi membuat Daniel begitu sangat tersentuh, Bella begitu menyayangi putrinya. Bella juga selalu ada untuknya meskipun Daniel sudah menyakiti gadis itu ribuan kali.

"Dua bulan lagi kita menikah, setelah acara ulang tahun perusahaan."

Deg

Sekarang jantung Bella yang dibuat berhenti karena statement Daniel, gadis itu langsung menatap wajah Daniel dengan tatapan terkejut.

"Maksud kamu?"

"Fix, kita nikah dua bulan lagi Bella. Itu keputusan saya."

"Oh my God Kam... Kamu beneran?" Bella tampak begitu excited, senyum manis dan bahagia langsung mengembang diwajahnya.

"Sure." Angguk Daniel dengan senyuman tipis.

"Ya ampun sayang... Akhirnya... Akhirnya kamu mau nikahin aku juga, uuuhhh... Daniel... Aku seneng banget, yang aku tunggu-tunggu selama ini akhirnya..." Bellapun langsung memeluk tubuh Daniel dengan erat, menciumi wajah Daniel sampai pria tampan itu kelabakan, bahkan mencium bibir Daniel sampai Daniel melotot kan kedua matanya dan kehabisan oksigen.

"Be-be-bella..."

"Sayang... Aku cinta sama kamu Daniel... Kenapa nggak dari dulu aja, kamu tuh kelamaan mikir tau nggak." Ujar Bella seraya mengalungkan tangannya dipundak Daniel.

Daniel turut tersenyum melihat Bella nya sudah kembali lagi seperti semula, rasanya begitu lega, setidaknya keputusannya ini bisa membuat Bella dan Feli bahagia, Daniel ingin membalas kebaikan Bella selama ini yang sudah banyak berjuang dan berkorban untuknya. Mungkin sekarang Daniel belum bisa untuk mencintai Bella, tapi ia akan berusaha, dan suatu saat cinta itu pasti akan datang dihatinya.

"Maaf." Ungkap Daniel.

"Nggak apa-apa deh, yang penting dua bulan lagi kita nikah, ya ampun aku udah nggak sabar... Nanti kita pakek baju pengantin rancangan sahabat aku ya, terus nanti pakek WO... aku pernah ditawarin buat jadi endors salah satu WO terkenal di Indonesia kalau aku nikah nanti, biar na-"

"Sssttt... Bella... Besok atau lusa kita bahas masalah ini, sekarang biar saya pijat pundak kamu, setelah itu kita makan. Saya juga belum sempat makan." Sahut Daniel sembari mengelus kepala Bella.

"Iya sayang... Ya udah kalau gitu." Bellapun seperti ingin melepaskan dress yang ia kenakan, gadis itu membuka resleting belakangnya dan itu langsung membuat Daniel kelabakan.

"Be-be-bella... Kamu mau apa?"

"Katanya mau mijit aku? Ya aku buka baju lah."

"Ta-tapi ka-"

"Udah yuk nggak usah banyak omong." Sahut Bella seraya menarik tangan Daniel, Danielpun hanya bisa mengembuskan napas pasrah. Salah sendiri ia memilih untuk masuk ke kandang singa, Bella ditawari hal seperti itu? Tentu saja gadis itu akan merespon lebih.

Poor you little Daniel... 😂

⚛⚛⚛

to be continued...

Maap baru up ketiduyan wkwkwkwk... Ntar up lagi, banyakin vomment yah... Sp yg girang mrka berdua mo kawin? 😊

My Naughty Fiancee (Tersedia Di Google Play Book/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang