Hampir saja Hana berlalu menuju desa terdekat dari desa Vyartha dengan berjalan kaki, jika tidak si pak tua Sam berteriak sangat kencang hingga memekikkan telinga. Berulang-ulang ia memanggil namanya. Ini sangat menjengkelkan.
"Hanaaaaaaaaa....", teriaknya lagi.
"Berhenti paman. Aku mendengarmu. Jangan kau anggap ini merupakan daerah kekuasaanmu, kau mengganggu tetangga".
"Tetangga? Maksudmu adalah ayahmu?"
"Lupakan itu. Apa maumu?"
"Ah, aku hampir lupa. Kau akan berpetualang kan? Ke desa sebelah?"
"Ya, kalau tidak salah namanya desa berkabut". Hana membuka kembali peta yang diberikan Friedrick padanya.
"Aku akan mengantarmu hingga perbatasan".
"Kenapa tiba-tiba?"
"Tak apa, sebagai sahabatmu aku ingin membantu, hanya itu".
"Benarkah? Bagaimana dengan Ruth dan kedua anakmu?"
"Tenang saja, mereka akan baik-baik saja. Lagipula aku akan mengantarmu hingga perbatasan saja. Bukan masalah besar".
Hana hanya mengangkat kedua bahunya, ia mengatakannya tanpa bersuara, 'terserah padamu, paman'.
Dan disebelahnya, Sam telah menyiapkan seekor kuda liar yang tampak gagah berani, berwarna coklat gelap dengan mata hitamnya menatap Hana tajam."Dia cukup keren".
"Benarkan? Namanya Feli, ia kuda terbaik milikku", ungkap Sam dengan bangga.
"Kuharap aku punya satu".
"Kau bisa menunggangi kuda?"
"Entahlah. Jika dicoba mungkin bisa?"
"Tapi aku tak punya kuda lain yang bisa berpetualang hingga ibukota kerajaan". Sam menjelaskan dengan mengusap-usap kedua tangannya pada tubuh Feli yang besar. Feli suka itu.
"Aku hanya bercanda, paman". Hana melipat kembali peta miliknya dan ia siap berangkat. Matanya berbinar melihat Feli, tak sabar untuk menungganginya.
"Kau tak sabar bukan? Kalau begitu, ayo naik". Sam tahu kalau Hana sangat menyukai Feli.
"Apakah terlihat jelas?" Hana bertanya dengan wajahnya yang tersipu malu, Sam mengetahui ia suka Feli.
"Sangat jelas". Sam yang sudah terlebih dahulu berada di atas tubuh Feli mengulurkan tangannya pada Hana. Kuda besar itu cukup sulit untuk dinaiki oleh Hana. Tingginya melebihi gadis kecil itu.
Hana menyambut tangan Sam dan dengan cepat ia duduk dibelakangnya. Tubuh Hana yang ringan memudahkannya untuk naik tanpa beban. Sam hanya tersenyum kecil.
"Kau siap?"
"Kapanpun kau siap paman", teriaknya.
"Hei, berhenti berteriak atau kau akan mengganggu Feli".
"Benarkah? Maafkan aku Feli". Hana mengusap lembut tubuh kuda liar itu.
Mendengar hal itu, Sam merasa geli. Ia tertawa keras hingga wajah gadis itu berubah semerah tomat."Berhenti menggodaku, dasar orang tua".
"Ini sangat menyenangkan, untuk mengganggumu, kiddo".
"Yah, yah terserahlah, ayo berangkat".
Hana tak mau memperpanjang masalahnya dengan paman Sam, itu tak akan ada akhirnya. Kapan ia akan berangkat jika terus seperti itu?Sam menghentakkan kedua kakinya pada tubuh sebelah kanan dan kiri Feli, memberitahu sang kuda liar untuk berangkat. Feli menjerit dan mengangkat kedua kaki depannya sebelum berjalan, atau lebih tepatnya berlari. Hana yang baru pertama kali menungganginya merasa excited.
"Woaaaah, ini sangat kereeeen!" Hana melebarkan kedua tangannya kesamping, merasakan angin kencang di seluruh tubuhnya. Terutama wajah. Ia tak bisa tak memejamkan matanya. Angin kencang terus menerus menerpa wajah cantiknya itu. Rambut pirang kuningnya juga ikut bergirang, mereka terbang dengan tentunya masih menempel di kepala milik Hana mengikuti arus angin. Sam hanya tekekeh geli. Gadis ini sangat menikmatinya.
Hana tak merasa heran, bagaimana paman Sam memiliki kuda hebat ini. Sam merupakan seorang peternak. Ia sangat menyukai hewan. Ternak-ternak miliknya sangat sehat dan banyak orang di desa berlangganan dengannya. Terkadang paman Sam memberi Hana dan ayahnya beberapa daging segar ternaknya, dan mereka pun membalasnya dengan beberapa sayuran dari kebun. Atau terkadang saling bertukar masakan yang enak. Begitulah kehidupan mereka di desa Vyartha yang tenang.
"Jadi, bagaimana kondisi ayahmu?" tanya Sam serius pada Hana.
"Akhir-akhir ini hampir setiap hari ayah muntah darah".
"Itu buruk".
"Ya, kau benar. Mungkin ia hanya akan bertahan hingga satu sampai dua tahun lagi".
"Ini sulit. Tapi aku percaya... Percaya padamu kalau kau bisa mendapatkan penawarnya". Sam meyakinkan gadis itu.
"Benarkah?" Hana hanya tersenyum pahit. Ia tahu paman Sam hanya menyemangatinya. Lagipula ia tak tahu apapun tentang kutukan itu. Ia tak mempunyai petunjuk apapun selain informasi dari Friedrick. Entah bagaimana ia akan mulai melakukan pencarian si penyihir hitam.
"Tak apa, lakukan apapun yang kau bisa, nak".
"Terima kasih, paman". Ia terdiam cukup lama.
"Dan...", lanjut Hana.
"Tolong jaga ayahku". Ujarnya dengan getir. Bibirnya gemetar, takut sesuatu akan menimpa ayahnya. Tangannya menggenggam baju milik Sam cukup kencang, sehingga pria itu tahu kalau Hana menahan semua perasaan negatif itu.
"Tentu, aku akan menjaganya".
Tak terasa hari sudah mencapai puncaknya. Lebih tepatnya matahari sedang dalam masa terbaiknya. Sam mengarahkan Feli untuk berhenti di sebuah pohon besar, di sebelah sungai yang mengalir dengan tenang. Mereka akan beristirahat sejenak dan makan. Khususnya Feli, ia butuh asupan setelah perjalanannya untuk berlari selama 3 jam non-stop. Sam mengikatkan tali pengaman kuda itu pada pohon tempat mereka berlabuh.
Hana memang menyiapkan beberapa perbekalan makanan sebelum berangkat, sandwich kesukaan dirinya dan sang ayah, ia membagikannya kepada paman Sam. Bahkan ia mencoba memberikan Feli satu potong, namun dengan sigap, paman Sam merampas sandwich itu dan melahapnya dalam satu gigitan. Pemandangan itu membuat Hana tercengang.
"Kenapa paman memakannya? Aku memberikan satu pada Feli." Hana agak marah.
"Berhenti memberinya makanan manusia, itu tak sehat untuknya. Ia butuh gizi yang banyak, alam terbuka adalah yang terbaik".
"Baiklah kalau begitu, aku tak akan memaksa".
"Terima kasih kalau begitu".
Setelah perselisihan kecil itu terlewati, dan Feli terlihat bersemangat untuk melanjutkan perjalanan, mereka kembali menunggangi kuda liar itu. Mungkin 30 menit lagi mereka akan tiba di Desa Berkabut.
Entah kenapa, sejak peristirahatan mereka selesai, udara di daerah sekitar mulai dingin, padahal hari masih cerah saat itu. Hana berpikir mungkin mereka sudah dekat dengan desa berkabut. Berbeda dengan desa Vyartha yang hangat, desa berkabut dikenal sebagai desa yang gelap dan dingin. Banyak orang tersesat dan menghilang, bahkan tak pernah kembali jika mereka memasuki wilayah kegelapan itu. Tapi Hana tak punya pilihan. Setakut apapun dirinya, untuk sampai di Ibukota Kerajaan, ia harus melewati desa itu.
Tanda perbatasan antar desa sudah terlihat jelas di depan mata. Paman Sam memberhentikan langkah kaki Feli. Ia membantu Hana turun dari kuda itu, dan mengucapkan salam perpisahan.
"Semoga perjalananmu lancar dan menyenangkan, tetap jaga keselamatanmu, itu yang paling penting!", jelasnya.
"Terima kasih atas tumpangannya, dan nasihatmu jugaa", Hana memeluk paman Sam.
"Jaga dirimu, paman". Ia melambai-lambaikan tangan mungilnya itu pada paman Sam dan Feli dan mulai memasuki kawasan desa Berkabut. Perlahan, bayangan paman Sam dan Feli menghilang dari pandangan Hana, begitu pula sebaliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Red Hooded Wolf Girl
Manusia SerigalaHana, seorang gadis yang tinggal bersama ayahnya di pelosok desa yang tertinggal, bersama orang-orang yang terbuang. Mereka hidup damai selama bertahun-tahun hingga ayahnya yang sedang sakit parah, menceritakan sedikit tentang masa lalunya. Umurnya...