(๑˙Dua❥˙๑)

12.4K 1.2K 220
                                    

'Membicarakan soal pertemuan, memang tak bisa di duga-duga, ya.'

🌹 🌹 🌹

[Kelas]

Seorang gadis yang sudah rapih dengan seragamnya tengah berlari sampai ia menghentikan langkahnya sebelum masuk ke dalam gerbang sekolah besar tersebut. Ia sangat lega saat tahu, kalau ternyata dirinya belum terlambat.

Tunggu.

Allin memerhatikan sekolah di hadapannya ini kembali.

Sangat hebat.

Terdapat 5 lantai. Allin melihat map di mading yang di sediakan di dekat gerbang. Ada kolam renang luas, taman, lapangan sesuai genrenya masing-masing seperti basket, futsal dan sebagainya.

Apakah ini mimpi?

Allin memandang seragam bagus yang ia kenakan. Bahannya pun sangat berkualitas. Ini adalah seragam yang kemarin di kirim langsung gratis sekaligus seragam olahraga dan lainnya khusus beasiswa. Semuanya sangat bagus seperti seragam di drama korea yang sering ia tonton. Rasanya seperti tengah bermimpi bisa bersekolah di sini.

Huft, rasanya sudah cukup untuk memuji SMA Pelipur ini. Kalau begini terus Allin bisa telat betulan.

Allin membuang nafasnya, lalu mulai memasuki gerbang.

15 menit Allin mencari ruang kepala sekolah, dan akhirnya ketemu. Di sekolah seluas ini wajar Allin nyasar.

Kepala sekolah tersebut menyambut Allin dengan ramah lalu menyuruh guru yang akan menjadi Wali Kelas Allin untuk mengantar gadis itu ke kelas.

XI IPA1. Allin mendapatkan kelas itu.

ლ❥ ლ

Riuhnya kelas membuat Tiva--Wali Kelas mereka yang baru saja datang menggebrak meja keras-keras.

Brakk! Brakk!

"GAK LIHAT, GURU KALIAN UDAH HADIR?!" Bentaknya membuat semua siswa siswi terdiam.

Tiva membuang nafasnya kasar. Lalu ia melirik pintu. "Masuk, nak."

Allin pun memasuki kelas itu dengan gugup. Jujur kakinya gemetar.

Bisik-bisikan para siswi mulai merambat saat melihatnya.

"Oh yang kemarin dapet lotre bisa sekolah di sekolah kita'kan? SMA Pelipur lama-lama jadi penampungan orang miskin, ya."

"Anak beasiswa yang menang online ya?"

"Anak kampung pasti,"

"Berarti bukan anak keluarga kaya atau pengusaha dong. Beasiswa, sih. Kenapa harus di kelas kita sih. Bukannya IPA3 penampungan anak beasiswa'kan? Kenapa harus disini."

"Pasti susah di ajak tabungan tuh kalo kelas lagi ngadain party."

Allin hanya menunduk mendengar itu.

Tiva pun menggebrak meja lagi.

Brak!, "Diam! Ibu gak nyuruh kalian menggibah!" Tiva melirik Allin dengan senyum ramahnya setelah semua sudah diam. "Perkenalkan diri kamu, nak."

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang