Ch. 9 - Pencuri sebenarnya

10 1 0
                                    

Gadis itu melihat cahaya samar-samar yang memenuhi pemandangannya. Dan ia merasakan kehangatan menjalar di sekujur tubuhnya. Ia sangat menikmatinya. Namun, terdengar seseorang memanggil namanya.

"Hana.. Hana.. Hanaa!!!" Seketika Hana terbangun dari cahaya yang menyilaukan itu. Ia mengedarkan pandangannya pada sebuah ruangan yang agak dikenalnya. Ya, dia berada di kamar penginapan yang ia pesan kemarin.

"Kau sudah bangun?" Suara parau seorang pemuda yang ia kenal. Itu suara Ossi.

"Ossi", panggilnya.

" Ya, kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu dengan raut wajah cemas. Tangan besar miliknya menggenggam erat tangan mungil milik Hana. Gadis itu merasa heran, kenapa pria dingin Ossi memasang wajah cemas? Kemana wajah dingin miliknya?

"Aku, baik-baik saja. Terima kasih". Hana mulai menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Tapi ketika ia mulai bergerak, sekujur tubuhnya seketika terasa sakit.

" Jangan paksakan dirimu, istirahatlah dulu". sarannya. Gadis itu hanya mengangguk paham, dan ia terlihat terkejut melihat tubuhnya dipenuhi dengan perban-perban.

"Apa yang terjadi?" ujarnya heran

"Kau tak ingat sama sekali?"

"Yah semalam aku akan dibunuh oleh pria itu, tapi kau menyelamatkanku. Itu saja".

" Benarkah? Hanya itu?"
Hana mengangguk mengiyakan.

"Kau menyelamatkan nyawaku". Ossi mengakui.

" A..aku?"
Ossi mengangguk meyakinkan.

"Bagaimana bisa?" Hana merasa heran. Ia tak mengingat apapun mengenai penyelamatan nyawa Ossi, yang pasti, ia terlelap di gendongan pria itu ketika ia sekarat.

"Ketika aku dan pria itu kelelahan, ia mengeluarkan sihir terkuatnya untuk membunuhku. Jika kau tidak datang tepat waktu untuk menjadi tamengku, aku mungkin sudah mati. Dan sebuah keajaiban tubuhmu yang terluka parah tidak mengalami koma", jelas Ossi panjang lebar.

" Tapi, aku tak mengingat apapun saat aku rela menjadi tamengmu", Hana mengakui.

"Ya, aku juga tak tahu kenapa, tapi aku berterima kasih", ucap Ossi tersenyum hangat dan tulus pada Hana, sehingga membuat gadis itu menjadi salah tingkah. Ia mengakui bahwa Ossi memang tampan, walau tak setampan ayahnya. Ketika mereka bersama, terlihat jelas wajah-wajah wanita cemberut dan iri dengan Hana karena dapat berjalan di samping pria setampan Ossi, walau Hana sendiri tak terlalu peduli dengan itu, karena Ossi bukan seleranya. Pria itu terlalu dingin bagi Hana. Tapi entah kenapa saat ini Ossi terlihat sangat tampan di mata Hana ketika ia tersenyum. Ini pertama kali Ossi tersenyum sejak ia bertemu pemuda itu.

"Aah, yah baiklah jika kau ingin berterima kasih", ujar Hana canggung.

" Aku akan membantumu hingga tubuhmu sembuh sepenuhnya", tawar Ossi pada Hana. Tentu saja itu bukan ide yang buruk. Keberuntungan ternyata masih berpihak kepadanya. Terima kasih Tuhan.

"Tentu. Kalau begitu, bisa kah kau ajarkan aku sihir?"

"Sihir? Bukankah semua orang bisa menggunakannya sejak kecil?" Ossi merasa heran dan mengangkat sebelah alis hitamnya itu.

"Aku, tidak pernah belajar sihir dari kecil", ia menunduk malu.

" Dari mana kau berasal?"

"Desa Vyartha".

" Ohh, baiklah aku akan membantumu" .

"B..benarkaaah?" tanya nya kegirangan.

"Ya, tentu, aku akan mengajarimu".

A Little Red Hooded Wolf GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang