(๑˙Sembilan❥˙๑)

9.2K 1K 70
                                    

'Seakan selalu di pertemukan untuk sekedar hal sepele, hingga yang terpenting.'

🌹 🌹 🌹

[Pesawat]

Sepulang sekolah, Jellina menarik-narik tangan Allin mengajak gadis itu ke mobilnya.

"Astaga mau kemana, Jel? Aku ada kerja paruh waktu, apalagi aku kan pegawai baru. Gak enak dong kalo baru awal udah gak masuk?"

Jellina mendengus. "Santai, apa nama cafe tempat lo kerja?"

"Cafe Cla Faza?"

"Ok! Gampang,"

Allin menautkan alisnya saat Jellina sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Itu cafe punya Opa Kenzo gue, kebetulan banget sih. Tadinya kalo cafe lain mau gue sogok, eh ternyata malah cafe itu, its okey. Kayaknya emang lo udah di takdirin untuk bantu seseorang, haha,"

"Bantu?" Heran Allin.

"Abang gue harus bawa cewek ke rumah Oma gue yang di Swiss, bakal ngambek kalo dia gak bawa. Makanya, rencana nya sih gue mau nyuruh lo ikut dia ke sana-"

"Abang kamu? Kak Kenta?" Tanya Allin masih bingung.

"Gepeng. Ya iyalah Bang Kenta, Abang gue siapa lagi coba," cebik Jellina.

"Tapikan Swiss luar negri, Jel?! Jauh, sekolah aku juga gimana?" Allin benar-benar tak habis pikir  kenapa semendadak ini, dan kenapa harus dirinya?

"Gampang ah, orang lusa juga lo sampe lagi di sini. Kan cuma semalem. Walaupun perjalanannya seharian gitu sih." Tukas Jellina.

"Naik pesawat?"

"Kuda lumping."

"Hah?! Beneran?!" Pekik Allin.

Jellina mendengus kasar. "Ya, Naek pesawat pribadi keluarga guelah. Yakali kuda lumping, yang ada tuh kuda kecapean tengah jalan lo di tangkis entar,"

Allin menggaruk tengkunya yang tak gatal.

"Apalagi?" Tanya Jellina ingin cepat-cepat selesai.

"Kenapa aku? Bukannya kamu mau temenan sama aku karna aku gak suka sama Kak Kenta?" Tanya Allin membuat Jellina terbahak.

"Ya bukan karna itu juga kali, ya karna lo gak banyak tingkah dan sederhana aja. Jadinya gak buat gue risih, dari pada orang-orang yang terlalu modis dan euw, sok cantik."

Allin mengangguk. "Tapi aku rasa Kak Kenta yang gak bakal mau, dia mana mau."

"Seterah dia sih. Intinya kalo dia nolak, dia sendiri yang rugi." Kekeh Jellina.

ლ ❥ ლ

"Gila lo ya bawa-bawa anak orang?!" Geram Kenta. Allin terlihat menunduk saja tak berani ikut campur.

"Ye, seterah si, ya. Toh, niat gue bantu. Kalo lo nolak, lo sendiri yang rugi." Tukas Jellina yang memang benar.

Kenta meraup wajahnya kasar. Ia benar-benar dilema sekarang.

"Udah gak usah, pulang aja sana. Gue gak mau maksa-maksa bawa anak orang. Mending di ambekin Oma sekalian," tukasnya pada Jellina.

"Apaan sih, orang Allin juga mau bantu kok. Iyakan, Lin?" Allin mengangguk pelan. "Yaudah sih, kalo gak mau, yaudah. Gue kasih tau aja, terakhir Oma ngambek sama gue, gue baru sampe di usir lagi suruh pulang. Ya makanya prihatin aja sama lo. Lo pikir Indo sama Swiss tinggal nyebrang kayak dari rumah kita ke warung Bu Wati doang?"

"Fine! Yaudah." Putus Kenta lalu masuk ke mobil begitu saja meninggalkan Allin.

Allin membuang nafasnya sedih. Padahal dirinya yang membantu, tapi kenapa malah menjadi seperti orang yang merepotkan?

"Allin gak ikut aja kali, Jel? Takutnya ngerepotin, apalagi Allin baru naik pesawat,  takutnya mabuk perjalanan.." Allin takut akan terjadi hal itu. Dan itu akan sangat memalukan sekaligus merepotkan.

Baru saja Jellina hendak buka suara, tiba-tiba Kenta keluar dari mobil dan menarik Allin, membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

"Lama." Tukasnya.

Di sisi lain, Jellina terkekeh melihat kedua orang yang memiliki sikap bertolak belakang itu saat bersama.

ლ ❥ ლ

Allin terkesima melihat betapa besar pesawat di hadapannya ini. Jujur, Allin baru pertama kali melihatnya langsung. Bahkan di kampungnya tak ada pesawat terlihat melintang di langitnya.

Saat memasuki pesawat, beberapa pramugari yang cantik-cantik itu menyambut mereka dengan istimewa.

Kalo pramugari nya secantik-cantik ini, kenapa enggak mereka aja ya yang di ajak ke rumah Oma nya Kak Kenta?, Batinnya berpikir keras.

"Mikir apa lo?" Tanya Kenta jutek saat Allin terus memandangnya sambil terlihat berpikir. Mereka pun duduk bersebelahan. Karna ini pesawat pribadi, makanya mereka hanya berdua sebagai penumpang maksudnya.

"E-Enggak, Kak!" Tepis Allin takut Kenta marah.

"Jangan panggil gue 'Kak'. Gue bukan Kakak lo. Panggil Kenta aja." Tukasnya tajam yang langsung menusuk tepat ke dada Allin. Tapi di balik kata kasarnya itu, sesungguhnya Kenta hanya ingin menjadi lebih santai saja dalam memanggilnya.

Allin mencebik saja. Ia terpukau saat tiba-tiba melihat ada televisi kecil di setiap hadapan kursi. Sangat nyaman walaupun ini kendaraan.

Allin yakin keluarga Kenta sangat amat kaya raya. Wah.

Allin merasa sangat rendah sekarang, ia baru sadar. Terlalu bangga memiliki teman seperti Jellina, hingga lupa, kalau Jellina jauh sekali dengannya.

Bahkan sekarang ia bisa sejauh ini, menemani Kenta ke rumah Omanya.

Allin merutuki kebodohannya sendiri, yang merasa sangat tak tahu diri.

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang