BAB 4.4

13.1K 757 82
                                    


⚛⚛⚛

Bella POV

Menyendiri adalah hal yang aku sukai mulai saat ini, lari dari hingar bingar dunia modeling yang sudah membesarkan namaku, dan lari dari kenyataan pahit yang harus aku terima dengan sangat berat. Impianku kandas, cintaku hancur, hidupku hampa, dan jiwaku serasa sangat kosong semenjak Daniel memutuskan pertunangan kita. Laki-laki bodoh itu hanya tak bisa membedakan mana yang benar-benar tulus dan mana yang hanya baik diluarnya saja tetapi hatinya dipenuhi dengan kedengkian.

Mungkin banyak orang yang akan menyalahkan Daniel atas tindakannya melepaskan gadis sempurna seperti ku, hah! Betapa percaya diri sekali diriku ini, aku memang begini, penuh percaya diri dan penuh akan ambisi, apa yang aku mau pasti akan aku dapatkan, tapi tidak dengan Daniel, aku tak bisa mendapatkannya dengan mudah karena dia tak menyukai wanita sombong sepertiku, ya Tuhan apakah selama ini aku sudah terlalu sombong dan membanggakan diri? Hingga Daniel tak bisa melihatku dan hanya menilai diriku dari luar saja?

Aku memang begini, kasar, namun hanya pada orang yang menurutku jahat, mulutku pedas, tapi hanya pada orang yang menyakitiku. Culas? Hanya kelihatan dari luarnya saja, memang banyak orang yang mengatakan jika aku ini seperti Medusa, apalagi penampilan terbuka dan glamor yang selalu aku tunjukkan pada mereka, membuat mereka sering berpikiran negatif tentang diriku. Tapi aku tak pernah peduli dengan apa kata orang, toh aku juga nggak pernah minta makan sama mereka.

Aku memang mencintai pekerjaanku sebagai seorang model, berpose didepan kamera adalah hobbyku sejak kecil, tapi jika Daniel memang menginginkan aku berhenti, maka aku akan menghentikan semuanya demi dia. Tapi Daniel selalu diam saja, dia bahkan tak pernah peduli dengan semua apa yang aku lakukan.

Tapi tetap saja aku tak bisa membuang perasaanku sama dia, terlalu sulit, bahkan mungkin tak akan pernah bisa, sampai kapanpun.

"Mama... Salah Bella banyak ya ma? Apa Bella wanita yang buruk ma? Apa Bella terlalu kasar sama orang ma? Makanya Daniel nggak suka sama Bella... Tolongin Bella ma... Bella masih belum bisa lupain dia, sakit banget ma sakit... Bella kangen sama mama..."

Aku bahkan bersimpuh dihadapan pusara mama, aku benar-benar kangen banget sama mama. Disaat sedih seperti ini hanya mama yang bisa mengobati segala rasa sakit ini meskipun mama udah nggak ada. Rasanya sungguh lelah, rasanya aku kayak udah nggak mampu untuk melanjutkan segalanya.

End of Bella POV

⚛⚛⚛

Ratih panik bukan kepalang ketika mendapati sang cucu tiba-tiba mengalami demam tinggi dan kejang-kejang. Saking tingginya demam yang diderita oleh Feli, membuat gadis kecil itu sampai kejang beberapa kali. Ratihpun segera membawa sang cucu ke rumah sakit dibantu oleh bi Sumi dan juga Herman, sedangkan Daniel masih berada di kantor meskipun waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Emang nggak ada yang tau kalau Feli lagi demam?" Tanya Herman dengan nada kesal pada Ratih dan juga bi Sumi.

"A-a-anu Tuan... pagi tadi nggak seberapa demamnya, tapi sa-saya nggak nyangka kalau malam ini bisa sampai begini, biasanya non Feli jarang sakit begini." Jelas bi Sumi pada Herman yang masih menatap cemas kearah cucu kesayangannya. Ratih bahkan sampai menangis sesenggukan karena merasakan tubuh Feli yang begitu panas.

"Daniel gimana? Udah bisa dihubungi?" Tanya Herman pada Paijo yang tengah menyetir.

"Belum bisa Tuan, dari tadi saya hubungi malah dimatiin terus teleponnya." Jawab Paijo.

"Dimatiin?" Herman tampak mengeryit heran, tak biasanya Daniel mematikan telepon seperti ini, kira-kira apa yang sedang putranya itu lakukan sampai dihubungi saja begitu sangat sulit.

My Naughty Fiancee (Tersedia Di Google Play Book/Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang