Membenci Ayah 13

12 0 0
                                    


Apa yang akan kamu lakukan ketika merasakan debar aneh tiba-tiba kepada seseorang yang baru dihidupmu?

Sementara masih ada tersimpan harapan untuk seseorang di masa lalu.

Aku menatap entah, menahan desir halus yang menyapa dada saat Naratha berbalik sekilas dari kursinya. Menoleh ke arahku dengan senyum manis.

Lalu, tersenyum sendiri saat wajahnya kembali menghadap ke depan. Memerhatikan Miss Grassya yang sedang menerangkan.

Aku terdiam. Rasa apa ini?

"Everybody! Kamis besok, khusus kalian kelas dua belas, akan ada pertemuan sosialisasi terkait program belajar perguruan tinggi. But, bukan di sini, melainkan di sekolah Smansa!" Miss Grassya memberi pengumuman, setelah ia duduk kembali di meja guru.

Beberapa murid meriuh. Senang. Ya, lumayanlah untuk sekadar jalan-jalan ke sekolah tetangga, pikir mereka mungkin.

"So, kita akhiri hari ini, selamat pulang!"

Lalu Miss Grssya melangkah keluar. Kemudian disusul oleh para siswa.

Aku melangkah keluar saat kelas hampir sepi, tapi tanpa sengaja melihat Naratha berdiri di depan kelas. Seperti menunggu seseorang.

Aku melewatinya.

"Andra!"

Terhenti. Kulihat dia mendekat ke arahku dengan satu tangan memegang tali tas.

"Ya?"

"Pulang?" tanyanya dengan sorot ... entah.

"Ya." Aku menjawab singkat.

"Emm ...."

Gadis dengan rambut terikat satu itu terlihat menunduk sesaat, detik kemudian menatapku tepat. Lama.

Cantik.

Aku menghela napas. Berusaha menghilangkan debar perlahan yang menggelayuti dada.

"Aku buru-buru, Nar."

Gsdis itu terdiam sesaat, ketika langkah dinginku perlahan meninggalkannya. Aku terus menjauh, meski sempat terdengar panggilan tertahannya di belakang.

Maaf.

Aku hanya tak mau mengingkari janji, untuk mencari Lavira. Dan terjebak dua hati yang tak pasti.

.

Motor meluncur cepat melewati gerbang sekolah. Membelah udara dingin yang menampar kulit. Semenara terlihat di atas sana, langit hitam tampak menggantung. Beberapa menit lagi pasti akan turun hujan.

Tapi aku salah, ternyata hanya butuh beberapa detik hujan turus amat deras. Aku menepatkan posisi helm, lalu melaju cepat.

Tapi mendadak terhenti. Terdiam sebentar. Mengingat seseorang.

Motor kembali meluncur ke arah yang berlawanan dengan cepat. Berhenti di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup. Aku langsung turun melepas helm dan melihat ke dalam sana dari celah-celah besi yang memagari.

Kosong. Tak ada siapa pun. Aku mengusap wajah kasar. Semenara langit masih mengabu gelap dengan curah hujan kian lebat. Lalu terlintas sekelebat bayang wajah Naratha tadi.

Di mana dia?

Aku menarik langkah menuju motor. Segera memasang helm dan meluncur pergi. Beberapa menit memelankan laju kendaraan, hingga mata menyipit saat terlihat seseorang berseragam sekolah sedang berlari dari jalanan menuju sebuah warung kecil pinggir jalan.

Naratha.

Aku melaju ke sana. Berhenti di depannya. Segera turun dari motor dan menaruh helm di salah satu kursi kayu. Mata gadis itu membulat menatapku. Kaget mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Membenci Ayah (GANTUNG KE HUBUNGAN LU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang