Ch. 10 - Latihan Sihir

13 1 0
                                    

Sehari sejak insiden pembantaian antara Ossi dan pria pembunuh itu. Hana tak menghadiri upacara hukuman pria yang berniat membunuhnya itu, kalau tidak salah namanya Lubor. Nama yang cukup aneh. Hana merasa tak sanggup menyaksikan pembantaian itu didepan matanya. Alasan ketidakhadirannya karena sakit, tapi sesehat apapun badannya, ia tak akan mau hadir dalam upacara itu. Benar-benar menyeramkan.

Tubuh Hana tergolong cepat meresap obat yang dibuat oleh Ossi, dan kecepatan penyembuhannya menjadi dua kali lipat lebih cepat dari rata-rata orang normal. Hal itu membuat Ossi berdecak kagum. Dan hari ini, Ossi akan mengajarkan Hana mengenai sihir. Tentu saja gadis itu tak sabar menanti pembelajaran dari guru barunya itu.

"Baiklah, pertama-tama kita akan melihat elemen sihir yang kamu miliki. Seperti yang kau lihat saat pertempuranku dengan Lubor, aku memiliki elemen sihir jenis tanaman. Aku bisa mengeluarkan semua jenis tanaman yang ada di bumi ini, dari tanaman beracun hingga penawarnya, dari tanaman paling buruk rupa hingga tanaman tercantik sekalipun. Itu keahlianku. Kita akan melihat sihir apa yang kau miliki".

Ossi mengeluarkan sebuah tongkat aneh yang berujung berlian kecil berwarna putih. Tongkat yang cukup cantik.

"Sentuh berliannya", perintah Ossi pada Hana. Gadis itu mengangguk dan menurutinya. Seketika, di atas berlian itu, muncul kilatan-kilatan cahaya kecil berwarna kuning keemasan.

" Waah apa itu?" Hana berdecak kagum melihat kilatan sihir itu.

"Itu elemen sihir milikmu. Sihir cahaya".

" Milikku?" Mata coklat milik gadis itu berbinar terang. Ia sangat senang bahwa ia memiliki sihir. Tapi apa gunanya elemen sihir cahaya? Cuma sebagai penerang? Benar-benar tidak ada gunanya. Seketika ia merasa down.

"Kenapa?"

"Apakah sihirku ini hanya berguna sebagai penerang seperti lilin?"

"Pffft, WAHAHAHAHAHAHAHAHA", Ossi tertawa keras. Ia tak memikirkan kegunaan sihir cahaya hanya sebatas itu.

" Kau tahu, sihir cahaya sangat langka ditemukan. Hanya orang-orang tertentu yang memilikinya".

"Orang-orang tertentu?"

"Ya, seperti bangsawan kerajaan".

" Apa? Bukankah ini hebat?"

"Ya, tentu saja. Tapi pengguna sihir ini terakhir kali digunakan oleh satu orang, selain beliau, tak ada pengguna sihir cahaya, ini pertama kalinya sejak ia meninggal".

" Siapa dia?"

"Emperor of Tola Kingdom".

" Maksudmu, raja kerajaan ini?"

"Ya, kau benar. Dialah satu-satunya pengguna sihir cahaya terakhir. Anak laki-lakinya menuruni sihir sang ratu, ia pengguna sihir api"

"Wah, kenapa aku bisa menggunakan elemen sihir sehebat ini?"

"Entahlah. Apa jenis sihir kedua orang tuamu?"

"Aku tak tahu apapun soal sihir. Jadi elemen ayah pun aku tak tahu. Soal pengguna sihir pun, aku tak tahu apakah ayahku bisa menggunakan sihir atau tidak. Dan ibuku, aku tak tahu jenis sihir miliknya. Ia sudah meninggal sejak aku berumur 2 tahun".

" Begitu ya". Ossi mengangguk paham. Dan ia kembali melanjutkan pembelajarannya mengenai sihir kepada Hana. Mulai dari bagaimana cara menggunakannya, hingga cara untuk mengembangkan sihir itu ketika menghadapi pertempuran.

Sudah berapa jam berlalu sejak mereka memulai pelatihan sihir di pagi hari. Matahari mulai menenggelamkan diri di langit sore berwarna oranye itu.

"Kita sudahi pelatihan pada hari ini", Ossi mengakhiri.

" Dan sebelum itu", lanjutnya, "aku ingin membahas sesuatu denganmu".

" Ya, silahkan".

"Aku akan pergi dari desa berkabut, misiku sudah selesai untuk menangkap pencuri itu".

" Jadi, kau akan kembali ke tempat asalmu? Aku sempat mengira kau berasal dari desa ini, tapi anehnya kau tinggal di penginapan".

"Ya, aku bekerja di sebuah restoran".

"Restoran? Tapi kau kesini untuk bekerja memburu pencuri, restoran tidak akan menyediakan pelayanan seperti itu, kan?"

"Ya, kau benar. Setidaknya itu restoran spesial. Mereka memiliki dua jenis tugas yang harus dilakukan oleh pegawainya. Pertama sebagai pelayan restoran atau chef disana, kedua sebagai penyihir".

" Penyihir, ah tentu saja kau seorang penyihir". Hana mengangguk mengerti, tapi masih setengah bingung.

"Kau tahu aku penyihir?"

"Ya, aku tau dari Lubor. Sebelum ia mengetahui aku berada disana, ia mengumpat-umpat mu sebagai penyihir yang akan ia bunuh".

" Dasar bajingan itu", Ossi masih dendam. Padahal Lubor sudah mati.

"Tapi, apakah kau tahu arti menjadi seorang penyihir?"

"Tidak, untuk itulah aku bertanya padamu", Hana tersenyum polos. Pria didepannya itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

" Penyihir adalah sebutan bagi orang-orang yang secara resmi menjadi bawahan para duke kerajaan. Mereka biasanya melaksanakan misi-misi sejenis pertempuran sihir atau penangkapan buronan kerajaan yang berkaitan dengan sihir".

"Duke?"

"Kau tak tahu duke?" Hana menggelengkan kepalanya. Pria itu menghela napas panjang disaat gadis itu tertawa masam. Ia merasa tak enak untuk terus bertanya pada Ossi.

"Duke adalah bawahan Emperor. Terdapat 10 Duke di kerajaan ini. Keputusan yang disepakati oleh 10 duke ini sama saja seperti perintah Emperor".

" Wah, seorang duke benar-benar hebat!" Pujinya.

"Dan soal pekerjaanku, duke yang menjadi atasanku sekaligus pemilik restorannya adalah Duke of Franz Boas".

"Duke of Franz Boas? Ah aku baru ingat, nama itu sempat disebutkan oleh Lubor waktu itu".

" Apa? Cepat katakan apa yang ia bilang pada waktu itu?" wajah Ossi berubah serius mendengar nama atasannya disebut oleh penjahat bernama Lubor itu.

"Intinya dia ingin memenggal kepalamu dan mengirimnya ke Duke of Franz Boas".

"Penjahat brengsek itu, sudah mati pun masih saja bisa membuatku muak".

" Tapi, apakah kau tidak masalah menceritakan soal ini padaku? Lagipula kita baru mengenal satu sama lain", tanya Hana ragu.

"Ya, banyak orang tak mengetahui soal restoran itu. Masyarakat hanya tahu bahwa restoran itu menyediakan berbagai masakan lezat, namun soal penyihir yang bekerja disana, mereka tidak tahu. Hanya segelintir orang, termasuk dirimu".

" Benarkah? Kalau begitu aku akan menjaga rahasiamu ini baik-baik".

"Tentu saja harus. Kau harus mengikutiku kemanapun aku akan pergi", pria itu tersenyum licik. Gadis itu tak mengerti apa maksudnya.

" Hana, kau benar-benar polos. Apa kau kira aku akan membantumu tanpa imbalan?"

"K..kau menipuku?" Hana benar-benar tercenggang. Beraninya Ossi menipu dirinya setelah ia begitu percaya pada pemuda itu. Ia benar-benar menyesal sekarang.

"Tidak, aku tidak menipumu. Bukankah kita sudah saling mengungkapkan rahasia? Setelah mengetahui rahasiaku, kau harus menuruti semua perintahku".

" Kita tidak pernah melakukan perjanjian akan hal itu! Kupikir kau tulus membantuku setelah semua pengorbanan yang kulakukan". Hana menaikkan suaranya satu oktaf. Ia tak habis pikir bahwa pria itu akan menipunya. Ayah benar. Semua orang suka mencari keuntungan.

"Tapi aku yang memutuskan. Kau butuh bantuanku, tentu saja kau harus berguna bagiku".

" Bajingan!!"

"Terserah apa katamu. Besok kita akan meninggalkan desa ini dan kembali ke restoran tempatku bekerja. Kau akan jadi asistenku. Aku akan membantumu menjadi seorang penyihir dan mencari penyihir hitam itu. Jadi kita imbang. Berhenti mengeluh dan lakukan saja", perintahnya. Ossi meninggalkan Hana yang terkejut dengan mulut terbuka. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti kehendak Ossi.

A Little Red Hooded Wolf GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang