Membenci Ayah 12
⭐Motor terhenti di bawah bagasi kecil samping rumah. Aku melepas helm. Menghela napas, saat bayangan Naratha membopong tubuh ayahnya terlintas sekilas. Agak lama terdiam, hingga detik kemudian membawa langkah memasuki rumah. Memikirkan sesuatu.
Apakah Naratha dibenci oleh ayahnya?
.
Aku mengakhiri langkah di samping meja dekat ranjang. Di mana di permukaannya terletak sebuah bingkai berisi foto-fofo zaman dulu. Kenangan yang kudapatkan dari wnita yang mengaku sebagai teman ibu kandungku waktu itu.
Di sana terpajang foto Mama dan Ayah yang mengenakan kebaya dan batik. Mereka saling merangkul dalam senyum, mesra.
Sementara di bingkai satunya, terlihat tiga wajah berbeda. Pak Damin, Ayah, dan Ayah kandungku yang meninggalkan aku. Mereka tersenyum penuh kebahagiaan.
Aku menghela napas. Beralih ke jendela kamar. Lalu menatap jauh ke luar. Membiarkan perasaan kacau ini menggila di dada.
Aku rindu Mama. Aku kasihan dengan Ibu. Aku ingin memeluk Ayah. Dan aku ingin sekali mematahkan rahang lelaki brengsek yang membuat takdirku sekacau ini!
Dia, ayah yang salah!
***
Pukul setengah tujuh malam, aku meluncur keluar dari halaman rumah. Memacu dengan kecepatan sedang di jalan hingga akhirnya tiba di depan sebuah rumah.
Belum sempat memanggil, gadis itu telah keluar dengan wajah datar tanpa suara. Saat dirinya mendekat, aku melihat sedikit kilap di matanya. Apa dia menahan kantuk?
"Mau ke mana, sih?" Gadis dengan celana jeans hitam dan kemeja abu-abu itu bertanya malas.
"Ke Afrika!" Aku menyahut.
Dia mendesis, kesal.
"Naik," ucapku kemudian.
Dia memutar bola mata. Lalu tanpa bicara mulai menaiki motor.
"Jalan!" ketusnya. Merasa bahwa aku belum memacukan kendaraan sedari tadi.
"Gak mau pegangan, nih? Mau coba jamping soalnya!"
Aku mengegas motor. Sempat tertawa sebentar, tapi segera meringis saat sebuah pukulan mendarat di punggung.
Sakit.
"Andra!" Dia berteriak takut. "Kalau mau jamping, mending gak usah pergi aja! Syukur-syukur cewek kayak aku mau pergi sama kamu!" lanjutnya mengomel.
Aku tertawa pelan. Membiarkan Naratha mengomel kesal di belakang pundak. Sekilas, wajah cemberut itu terlihat di kaca sepion. Lalu berganti pelototan sebal saat menyadari ada pasang mata yang memerhatikannya.
"Andraa ...!" Dia berteriak dan refleks mencengkeram pinggangku, saat motor melaju tanpa aba-aba.
.
Menit berlalu mengantarkan kami hingga tiba di tempat tujuan. Naratha turun dari motor dengan wajah keheranan. Memandangku penuh tanda tanya.
"Kita ... ngapain ke sini?" tanyanya.
Aku melepas helm. Turun segera dari motor dan membenahi rambut. Lalu tanpa menjawab, menarik lengan Naratha membawa masuk ke dalam.
"Ndra, kita ngapain ke sini? Aku sudah dipecat!" Dia menyentak tanganku hingga terlepas darinya. Lalu, berhenti melangkah di depan kafe.
"Memang jika sudah dipecat, kamu tidak boleh ke sini lagi?"
Dia menatapku.
"Tapi untuk apa?" tanyanya lagi, masih tak mengerti mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membenci Ayah (GANTUNG KE HUBUNGAN LU)
CasualeTentang seorang pemuda yang tidak diterima oleh keluarganya, karena dosa sang ayah. . Next on story. Gaes cerita ini udah on novel ya, jadi buat kamu yang mau pesan, langsung chat wa admin 082157648251. Tengkyu! :) . Sedikit catatan, ini adalah kisa...