1. Hukuman

12.5K 409 39
                                    

    Wanita malang dengan sejuta pesona dan anugrah yang mendekati sempurna sedang di 'ruang panas' menghadap orang paling ditakuti satu perusahaan. Siapa lagi kalau bukan menghadap orang yang juga tak kalah cantik dan mempesona.

"Bu Sesil manggil saya??"
     Dengan berbekal doa dia mengajukan pertanyaan yang menghadiahkan tatapan tajam. Bahkan dia tidak tahu ada apa dan kenapa dia sampai ditatap sebegitu tajamnya.

"Emm...maaf bu kalo saya salah"
     Belum tau kesalahan sendiri tapi sudah tertunduk merutuki nasib yang tidak pernah membelanya. Satu menit? Entahlah mungkin jam dinding berkata begitu tapi perasaanya dia sudah disana bertahun-tahun lamanya.

    Suasana masih hening dan wanita yang sedari tadi berdiri didepan meja bos nya masih menunggu jawaban. Sebenarnya dia menunggu ini segera berakhir.

"Kamu dihukum."
    Tanpa aba-aba ucapanya itu langsung membuat orang yang kerap dipanggil Aca bergetar. Mengingat dulu karyawan yang dihukum langsung masuk rumah sakit.

"Kenapa masih menunduk? Duduk."
     Nada nya yang sama sekali tidak merendah, dengan bertaruh nyawa Aca itu mencoba membela diri dengan meminta maaf. Kunci dari semua masalah adalah mengalah.

"Bu kalau saya ada salah saya min--"
    Belum sempat selesai berbicara langsung dipotong oleh bos nya.

"Kamu tahu salahnya dimana?"
     Dia menyenderkan punggunya di kursi kebesaran dan melipat tangan didada tak lupa mata elang pembunuhnya. Aca mengusap dahi dengan punggung tangan berharap biji keringat yang lancang tidak sampai terlihat namun mata bos nya tidak pernah luput dari hal sekecil semut.

"Emm..itu..sa-saya..gak tahu sih bu..tapi a-akan saya cari tahu"
     Sesil mengambil tisu didepan nya dan mencondongkan badan nya kedepan, menopang tubuh ideal nya dengan tangan kirinya ditepian meja yang mengungkung Aca.

     Sedangkan tangan kanan nya sibuk mengusap dahi Aca yang banjir bandang di depan nya.
Sesil bisa merasakan tubuh Aca menegang dengan mata yang hampir lepas.

"Jadi kamu tidak tahu??"
    Setelah selesai berkutat dengan dahi Aca, dia membenarkan duduknya lagi tanpa mengurangi aura garang nya sedikitpun.

"Emm..??"
    Pemilik dahi itu menegang dengan otak kecil nya yang bekerja keras mencari alasan. Namun justru kepalanya mengingat kejadian dimana dahi nya sendiri yang menyebabkan dia tidak bisa berpikir jernih.

"Haduh agak panas ya Bu. Hehe"
    Cengiran semanis mungkin dikeluarkan nya dan itu sukses membuat Sesil terdiam dengan sejuta pikiranya hingga beberapa detik kemudian wajahnya terlihat semakin galak.

"Buka bajumu."
     Mata Aca hampir copot mendengar penuturan tidak pantas dari bos nya. Bingung antara menerima saja atau menolak.

"A-apa Bu???"
     Kini dia justru mendapat hinaan dari mulut mungil yang bisa menggait banyak pria dan wanita.

"Buka bajumu. Apa sekarang kamu tuli Aca?"

Bos sialan!

"Ehh enggak Bu. Tap-tapi kenapa?? Emm maksud nya ja-jangan Bu.."
    Keputusan bos selalu tidak bisa dibantah apalagi jika tipe bos perfeksionis. Membantah sama hal nya dengan memilih melompat ke jurang dari pada kehilangan harga diri.

"Sekarang kesalahan kamu sudah 3."
    Aca membulatkan mata mendengar kesalahannya jadi berlipat dan sikap ceplas-ceplos nya jadi tak terkendali.

"Apa??! Kok banyak banget sih?!
Eh maksud Saya kok bisa bu? Emang salah saya apa?"
    Sesil tersenyum melihat Aca. Smirk tepatnya, dan itu sukses membuat Aca bergidik ngeri. Pasalnya wajah dengan mata yang begitu tajam sangat cocok mendapat peran psikopat.

Bosku Pacarku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang