(๑˙Delapan❥˙๑)

10.2K 1K 120
                                    

'Takdir memang sulit. Sekalipun di hindari, pasti akan terus mengejar.'

🌹 🌹 🌹

[Cafe]

Kenta menjalankan mobilnya sepulang sekolah langsung menuju basecamp tongkrongan.

Tiba-tiba Kenta meminggirkan mobilnya hendak mengganti seragamnya dengan kaos yang ia bawa di mobil.

Selesai.

Tak sengaja di sebrang jalan ia melihat seorang gadis yang tengah mengelus kucing putih dengan sayang. Kucing itu terlihat nyaman sekali.

Melihat senyum lebar Allin, entah mengapa kedua sudut bibir Kenta ikut tertarik.

Jika di pikirkan,

Gadis itu mengekos,

Tidak memiliki kedua orang tua bahkan saudara,

Dan masuk sekolah karna beasiswa yang padahal SMA Pelipur itu jarang sekali membuka beasiswa. Sekalinya di adakan, akan sulit sekali ujian yang di beri.

Pasti banyak sekali perjuangan yang gadis itu lewati. Entah mengapa Kenta risih sekali melihat gadis semalang itu.

Mungkin hanya kasihan.

Kenta mendengus. Ia langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

ლ ❥ ლ

Allin berjalan menuju kos nya, setelah berganti baju dan makan, Allin langsung pergi kerja paruh waktu di sebuah cafe kelas atas yang tentunya dengan gaji yang sangat lumayan. Walaupun Allin sendiri bingung kenapa dirinya bisa langsung di terima.

Padahal memang cafe itu mencari pekerja dengan mengutamakan tampang. Ya, mungkin memang kebanyakan begitu untuk meningkatkan karisma cafe. Jadi tidak sulit untuk Allin yang memiliki wajah cantik berlebih ini.

Allin mengambil nampan yang sudah berisi empat cocktail quttroporte dan dua flavoured soda untuk di antar ke meja yang ada di lantai atas. Sepertinya mereka kumpulan orang yang kaya sekali hingga memesan yang paling mahal hanya untuk sebuah minuman. Bahkan harga minuman ini adalah biaya hidup Allin untuk dua bulan.

Allin menunduk saja saat sampai dan menaruh minuman dengan hati-hati.

"Loh, Allin?"

Allin lantas mendongak. Itu..

Hito?

Ternyata yang memesan minuman-minuman ini adalah Kenta, Hito, Angga, Gepeng dan dua perempuan yang Allin tak kenal. Yang satu terlihat terus menerus cari perhatian Kenta yang Allin lihat selalu di balas dingin dan cuek oleh pria itu, dan yang satu lagi bergelayut manja di lengan Angga.

"Kamu kerja paruh waktu?" Tanya Hito serius. Jarang sekali ia melihat seorang gadis SMA bekerja. Apalagi siswi SMA Pelipur.

Allin mengangguk pelan. "Iya, Kak."

"Udah makan?" Tanya Hito khawatir. Pasalnya pulang sekolah gadis itu langsung bekerja. Hito saja jarang sekali melakukan kegiatan selain bermain atau nongkrong. Karna memang tak ada yang harus di kerjakan juga. Toh, Ayahnya menjalankan bisnis yang hanya tinggal silang tangan dan masih muda juga jadi belum ada acara meneruskan. Jadi tak ada yang Hito bisa kerjakan walaupun pria itu rajin dan bisa di bilang anak yang berbakti, penurut, dan tidak pernah melawan kedua orang tuanya. Berbeda dengan Kenta, Angga dan Gepeng. Yang masih sesekali melawan.

Allin mengangguk lagi, tak sengaja ia melihat Kenta yang menatapnya lurus hingga membuat Allin terasa membeku di tatap lurus seperti itu. Allin pun langsung bersiap pergi. "A-Aku duluan ya, Kak.."

Hito mengangguk sekilas dan masih memandangi punggung Allin yang kian menjauh.

"Widih, cinta pertama nih. Sayang banget kayaknya sama doi," goda Gepeng.

Hito hanya tersenyum. "Gue gak tega liat dia kerja kayak gitu, pasti capek. Apalagi dia cewek." Lirihnya terganggu sendiri.

Kenta bangkit setelah menepis tangan gadis di sampingnya yang terus mencari kesempatan bergelayut genit dengannya. Andai dia bukan temannya pacar baru tersayang Angga, sudah Kenta buang ke lautan biar di makan hiu. Kenta paling tidak suka gadis yang genit dan jual murah.

"Gue balik duluan," ujar Kenta yang langsung berlalu.

"Buset woy, bentar banget!" Pekik Gepeng.

Sedangkan Hito dan Angga yang sudah paham Kenta tak betah sekali bila sudah ada cewek genit yang menempelinya hanya membiarkan saja sahabatnya itu pergi.

Pasti Kenta kesal dan risih sekali sedari tadi. Pikir mereka yang sudah mendengus geli.

ლ ❥ ლ

Kenta memetik gitarnya menciptakan suara lembut yang enak di dengar di balkon kamarnya.

Sudah malam, tapi ia belum juga mengantuk.

Ckrek

Pintu balkon di buka memunculkan seorang wanita yang sudah berambut putih tapi wajahnya masih cantik berseri.

Clarissa. Ibu dari Maura, sekaligus Oma Kenta.

"Cucu Oma kok belum tidur? Besok kan kamu mau dateng ke rumah Oma Nayla," Clarissa mengelus punggung Kenta sayang. Nayla, Ibu dari Farrel, Papanya Kenta. Tentu Omanya Kenta juga.

"Besok pasti Oma Nayla ngambek lagi sama Kenta, kalo Kenta gak bawa cewek, Oma," Kenta membuang nafasnya kasar.

Clarissa tertawa renyah. Besan satunya itu memang selalu kekanakan. Bisa-bisanya memaksa Kenta selalu membawa seorang gadis saat mengunjunginya.

"Emangnya kamu gak punya pacar beneran? Oma gak percaya. Masa cucu Oma seganteng ini gak ada yang nyangkut," heran Clarissa.

"Kenta belum nemu yang bener-bener natural aja Oma, semuanya terlalu banyak tingkah. Oma tau sendiri Kenta gak suka," Clarissa memang paham sekali, cucunya ini memang selalu ingin mencari gadis yang biasa saja dan sederhana. Bukan gadis yang berlebihan dalam segala hal terutama sikap. Bermuka dua misalnya.

Di sisi lain, Jellina yang tadi hendak menimbrung tapi malah jadinya menguping saja sedari tadi kini tengah memiliki ide hingga senyumnya merekah.

Tentu ide untuk membantu kakaknya yang malang itu.

Karna Jellina sendiri tau sekali rasanya saat Oma Naylanya itu sudah pundung.

Jadi, sesekali Jellina akan berbaik hati untuk membantu kakak laknatnya itu.

Nayla itu memiliki selera gadis untuk cucunya tentu yang sederhana dan juga gadis polos. Banyak gadis yang terlihat baik dan lembut, tapi Nayla bisa langsung tahu bila gadis itu hanya bermuka dua atau pura-pura baik hanya sekedar cari perhatian. Jadi, Jellina tak boleh salah pilih.

Jellina tahu siapa orang yang cocok.

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang